Mohon tunggu...
Nabilatul Hawa
Nabilatul Hawa Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa Sastra Indonesia

Manusia perangkai kata dan rasa menjadi sebuah karya

Selanjutnya

Tutup

Worklife

Sarjana: Pengangguran dengan Gaya, Apa Iya?

19 Desember 2023   19:06 Diperbarui: 17 Januari 2024   21:43 115
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pemandangan Danau Singkarak. Photo by : Nabilatul Hawa

Oleh : Nabilatul Hawa (Mahasiswa Sastra Indonesia)

 

            'Selamat memasuki dunia pengangguran'

            'Menganggur dengan gaya'

            'Sarjana itu hanya pengangguran yang tertunda'

            Dahiku berkerut heran melihat kolom komentar dari sebuah postingan yang seharusnya banjir akan ucapan selamat serta syukur. Bagaimana tidak? Sebuah cuplikan video membahagiakan sekaligus yang penuh dengan tawa serta tangis haru. Memperlihatkan sekelompok muda-mudi memakai baju kebesaran serta sebuah topi kebanggaan yang disebut sebagai toga, tengah tersenyum dan tertawa lepas menyambut hari bahagia mereka sebagai seorang wisudawan/wisudawati. Tentu postingan itu banjir ucapan selamat dari berbagai pihak. Tetapi tidak sedikit kulihat netizen ikut membanjiri kolom komentar dengan kalimat-kalimat aneh seperti tadi.

            Komentar-komentar seperti ini tidak hanya kutemukan sekali dua kali. Dari beberapa video momentum wisuda yang kulihat, pasti ada saja netizen yang berkomentar seperti demikian. Tidak habis pikir dengan orang-orang yang tega melontarkan kalimat aneh itu pada saat moment berharga seseorang. Tiba-tiba ingatan akan percakapanku dan kakak mengenai wisuda berputar di kepalaku layaknya sebuah adegan film.

            Saat itu kami tengah bersantai di ruang keluarga. Tidak banyak hal yang dapat kami lakukan di hari libur. Aku dan kakak hanya terpaku pada ponsel masing-masing. Aku ingat bagaimana fokusnya aku berpetualang menelusuri laman instagram kala itu.

            "Ternyata wisudanya hari ini, kabarnya sih akan diadakan selama 4 hari." Ujarku setelah melihat postingan story salah satu temanku.

            "Memangnya berapa orang yang akan diwisuda? Mengapa pelaksanaannya bisa selama itu?" Kakak menimbrung. Aku mengendikkan bahu, isyarat memberi jawaban bahwasannya aku juga tidak tahu.

            "Berbahagialah para wisudawan, setelah ini kalian akan memasuk dunia yang sebenarnya. Sebelum itu nikmati dulu masa menganggur." Sambung kakak sambil tertawa ringan. Aku tidak terlalu memikirkan perkataan tersebut, karena jujur itu juga tidak ada hubungannya denganku.

            Sekelebat ingatan tadi membawaku bergegas menemui ibu. Menanyakan padanya bagaimana kelanjutan kegiatan kakak setelah wisuda dulu. Penuh perjuangan, katanya. Justru ibu dan papa begitu salut melihat kakak yang bisa setegar itu berjuang di dunia kerja.

            Kakak merupakan lulusan Kimia Unand. Kurang lebih enam bulan lamanya kakak menganggur pasca wisuda. Meskipun tidak semuanya dihabiskan dengan berdiam diri di rumah, karena kakak ikut membantu menjadi asisten dosen kala itu. Setelah berpikir tidak lagi worth it rasanya untuk menjadi seorang asdos, kakak mulai mencoba mencari lowongan pekerjaan.

            "Katanya sudah cukup rasanya. Jika harus dibayangkan untung atau rugi, justru lebih banyak pengeluaran dibanding pemasukan. Jadi dia memilih menyudahi dan mencoba mencari pekerjaan lain." Jelas ibu ketika kutanyakan alasan kakak berhenti menjadi asdos.

