Permasalahan yang kolot sampai masa kontemporer, telah lama dibincangkan dan merupakan salah satu fenomena global yang dirasa cukup serius, solusi yang dengan kemudian hadir untuk mengimplementasikan tentang tatanan yang ideal dan kemakmuran bersama, sekaligus mengharuskan upaya yang konsisten serta sistem yang progresif dan efektif. Permasalahan kemiskinan tidak akan pernah ada habisnya, sama halnya dengan eksistensi manusia. Definisi konsep kemiskinan yang kian mengalami perkembangan serta peningkatan unsur-unsur yang dinilai miskin harus diperhatikan dan dikaji lebih mendalam.
Kemiskinan umumnya dihubungkan pada persoalan kekurangan pendapatan. Akan tetapi, ketika isu-isu seperti "Adakah anak-anak mendapat pendidikan yang sepatutnya?", "Adakah keluarga mendapat layanan kesehatan yang wajar?" dan "adakah masyarakat menerima bekalan air bersih dan elektrik yang diperlukan?" tidak mampu dijawab dengan baik, maka hal inilah yang memperlihatkan bahwa kemiskinan hadir dari berbagai sisi atau dikenal dengan istilah multidimensi. Kemiskinan multidimensi berfokus kepada masalah kekurangan kebutuhan hidup manusia selain faktor finansial yang menjadi penghambat untuk mencapai kehidupan yang sejahtera.
Kondisi kehidupan masyarakat di berbagai negara tentu menghasilkan interpretasi yang berbeda-beda terhadap konsep kemiskinan. Selain itu, faktor keuangan dan kegagalan memenuhi kebutuhan material saja tidak cukup untuk mengukur tingkat kemiskinan.Â
Menurut Sulochana Nair dan S. Sagaran (2015) pula, Konsep kemiskinan yang didasarkan pada perspektif keuangan atau pendapatan tidak memperhitungkan nilai-nilai sosial dan bentuk-bentuk deprivasi lain yang terkait dengan kemiskinan dan tidak menggambarkan tingkat kemiskinan yang sebenarnya dalam kehidupan sebuah rumah tangga.Â
Karena ukuran kemiskinan ini hanya menggunakan pendekatan finansial, baik melalui dimensi pendapatan maupun dimensi pengeluaran, maka akan menghasilkan interpretasi yang berbeda terhadap tingkat kemiskinan dan hasil akhir dari studi kemiskinan ini tidak dapat menggambarkan kondisi kemiskinan yang sesungguhnya.
Pentingnya isu kemiskinan ini didasarkan pada faktor bahwa pembangunan suatu negara akan terpengaruh jika isu-isu terkait kemiskinan tidak ditangani secara efektif. Faktanya, mata rantai masalah terkait dengan masalah ini seperti, kekurangan pangan, penyakit dan kurangnya pendidikan di kalangan masyarakat dapat menyebabkan seseorang terjerumus ke dalam dunia kriminal untuk menikmati kehidupan yang mewah. Faktanya, jika tidak dikendalikan dan diberantas secara efektif, masalah ini berpotensi menjadi senjata yang kemudian menantang stabilitas ekonomi dan politik suatu negara.(Abdul Rahman et al., 2022)
Kemiskinan yang multidimensi, dengan demikian Langkah yang telah di ambil dari organisasi internsional untuk mengatasi masalah kemiskinan global. Pembangunan era millenium yang telah di deklarasikan, yang dikenal sebagai Millennium Development Goals (MDGs), dan deklarasi MDGs merupakan hasil perjuangan dan kesepatakan bersama antara negara berkembang dan negara maju. kesepakatan bersama antara negara berkembang dan negara maju. Negara-negara berkembang berkewajiban untuk melaksanakannya, termasuk Indonesia. Indonesia, dimana kegiatan MDGs di Indonesia meliputi pelaksanaan Kegiatan pemantauan MDGs.
Sedangkan negara maju berkewajiban untuk mendukung dan  memberikan bantuan untuk keberhasilan setiap tujuan dan target MDGs yang telah disepakati oleh semua negara. Pembangunan Milenium Development Goals (MDGs). Konsep Sustainable Development Goals SDGs melanjutkan konsep pembangunan Milenium Development Goals (MDGs) yang berakhir pada tahun 2015. Jadi, kerangka kerja pembangunan yang terkait dengan perubahan situasi dunia yang semula menggunakan konsep.
MGDs kini digantikan oleh SDGs. Ada tiga pilar yang menjadi indikator dalam konsep pembangunan SDGs, yaitu:
Indikator pertama melekat pada pembagunan manusia
- (Human Development), indikator yang melekat pada pembangunan manusia, termasuk pendidikan, kesehatan. Termasuk di dalamnya pendidikan, kesehatan.
Indikator kedua melekat pada lingkungan kecil
- (Social Economic Development), seperti ketersediaan sarana dan prasarana lingkungan dan pertumbuhan ekonomi.
 Sedangkan indikator ketiga melekat pada lingkungan yang lebih besar
(Environmental Development), seperti ketersediaan sumber daya alam dan kualitas lingkungan yang baik.(Wahyuningsih, 2018)
(Milenium Development Goals /SDGs) memiliki 17 tujuan dalam hal ini :
- Penghapusan Kemiskinan: Mengakhiri kemiskinan dalam segala bentuk dan aspek di Seluruh Dunia.
- Memberantas kelaparan: Tercapainya ketersediaan pangan, asupan gizi yang lebih baik, dan pertanian yang berkelanjutan.
- Kesehatan dan Kesejahteraan yang Baik: Memastikan kehidupan yang sehat dan meningkatkan kesejahteraan bagi semua orang di segala usia.
- Pendidikan Berkualitas: Memberikan pendidikan yang inklusif, berkualitas, dan merata serta mendorong kesempatan belajar seumur hidup.
- Kesetaraan Gender: Mengupayakan kesetaraan gender dan pemberdayaan semua perempuan dan anak perempuan dalam beberapa aspek kehidupan.
- Air Bersih dan Sanitasi: Memastikan ketersediaan dan pengelolaan air bersih dan kebersihan yang berkelanjutan untuk semua.
- Energi Bersih dan Terjangkau: Memastikan akses universal terhadap energi yang terjangkau, dapat diandalkan, berkelanjutan, dan modern.
- Pekerjaan Layak dan Pertumbuhan Ekonomi: Mencapai pertumbuhan ekonomi yang inklusif dan berkelanjutan serta pekerjaan yang layak untuk semua dimulai dengan berbagai penerapan yang dengan kemudiannya memberikan kebaikan bagi bersama.
- Industri, Inovasi dan Infrastruktur: Membangun infrastruktur yang kuat, mendorong industrialisasi yang inklusif dan berkelanjutan, serta mendorong terbentuknya inovasi.
- Mengurangi Ketidaksetaraan: Mengurangi ketidaksetaraan di dalam dan di antara negara-negara maju atau negara berkembang.
- Kota dan Permukiman Berkelanjutan: Menjadikan kota dan permukiman yang inklusif, aman, lestari, dan berkelanjutan.
- Konsumsi dan Produksi yang Bertanggung Jawab: Mewujudkan pola konsumsi dan produksi yang berkelanjutan.
- Aksi untuk Perubahan Iklim: Mengambil Tindakan yang progresif untuk memerangi perubahan iklim dan dampak yang akan di timbulkan.
- Kehidupan di Bawah Air: Melestarikan dan memulihkan ekosistem laut agar bisa terus digunakan secara berkelanjutan.
- Kehidupan di Darat: Melindungi, memulihkan, dan melakukan pengelolaan ekosistem darat secara berkelanjutan.
- Perdamaian, Keadilan, dan Kelembagaan yang Kuat: Membangun masyarakat yang damai, dan institusi yang efektif.
- Kemitraan untuk Mencapai Tujuan: Memperkuat implementasi dan memperkuat kemitraan global untuk pembangunan berkelanjutan.
SDGs lebih bersifat inklusif, mengikat berbagai pihak dan masyarakat karena program ini berlaku secara universal sehingga semua negara memiliki kewajiban moral yang sama untuk tercapainya tujuan dan target SDGs. mencapai tujuan dan target SDGs. SDGs sebagai kelanjutan dari program MDGs adalah untuk menyelesaikan masalah pembangunan dengan cara yang sebaik-baiknya. SDGs memiliki peranan yang setara terhadap semua negara baik negara maju, negara berkembang, maupun negara kurang berkembang.(Safitri et al., 2022).
Kemiskinan adalah permasalahan dunia yang kompleks dan melibatkan seluruh aspek kehidupan, seperti keterbatasan akses atas pangan, air bersih, perumahan yang layak, pendidikan, layanan kesehatan, dan kesempatan ekonomi. Kemiskinan tidak hanya menyengsarakan individu dan keluarga yang terkena imbasnya, tetapi juga terhambatnya pembangunan sosial dan ekonomi secara keseluruhan. Dengan kemudian solusi yang di sepakati oleh PBB membentuknya SDGs Upaya Pembangunan konsisten (Sustainable Development Goals/SDGs) menjadikan penanggulangan kemiskinan sebagai salah satu prioritas utama dan menetapkan kerangka kerja yang komprehensif untuk mengatasi masalah ini. SDGs berfokus pada pertumbuhan ekonomi yang inklusif dan berkesinambungan yang mendorong setiap orang untuk berpartisipasi dan memperoleh kesejahteraan. Hal ini melibatkan penyediaan lapangan kerja yang memadai, pengembangan ekonomi, serta meningkatkan akses terhadap keuangan dan pelatihan keterampilan.
Akses ke Pendidikan Berkualitas Memastikan ketersediaan akses pendidikan yang adil dan layak, terutama terhadap anak-anak dari keluarga miskin, bisa menciptakan kesempatan yang lebih baik untuk memperbaiki kualitas hidup dan mengatasi siklus kemiskinan. SDGs mengadvokasi perlindungan sosial yang tangguh, seperti pemberian bantuan langsung tunai, asuransi sosial, dan program jaminan sosial lainnya. Hal ini membantu menurunkan jumlah penduduk miskin yang rentan terhadap resiko ekonomi dan sosial yang akan berujung pada kemiskinan.Â
Menegaskan betapa pentingnya kesetaraan gender dan pemberdayaan perempuan sebagai salah satu faktor kunci dalam mengatasi kemiskinan. Melalui pemberian Kesetaraan Kesempatan yang setara bagi perempuan di bidang pendidikan, pekerjaan, dan pengambilan keputusan, maka akan terjadi transformasi yang signifikan dalam mengurangi kemiskinan.
Mengakui hubungan erat antara pelestarian lingkungan hidup dan pengentasan kemiskinan. Agar dapat mencapai pembangunan yang berkelanjutan, penting untuk melindungi ekosistem alam, menurunkan kerusakan lingkungan, dan mendorong pengelolaan sumber daya yang berkelanjutan. Melalui implementasi yang komprehensif dan kolaboratif dari SDGs, diharapkan bahwa kemiskinan dapat dikurangi secara signifikan dan tercipta dunia yang lebih sejahtera, inklusif, dan berkelanjutan bagi semua manusia.
Penulis: Moh.Ranu D.F & Mashita Nabila.K
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H