"Ini dengan mba Vika? "
"Iya, Â betul? "
"Ada pesanan makanan dari mas Surya untuk mba Vika, " ucap tukang ojol.
"Jangan lupa di makan ya," tulis Surya melalui whatsapp.
Pada saat mengikuti kegiatan magang disekolah banyak sekali air mata yang mengalir. Hampir di setiap malam. Mungkin ini adalah alur yang diberikan Tuhan untukku, bagaimana tidak menangis. Â Saat itu aku harus memilih untuk tetap melakukan magang di sekolah atau memilih untuk mengantar ibu terapi di rumah sakit. Â
Dengan berbagai pertimbangan dan keputusan ibu yang menyuruhku untuk tetap melanjutkan magang di sekolah. Berat rasanya, namun mau bagaimana lagi.
"Alhamdulillah, akhirnya satu tahap telah selesai, " ucapku sambil memandang dan memeluk rekan sesama magang.
Siapa sangka jika pada saat itu aku melakukan kegiatan magang di sekolah sambil menyususn skripsi dan juga mengantar ibu terapi di rumah sakit. Â "Qodarulloh" tak ada yang tak mungkin atas kuasaNya. Meski banyak pernyataan yang mengatakan "Ngga mungkin, Â itu bisa di selesaikan, "
Sebagai seorang wanita yang terlahir sebagai anak bungsu, Â aku hanya bisa menangis mengingat pernyataan orang lain tentang kemampuanku. Â Aku tidak mungkin untuk bercerita kepada ibu tentang apa yang terjadi padaku. Ku putuskan untuk mempercayakan seseorang yang dapat mendengar keluh kesah juga canda tawa. Â
"Ngga mungkin, Â bisa ikut sidah sekarang! " ucap salah satu dosen.Â
"Tapi, Â bu,"