Aku pulang dengan deraian air mata, karena niatku di sana adalah sekolah dan belajar. Kala itu ada ulangam matematila yang amat di sayangkan jika dilewatkan.
Sesampainya di rumah ibu menguatkanku. Sementara diri ini yang masih tidak terima atas perlakuan yang baru saja terjadi terus saja menyalahkan.Â
Usiaku beranjak dewasa. Memilih perguruan tinggi memang menjadi pilihan. Namun, aku putuskan untuk mengikuti keinginan ibu, karena bagiku "Ridho Allah ada pada ridho kedua orang tua, terutama ibu,"
Ketika semua orang berkata "Tidak Mungkin" atas talenta yang dimiliki dan keadaan aku percayakan kepada ibu, karena Bersamamu aku mampu. Jangan lupa, jika Allah maha kaya dan maha segalanya. Jangan lupa pula jika Alllah berkata "Kun Fayakun" sudah pasti tidak ada yang tidak mungkin bagiNya untuk mengabulkan permintaan dari para makhlukNya. Bersamamu aku mampu, karenanya jangan putuskan doa terbaik untukku. Putri bungsumu, ibu.
Bagiku, ibu sekolah pertamaku dimana aku mengenal sekaligus belajar arti kedisiplinan dalam urusan waktu, kesabaran dalam menghadapi segala macam ujian, ketulusan, kegigihan dalam segala usaha serta kerendahan dalam berucap namun besar dalam bertindak.
Indramayu, 24 November 2020
Nabila Shobawa
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H