Ia hanyalah seorang ayah yang ditelapak kakinya mungkin tak terdapat surga.
Tapi tetap bersikeras membangun istana nirwana untuk sepasang mata kecil berbinar.
Tak mengindahkan derasnya hujan yang mengguyur,Â
atau sengatan mentari yang merasuk tubuhnya.
Ia hanyalah seseorang dibalik layar kehidupan.
Tak pernah menaiki panggung, tak pernah mementaskan dramanya.
Cukuplah ia memeluk dan memendam lelahnya sendiri,
Hanya duduk di kursi terdepan, menonton dan menjaga senyuman keluarga.Â
Tubuhnya tak lagi sekuat baja.Â
Walau renta sudah menanjaki usianya.
Walau butiran lelah membanjiri tubuhnya.
Beri Komentar
Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!