            Tak lama setelah berhenti, kakak mendapat panggilan interview ke Ibu kota, Jakarta. Berat bagi papa saat itu melepaskan anak perempuannya untuk pergi merantau. Tetapi kakak mengatakan bahwa dia tidak bisa hanya berdiam diri di rumah dan menjadi omongan tetangga nantinya, ia meyakinkan ibu dan papa bahwa ia akan baik-baik saja berada di perantauan.

            Satu bulan lebih berada di Jakarta, sayangnya pekerjaan pertama saat itu bukan rezeki kakak. Kembali mencari peruntungan di ibu kota, kakak berhasil bekerja di salah satu perusahaan garmen. Setelah sebelumnya juga gagal dalam tes di Serang.

Memasuki dunia kerja berarti sudah siap menempuh segala seluk-beluk kehidupan. Dunia kerja tidak hanya sebatas kita dengan pekerjaan yang dilakukan, tetapi juga bagaimana orang-orang yang tergabung di dalamnya. Di sanalah kita bisa menemukan manusia dengan berbagai macam karakter, ada yang baik layaknya ibu peri dalam cerita Cinderella, namun ada juga yang berkarakter tidak baik seperti ibu tirinya.

            Menghadapi situasi yang tidak nyaman dengan salah seorang rekan kerja membuat kakak berpikir untuk mencoba mencari perusahaan lain. Tidak menunggu waktu lama, kakak kembali diterima di salah satu perusahaan hydro. Disinilah puncak akhir perjalanan kakak bekerja di Ibu kota.

            "Waktu kerja di perusahan ini, rupanya ada pengumuman pendaftaran CPNS. Ikutlah kakak mendaftar waktu itu, tetapi tidak lulus di tes terakhir. Poinnya selisih satu dengan orang yang lulus terakhir." Terang ibu padaku.

            Bukan film saja yang punya plot twist, hidup pun begitu. Setelah diberitahukan bahwa dirinya tidak lulus menjadi CPNS. Pada suatu hari, kakak dihubungi oleh temannya. Dia mengatakan bahwa nama kakak ada di deretan peserta yang lulus CPNS. Kaget bukan main, kakak mengeceknya sendiri dan ternyata benar. Bergetar dengan penuh tangis haru kakak memberitahukan hal itu pada ibu dan papa.

            "Rasanya seperti mimpi, katanya ada kuota kosong karena ada yang keluar, makanya nama kakak bisa naik memenuhi kuota." Ibu menjelaskan bagaimana kakak bisa akhirnya dinyatakan lulus.

            "Lalu bagaimana dengan pekerjaan kakak di perusahaan itu, Bu" tanyaku penasaran.

"Ya mau tidak mau harus berhenti. Padahal kontraknya itu 3 bulan, dan kalau keluar sebelum kontrak berakhir, kita akan dikenai denda. Karena kakak baru satu bulan bekerja dan harus berhenti, maka waktu itu kakak harus membayar denda ke perusahaan." Jelas Ibu.

            Berhenti bekerja di perusahaan, kakak akhirnya mengakhiri perjuangannya mencari peruntungan di Ibu kota. Pada tahun 2017, kakak memulai lembaran mengenai perjalanannya di Kota Medan. Resmi menjadi seorang CPNS di Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan. Dan tepat pada 1 Juli 2023 lalu, kakak pindah tugas ke Padang dan menetap bersama kami sekeluarga.

            "Jalan orang tentu beda-beda. Tidak semua fresh graduate itu akan menganggur setelah dia wisuda. Ada yang sudah bekerja sebelumnya, ada yang langsung mendapat pekerjaan, ada juga yang harus menunggu terlebih dahulu. Semua punya waktunya masing-masing, jadi tidak ada istilah sarjana hanya pengangguran dengan gaya. Tidak ada yang mau menganggur juga, kan?" aku mengangguk mengiyakan ucapan ibu.

Aku kembali pada postingan video wisuda tadi dan mengetuk layar dua kali hingga tanda love di samping kanan berwarna merah, sebagai tanda ucapan selamatku pada mereka yang sudah bisa tertawa lepas dan bahagia akan kemenangannya.

"Semua punya waktunya masing-masing..."-Ibuku tercinta.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Worklife Selengkapnya
Lihat Worklife Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun