Nabila Nisa Hanifa
Pendidikan Sosiologi, Fakultas Ilmu Sosial, Universitas Negeri Jakarta
Pendahuluan
Masyarakat Indonesia saat ini telah dibuat resah karena adanya wabah pandemi covid-19. Wabah ini sudah ada sejak tahun lalu, dan sampai saat ini wabah covid-19 ini masih menjadi wabah yang dapat mengancam nyawa manusia. Hal ini dikarenakan bahwa wabah covid-19 ini telah dikategorikan sebagai wabah yang penularannya sangat mudah dan secara langsung atau tidak juga bisa menyebar kepada setiap orang. Wabah ini juga dikategorikan sebagai wabah yang dapat mematikan nyawa manusia. Pemerintah telah menyatakan bahwa wabah covid-19 ini telah menjadi wabah nasional.
Pemerintah Indonesia telah memberikan kebijakan pada masyarakat. Jenis kebijakan yang diberikan kepada seluruh masyarakat yaitu seperti masyarakat diwajibkan untuk mematuhi protokol kesehatan yaitu seperti menggunakan masker saat bepergian, mencuci tangan ketika sudah melakukan sesuatu, dan juga menjaga jarak dengan orang-orang disekitarnya. Pemerintah juga menerapkan kebijakan lockdown di berbagai wilayah, pemerintah juga menerapkan kebijakan karantina untuk para masyarakat yang baru pulang dari keluar kota, pemerintah juga menyuruh masyarakat untuk tidak terlalu dekat ketika melakukan interaksi fisik dengan orang lain. Karena jika dilakukan terlalu dekat sangat sulit untuk meminimalkan penularan virus corona.
Dampak pandemi sangat berpengaruh pada seluruh kegiatan dan kehidupan remaja. Karena remaja juga dapat terinfeksi wabah tersebut. Jika remaja sudah terinfeksi covid-19 maka akan semakin mudah peluang untuk menularkan virus covid-19 ini ke orang lain, dan jika remaja sudah terinfeksi virus secara serius maka remaja tersebut harus dirawat dan mendapatkan perawatan yang khusus di rumah sakit. Tekanan pada sistem kesehatan dan akses informasi serta pelayanan kesehatan pada remaja akan semakin sulit jika wabah covid-19 ini menyebar.
Hal tersebut akan beresiko dan memicu dampak pada kesehatan pada diri remaja, mental dari remaja dapat terganggu, dan psikologinya juga rawan terganggu pula. Resiko tertularnya kaum remaja terhadap virus covid-19 ini sebetulnya tidak begitu besar karena imun remaja cenderung lebih besar daripada orang yang sudah tua. Orang tua lebih cenderung lemah dan memiliki banyak komplikasi penyakit sehingga mudah terinfeksi virus corona. Meskipun demikian namun remaja dapat merasakan dampak yang nyata, dan akan tinggi dampak secara sekunder yang muncul (Efrizal, 2020).
Masalah-masalah yang terjadi pada diri remaja saat banyak corona virus ini memang telah menunjukkan sebagai gejala yang serius. Hal ini terlihat pada pola gaya hidup remaja yang memiliki perbedaan atau perubahan di era pandemi. Dapat dilihat dengan efek yang terjadi dalam kehidupan remaja yakni telah menimbulkan banyak perubahan pada pola kehidupan remaja. Pola perubahan ini akan terjadi di berbagai kegiatan yang dilakukan oleh remaja dalam kehidupan sehari-harinya. Perubahan gaya hidup yang terjadi pada remaja saat pandemi ini tampak sudah menjadi kebiasaan. Kebiasaan yang dilakukan tentunya memiliki makna tersendiri bagi para remaja sehingga makna yang ditimbulkan karena kebiasaan dan perilaku remaja ini termasuk bagian dari kebudayaan. Perubahan yang dialami oleh para remaja ini terjadi di berbagai bidang seperti, pendidikan, ekonomi, pariwisata, perdagangan, kesehatan dan lain-lain (Bilqis Farah, 2020).
Isi
Pada saat pandemi covid-19 terjadi beberapa perubahan menurut remaja, antara lain tidak adanya pembelajaran tatap muka yang menyebabkan sulit untuk bertemu teman, harus selalu menggunakan masker bila keluar rumah, tidak boleh berkumpul bersama teman dan harus selalu menjaga jarak, sehingga aktivitas yang ada menjadi lebih terbatas. Kondisi ini menyebabkan sebagian besar remaja merasa stress, namun sebagian lain merasa dampak positif, yaitu dapat berkumpul dan berinteraksi lebih lama dengan keluarga.
