Menurut Clifford Geertz analisis budaya bukan hanya sains eksperimental yang mencari sebuah makna, namun merupakan suatu sains yang interpretatif untuk mencari sebuah makna. Makna yang dimaksud bukanlah sesuatu yang bersifat pribadi atau yang berada di kepala setiap individu. Kebudayaan menurut Geertz juga bukan hanya tentang makna saja, tetapi suatu simbol yang bisa berdiri sendiri. Tindakan atau perilaku dan lebih tepatnya adalah tindakan sosial yang perlu diamati, hal ini dikarenakan dengan pengamatan perilaku kebudayaan akan menemukan sebuah artikulasi. Pada dasarnya mayoritas orang berperilaku sesuai dengan langkah-langkah mereka sendiri dan berbenturan dengan makna yang melekat pada kebudayaan. dalam hal ini tokoh Geertz menentang dan mengungkapkan bahwa terdapat hal semu di sini. Budaya selalu dianalisis dengan menduga-duga suatu makna, mengira-ngira, dn menarik kesimpulan dengan tidak terstruktur (Anam, 2016).
Tindakan sosial atau perilaku yang dimaksud Geertz ini juga terjadi pada para remaja di masa pandemi covid-19. Para remaja ini melakukan tindakan sosial dan perilaku yang memiliki makna yang mendasari seperti adanya pandemi covid-19 tidak hanya sebagai virus biasa tetapi remaja dituntut untuk selalu waspada dan menjaga kesehatannya. Sehingga pandemi covid-19 ini mengakibatkan terjadinya perubahan pola gaya hidup atau perilaku para remaja. Perilaku yang berubah ini sudah menjadi kebiasaan dan wujud dari kebudayaan para remaja.
Kesimpulan
Sebagian besar remaja merasakan perubahan yang terjadi selama pandemi covid-19 dan sebagian kecil merasa tidak yakin atau meragukan adanya virus covid-19. Pada umumnya, remaja merasa stress atau cemas (ansietas) atas perubahan yang terjadi, karena kurangnya pemahaman dan informasi yang mereka peroleh terkait covid-19. Kecemasan terhadap kondisi pandemi menyebabkan remaja merasakan adanya perubahan pola konsumsi sehari-hari. Meskipun sebagian besar remaja yakin adanya virus covid-19, namun penerapan adaptasi tatanan kehidupan baru belum sepenuhnya dilakukan. Untuk itu, perlunya dilakukan penyampaian informasi yang benar tentang virus covid-19 dan penguatan penerapan protokol kesehatan serta peningkatan kesadaran remaja untuk melakukan adaptasi tatanan kebiasaan baru secara terus menerus. Penyuluhan dan konseling gizi perlu dilakukan kepada remaja untuk meningkatkan pemahaman tentang manfaat konsumsi gizi seimbang bagi sistem imun. Penyuluhan tentang penanggulangan virus covid-19 perlu dilakukan oleh teman sebaya agar lebih dapat diterima oleh para remaja.
referensi
Anam. (2016). Jejak Clifford Geertz di Indonesia : Mengoreksi Trikotomi Santri, Abangan dan Priyayi. Mozaic Islam Nusantara, 1-14.
Bilqis Farah, R. D. (2020). Analisis Perubahan Orientasi Pola Hidup Mahasiswa Pasca Berakhirnya Masa Pandemi Covid-19. Noken, 23-36.
Efrizal, W. (2020). Persepsi dan Pola Konsumsi Remaja Selama Pandemi Covid-19. Ekotonia: Jurnal Penelitian Biologi, Botani, Biologi dan Mikrobiologi, 43-48.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H