1. Ketidaktransparan Keuangan
Praktik creative accounting sering menghasilkan laporan keuangan yang tidak mencerminkan secara akurat kinerja sebenarnya dari perusahaan. Ini mengarah pada ketidaktransparan dalam informasi keuangan yang dapat membingungkan pemangku kepentingan dan investor.
2. Kehilangan Kepercayaan Pemangku Kepentingan
Creative accounting dapat menyebabkan kehilangan kepercayaan dari pemangku kepentingan seperti investor, pemberi pinjaman, dan pelanggan. Ketika ketidakjujuran dalam pelaporan keuangan terungkap, ini dapat menghancurkan reputasi perusahaan.
3. Resiko Hukum
Creative accounting dapat melibatkan pelanggaran hukum dan peraturan akuntansi. Ini dapat mengakibatkan sanksi hukum dan denda bagi perusahaan dan individu yang terlibat dalam praktik tersebut.
4. Kehilangan Nilai Saham
Jika praktik creative accounting digunakan untuk menggelembungkan nilai perusahaan dalam jangka pendek, hal ini dapat menyebabkan lonjakan harga saham yang tidak berkelanjutan. Ketika kebenaran akhirnya terungkap, saham perusahaan dapat mengalami penurunan tajam, merugikan investor.
Regulasi dan Pengawasan Akuntansi
Otoritas pengawasan keuangan seperti Securities and Exchange Commission (SEC) memiliki peran penting dalam menegakkan standar akuntansi seperti Generally Accepted Accounting Principles (GAAP) di Amerika Serikat atau International Financial Reporting Standards (IFRS) yang digunakan secara internasional. SEC memastikan perusahaan terdaftar mematuhi standar ini dan menerapkan peraturan ketat untuk pelaporan keuangan. Mereka juga dapat mengambil tindakan hukum jika ditemukan pelanggaran, seperti denda atau pencabutan izin perusahaan. Ini membantu menjaga integritas pasar keuangan dan melindungi investor dari risiko akuntansi kreatif.
Contoh Creative Accounting di Dunia Nyata
1. Skandal Enron (2001)
Skandal Enron merupakan salah satu skandal akuntansi terbesar dalam sejarah. Enron menggunakan entitas khusus yang disebut SPV (Special Purpose Vehicle) untuk menyembunyikan utang besar mereka, menciptakan ilusi profitabilitas yang tidak ada. Enron mengajukan kebangkrutan pada tahun 2001, menyebabkan kerugian finansial yang besar bagi para pemegang saham dan penghancuran reputasi perusahaan.
2. Skandal WorldCom (2002)
WorldCom menggelembungkan laba bersihnya dengan mencatat pengeluaran rutin sebagai investasi. Hal ini mengakibatkan overstatement signifikan dari keuntungan dan aset perusahaan. WorldCom juga mengajukan kebangkrutan, yang merupakan salah satu kebangkrutan terbesar dalam sejarah Amerika Serikat pada saat itu.
3. Skandal Satyam (2009)
Satyam merupakan sebuah perusahaan layanan teknologi informasi India, mengakui telah menggelembungkan keuangannya dan mengakui manipulasi laporan keuangannya selama beberapa tahun. Skandal ini mengguncang pasar keuangan India dan menyebabkan hilangnya kepercayaan terhadap perusahaan dan industri IT India secara keseluruhan.
4. Skandal Olympus (2011)
Olympus merupakan perusahaan kamera dan peralatan medis Jepang, Olympus mengakui telah menyembunyikan kerugian yang signifikan melalui akuisisi perusahaan-perusahaan fiktif. Skandal ini menghancurkan reputasi Olympus dan memicu serangkaian tuntutan hukum dan penyelidikan.
Kesimpulan
Pertanyaan apakah akuntansi kreatif merupakan kreativitas yang sah atau manipulasi yang merugikan adalah perdebatan yang kompleks. Namun, yang pasti, transparansi dan integritas dalam akuntansi harus dikedepankan. Praktik creative accounting yang sah dan seimbang mungkin dapat memberikan manfaat, tetapi manipulasi yang merugikan harus dihindari.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H