Penerapan protokol Kesehatan dalam kehidupan sehari-hari yang lebih dikenal dengan Adaptasi Tatanan Kebiasaan Baru belum sepenuhnya diterapkan oleh remaja. Penggunaan masker dalam kegiatan sehari-hari, kebiasaan mencuci tangan pakai sabun menggunakan air mengalir. Ada beberapa remaja merasa sulit untuk menjaga jarak dan menghindari berkerumun, karena remaja pada umumnya menyukai untuk berkumpul bersama teman-teman sebayanya. Remaja mudah untuk meniru gaya orang lain, sehingga label atau cap "tidak gaul dan tidak funky" mendorong remaja untuk menghabiskan waktu bersama teman-temannya. Remaja merasa lebih nyaman bersama teman sebayanya, karena dianggap lebih mampu berekspresi dan menjadi apa adanya daripada ketika mereka di rumah (Kabalmay et al., 2017). Kebiasaan untuk segera mengganti pakaian saat kembali ke rumah juga dilakukan oleh sebagian besar remaja.
Menurut Clifford Geertz analisis budaya bukan hanya sains eksperimental yang mencari sebuah makna, namun merupakan suatu sains yang interpretatif untuk mencari sebuah makna. Makna yang dimaksud bukanlah sesuatu yang bersifat pribadi atau yang berada di kepala setiap individu. Kebudayaan menurut Geertz juga bukan hanya tentang makna saja, tetapi suatu simbol yang bisa berdiri sendiri. Tindakan atau perilaku dan lebih tepatnya adalah tindakan sosial yang perlu diamati, hal ini dikarenakan dengan pengamatan perilaku kebudayaan akan menemukan sebuah artikulasi. Pada dasarnya mayoritas orang berperilaku sesuai dengan langkah-langkah mereka sendiri dan berbenturan dengan makna yang melekat pada kebudayaan. dalam hal ini tokoh Geertz menentang dan mengungkapkan bahwa terdapat hal semu di sini. Budaya selalu dianalisis dengan menduga-duga suatu makna, mengira-ngira, dn menarik kesimpulan dengan tidak terstruktur (Anam, 2016).
Tindakan sosial atau perilaku yang dimaksud Geertz ini juga terjadi pada para remaja di masa pandemi covid-19. Para remaja ini melakukan tindakan sosial dan perilaku yang memiliki makna yang mendasari seperti adanya pandemi covid-19 tidak hanya sebagai virus biasa tetapi remaja dituntut untuk selalu waspada dan menjaga kesehatannya. Sehingga pandemi covid-19 ini mengakibatkan terjadinya perubahan pola gaya hidup atau perilaku para remaja. Perilaku yang berubah ini sudah menjadi kebiasaan dan wujud dari kebudayaan para remaja.
Kesimpulan
Sebagian besar remaja merasakan perubahan yang terjadi selama pandemi covid-19 dan sebagian kecil merasa tidak yakin atau meragukan adanya virus covid-19. Pada umumnya, remaja merasa stress atau cemas (ansietas) atas perubahan yang terjadi, karena kurangnya pemahaman dan informasi yang mereka peroleh terkait covid-19. Kecemasan terhadap kondisi pandemi menyebabkan remaja merasakan adanya perubahan pola konsumsi sehari-hari. Meskipun sebagian besar remaja yakin adanya virus covid-19, namun penerapan adaptasi tatanan kehidupan baru belum sepenuhnya dilakukan. Untuk itu, perlunya dilakukan penyampaian informasi yang benar tentang virus covid-19 dan penguatan penerapan protokol kesehatan serta peningkatan kesadaran remaja untuk melakukan adaptasi tatanan kebiasaan baru secara terus menerus. Penyuluhan dan konseling gizi perlu dilakukan kepada remaja untuk meningkatkan pemahaman tentang manfaat konsumsi gizi seimbang bagi sistem imun. Penyuluhan tentang penanggulangan virus covid-19 perlu dilakukan oleh teman sebaya agar lebih dapat diterima oleh para remaja.
referensi
Anam. (2016). Jejak Clifford Geertz di Indonesia : Mengoreksi Trikotomi Santri, Abangan dan Priyayi. Mozaic Islam Nusantara, 1-14.
Bilqis Farah, R. D. (2020). Analisis Perubahan Orientasi Pola Hidup Mahasiswa Pasca Berakhirnya Masa Pandemi Covid-19. Noken, 23-36.
Efrizal, W. (2020). Persepsi dan Pola Konsumsi Remaja Selama Pandemi Covid-19. Ekotonia: Jurnal Penelitian Biologi, Botani, Biologi dan Mikrobiologi, 43-48.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H