Mohon tunggu...
Nabila Putri Kusuma Wardhani
Nabila Putri Kusuma Wardhani Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswi

Be yourself and change your live

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Menjaga Kesehatan Mental di Era Digital

20 Agustus 2024   21:28 Diperbarui: 20 Agustus 2024   21:58 53
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Menjaga Kesehatan Mental di Era Digital

Oleh : Nabila Putri Kusuma Wardhani

       Digitalisasi menawarkan berbagai macam kemudahan untuk berbagai aspek kehidupan, digitalisasi mempengaruhi cara orang berinteraksi yang tadinya harus bertemu untuk berdiskusi saat ini hanya perlu dengan berbagai platform yang tersedia memungkinkan semua orang akan terhubung dengan mudah

       Masa remaja adalah masa yang paling krusial serta perlu di perhatikan, mulainya mereka memasuki fase baru dalam kehidupan membuat mereka mengalami berbagai macam masalah karena kurangnya kesiapan untuk memasuki fase baru dalam kehidupan mereka , pada masa peralihan ini umumnya mereka munculnya kegelisahan dalam hidupnya seperti bertentangan dengan orang tua, keinginan mencoba hal baru, berkhayal dan berfantasi, yang berujung stres serta mengalami depresi.

       Kesehatan mental remaja perlu diperhatikan apalagi dengan maraknya kasus bunuh diri pada remaja saat ini merupakan masalah kesehatan global yang kian memprihatinkan. di era digital saat ini peran orangtua sangatlah dibutuhkan oleh anak, pola pikir yang sedang berkembang, rasa ingin mencoba, dan membandinkan hidup dengan orang lain dapat mudah dialami di era gempuran bermedia social.

Berbagai dampak yang terjadi :

1.         Kurangnya interaksi dengan oranglain

Primack et al. (2017) Penggunaan media sosial secara berlebihan berhubungan dengan perasaan isolasi sosial yang lebih tinggi. Studi ini menunjukkan bahwa meskipun media sosial memungkinkan individu untuk terhubung dengan orang lain, intensitas penggunaan yang tinggi dapat memperburuk perasaan kesepian dan isolasi. Hasil ini mengindikasikan pentingnya mengelola waktu di media sosial dan memperhatikan kualitas interaksi yang dilakukan.

2.         Kecanduan internet

Andreassen et al. (2016) kecanduan media sosial dapat memicu berbagai gangguan psikologis, termasuk kecemasan, depresi, dan gangguan tidur. Kecanduan ini sering kali disertai dengan kebutuhan yang terus-menerus untuk memeriksa notifikasi atau memperbarui status, yang dapat mengganggu rutinitas harian dan kualitas tidur seseorang.

3.         Informasi berlebihan dan stress kognitf

Mertens et al. (2017)  paparan informasi yang berlebihan, terutama berita negatif, dapat meningkatkan tingkat stres dan memengaruhi kesejahteraan mental. Informasi yang terus-menerus masuk dan berita yang mengganggu dapat menyebabkan overload kognitif, yang dapat berkontribusi pada perasaan cemas dan depresi.

4.         Kurangnya aktivitas fisik

Ekelund et al. (2019) individu yang menghabiskan banyak waktu di depan layar cenderung kurang aktif secara fisik. Aktivitas fisik yang rendah dapat memperburuk kesehatan mental, karena olahraga terbukti dapat mengurangi gejala depresi dan kecemasan serta meningkatkan suasana hati secara keseluruhan.

Adapun cara untuk megatasi dampak tersebut adalah :

1.         Membatasi waktu layar

2.         Mengelola paparan informasi ( berita negative yang dapat menyebabkan  overthinking)

3.         Berolahraga secara teratur

4.         Menjaga interaksi social yang sehat

5.         Menerapkan teknik relaksasi

6.         Tidur yang cukup

Menjaga kesehatan mental di era digital memerlukan pendekatan yang seimbang dan sadar, dapat disimpulkan bahwa sementara teknologi digital menawarkan banyak keuntungan, ia juga dapat menimbulkan risiko bagi kesehatan mental jika tidak digunakan dengan bijak.

Referensi :

Istianatus Sunnah, N. D. (2020). Pembinaan Kesehatan Mental Di Era Digital Untuk Remaja. Pembinaan Kesehatan Mental Di Era Digital Untuk Remaja, Stop Bullying Bijaklah Dalam Bersosial Media, 1.

Primack, B. A., Shensa, A., Sidani, J. E., Whaite, E. O., Lin, L. Y., Rosen, D., Colditz, J. B., Radovic, A., & Miller, E. (2017). Social media use and perceived social isolation among young adults in the U.S

Andreassen et al. (2016):

Andreassen, C. S., Billieux, J., Griffiths, M. D., Kuss, D. J., Demetrovics, Z., Mazzoni, E., & Pallesen, S. (2016). The relationship between addictive use of social media, narcissism, and self-esteem: Findings from a large national survey

Mertens et al. (2017):Mertens, G., Krypotos, A.-M., & Engelhard, I. M. (2017). A review on mental imagery in fear conditioning research 100 years since the "Little Albert" study

Ekelund, U., Tarp, J., Fagerland, M. W., Johannessen, J. S., Hansen, B. H., Andersen, L. B., & Dalene, K. E. (2019). Joint associations of accelerometer-measured physical activity and sedentary time with all-cause mortali

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun