Mohon tunggu...
Masitha NabilaKhaerinisa
Masitha NabilaKhaerinisa Mohon Tunggu... Pelajar Sekolah - Belum Bekerja

saya sangat suka membaca novel, menonton film, dan juga mendengarkan lagu.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Problematika Kemiskinan Ekstrim di Tatanan Global

5 Juni 2023   00:20 Diperbarui: 5 Juni 2023   00:28 141
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Permasalahan yang kolot sampai masa kontemporer, telah lama dibincangkan dan merupakan salah satu fenomena global yang dirasa cukup serius, solusi yang dengan kemudian hadir untuk mengimplementasikan tentang tatanan yang ideal dan kemakmuran bersama, sekaligus mengharuskan upaya yang konsisten serta sistem yang progresif dan efektif. Permasalahan kemiskinan tidak akan pernah ada habisnya, sama halnya dengan eksistensi manusia. Definisi konsep kemiskinan yang kian mengalami perkembangan serta peningkatan unsur-unsur yang dinilai miskin harus diperhatikan dan dikaji lebih mendalam.

Kemiskinan umumnya dihubungkan pada persoalan kekurangan pendapatan. Akan tetapi, ketika isu-isu seperti "Adakah anak-anak mendapat pendidikan yang sepatutnya?", "Adakah keluarga mendapat layanan kesehatan yang wajar?" dan "adakah masyarakat menerima bekalan air bersih dan elektrik yang diperlukan?" tidak mampu dijawab dengan baik, maka hal inilah yang memperlihatkan bahwa kemiskinan hadir dari berbagai sisi atau dikenal dengan istilah multidimensi. Kemiskinan multidimensi berfokus kepada masalah kekurangan kebutuhan hidup manusia selain faktor finansial yang menjadi penghambat untuk mencapai kehidupan yang sejahtera.

Kondisi kehidupan masyarakat di berbagai negara tentu menghasilkan interpretasi yang berbeda-beda terhadap konsep kemiskinan. Selain itu, faktor keuangan dan kegagalan memenuhi kebutuhan material saja tidak cukup untuk mengukur tingkat kemiskinan. 

Menurut Sulochana Nair dan S. Sagaran (2015) pula, Konsep kemiskinan yang didasarkan pada perspektif keuangan atau pendapatan tidak memperhitungkan nilai-nilai sosial dan bentuk-bentuk deprivasi lain yang terkait dengan kemiskinan dan tidak menggambarkan tingkat kemiskinan yang sebenarnya dalam kehidupan sebuah rumah tangga. 

Karena ukuran kemiskinan ini hanya menggunakan pendekatan finansial, baik melalui dimensi pendapatan maupun dimensi pengeluaran, maka akan menghasilkan interpretasi yang berbeda terhadap tingkat kemiskinan dan hasil akhir dari studi kemiskinan ini tidak dapat menggambarkan kondisi kemiskinan yang sesungguhnya.

Pentingnya isu kemiskinan ini didasarkan pada faktor bahwa pembangunan suatu negara akan terpengaruh jika isu-isu terkait kemiskinan tidak ditangani secara efektif. Faktanya, mata rantai masalah terkait dengan masalah ini seperti, kekurangan pangan, penyakit dan kurangnya pendidikan di kalangan masyarakat dapat menyebabkan seseorang terjerumus ke dalam dunia kriminal untuk menikmati kehidupan yang mewah. Faktanya, jika tidak dikendalikan dan diberantas secara efektif, masalah ini berpotensi menjadi senjata yang kemudian menantang stabilitas ekonomi dan politik suatu negara.(Abdul Rahman et al., 2022)

Kemiskinan yang multidimensi, dengan demikian Langkah yang telah di ambil dari organisasi internsional untuk mengatasi masalah kemiskinan global. Pembangunan era millenium yang telah di deklarasikan, yang dikenal sebagai Millennium Development Goals (MDGs), dan deklarasi MDGs merupakan hasil perjuangan dan kesepatakan bersama antara negara berkembang dan negara maju. kesepakatan bersama antara negara berkembang dan negara maju. Negara-negara berkembang berkewajiban untuk melaksanakannya, termasuk Indonesia. Indonesia, dimana kegiatan MDGs di Indonesia meliputi pelaksanaan Kegiatan pemantauan MDGs.

Sedangkan negara maju berkewajiban untuk mendukung dan  memberikan bantuan untuk keberhasilan setiap tujuan dan target MDGs yang telah disepakati oleh semua negara. Pembangunan Milenium Development Goals (MDGs). Konsep Sustainable Development Goals SDGs melanjutkan konsep pembangunan Milenium Development Goals (MDGs) yang berakhir pada tahun 2015. Jadi, kerangka kerja pembangunan yang terkait dengan perubahan situasi dunia yang semula menggunakan konsep.

MGDs kini digantikan oleh SDGs. Ada tiga pilar yang menjadi indikator dalam konsep pembangunan SDGs, yaitu:

Indikator pertama melekat pada pembagunan manusia

  • (Human Development), indikator yang melekat pada pembangunan manusia, termasuk pendidikan, kesehatan. Termasuk di dalamnya pendidikan, kesehatan.

Indikator kedua melekat pada lingkungan kecil

  • (Social Economic Development), seperti ketersediaan sarana dan prasarana lingkungan dan pertumbuhan ekonomi.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun