Di tengah tantangan lingkungan global, terdapat sebuah kawasan rehabilitasi mangrove yang terletak di Desa Tambakrejo Kecamatan sumbermanjing Wetan Kabupaten Malang. Kawasan ini berperan penting dalam mitigasi bencana melalui program rehabilitasi mangrove. Pada tahun 2012 kawasan ini direhabilitasi dari kondisi yang rusak hingga menjadi destinasi ekowisata yang indah dan ramah lingkungan. Dengan hutan mangrove yang memiliki 3.856,05 Ton C pada luasan 46,3 hektare ini tidak hanya melindungi garis pantai dari abrasi tetapi juga berfungsi sebagai tempat edukasi bagi masyarakat dan pengunjung tentang pentingnya ekosistem mangrove. CMC 3 warna dipimpin oleh Yayasan Bhakti Alam Sendang Biru yang merupakan organisasi yang berfokus pada pelestarian lingkungan dan sosial. Melalui program edukasi dan keterlibatan masyarakat, CMC berusaha meningkatkan kesadaran akan pentingnya hutan mangrove beserta manfaat bagi kehidupan.
Keberhasilan rehabilitasi mangrove sangat berperan penting dalam mitigasi bencana dan kesejahteraan masyarakat pesisir. Adapun faktor-faktor yang dapat menyukseskan rehabilitasi mangrove diantaranya melalui tahap pra tanam, saat tanam, dan pasca tanam.
1. Tahap Pra Tanam
Pada tahap ini perlu menyiapkan penyesuaian jenis tanaman berdasarkan lokasi. Jadi, tidak semua jenis mangrove ditanam di sembarangan tempat. CMC sendiri membibitkan berbagai jenis mangrove, yang masing-masing jenisnya akan optimal jika ditanam di kawasan yang berlumpur, berpasir, Â atau keduanya. Selain lokasi, tingkat ketergenangan air juga perlu diperhatikan. Ketergenangan air ini dapat dipantau ketika purnama atau mati bulan, dimana terjadi siklus pasang surut.
2. Tahap Saat Tanam
Dalam tahap ini yang perlu diperhatikan, yaitu dalam pembuatan lobang dan teknis penanamannya. CMC menggunakan teknis tanam dengan tidak membuang polybag secara keseluruhan (membuang bagian bawah polybag). Karena jika polybag dibuang semua, tanah yang di dalam polybag rawan terbawa arus sehingga dapat menyebabkan kematian mangrove dan akar baru perlu beradaptasi kembali. Selain itu, kedalaman tanah tanam perlu diperhatikan, karena jika polybag tidak terendam dengan sempurna akan mudah terbawa pasang surut air laut.
3. Tahap Pasca Tanam
Setelah penanaman, perawatan mangrove sangat penting agar tanaman tumbuh sehat dan kuat. Pihak CMC memasangkan acir yang merupakan penanda bagi tanaman baru agar mudah mendata dan memantau pertumbuhan mangrove. Biasanya di CMC satu bulan setelah penanaman itu akan mengadakan monitoring secara berkala yaitu dengan  memastikan tanaman apakah ada yang mati atau tidak. Hasil monitoring digunakan sebagai evaluasi keberhasilan program penanaman dan mengidentifikasi area yang perlu diperbaiki. Jika terdapat bibit yang mati, maka perlu dilakukan penyulaman dengan bibit baru.
Melalui kegiatan konservasi dan edukasi, CMC Tiga Warna telah memberikan banyak manfaat bagi lingkungan dan masyarakat sekitarnya, yaitu :
a) Mengurangi resiko bencana laut, seperti melindungi pantai dari hempasan ombak langsung sehingga menjaga stabilitas garis pantai.
b) Sebagai tempat perkembangbiakan serta tempat mencari makan bagi berbagai jenis ikan, udang, kepiting, dan moluska.
c) Menyerap kotoran di sekitarnya untuk menjaga kualitas air dan udara.
d) Menjadi tempat belajar bagi wisatawan dalam mempelajari ekosistem pantai dan pentingnya menjaga lingkungan.
e) Meningkatkan kesejahteraan ekonomi masyarakat sekitar.
Dengan demikian keberhasilan penanaman mangrove sebagai mitigasi bencana dan eduwisata ditentukan oleh tiga tahap keberhasilan, yaitu tahap pra tanam, saat tanam, dan pasca tanam. Dengan menggabungkan ketiga tahap tersebut, penanaman mangrove tidak hanya efektif dalam mengurangi risiko bencana, tetapi juga memberikan manfaat ekologi dan ekonomi bagi masyarakat setempat.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H