بِسْمِ ٱللَّٰهِ ٱلرَّحْمَٰنِ ٱلرَّحِيمِ
Industri garam di Indonesia memiliki sejarah panjang dan memainkan peran penting dalam kehidupan masyarakat. Garam merupakan salah satu kebutuhan pokok manusia dan digunakan dalam berbagai aspek kehidupan, mulai dari konsumsi rumah tangga hingga industri. Indonesia memiliki garis pantai yang panjang dan iklim tropis yang ideal untuk produksi garam laut.
Hal ini menjadikan Indonesia sebagai salah satu negara penghasil garam terbesar di dunia. Potensi industri garam di Indonesia sangat besar. Diperkirakan, Indonesia memiliki potensi produksi garam laut hingga 30 juta ton per tahun. Namun, saat ini, produksi garam di Indonesia masih tergolong rendah, yaitu sekitar 8 juta ton per tahun.
Tantangan dalam industri garam pun beragam. Pertama, ketergantungan pada musim. Dimana produksi garam di Indonesia masih sangat bergantung pada musim kemarau. Hal ini menyebabkan fluktuasi produksi dan harga garam. Kedua, teknologi yang masih tradisional. Banyak petani garam di Indonesia masih menggunakan teknologi tradisional yang tidak efisien dan ramah lingkungan.
Ketiga, kurangnya infrastruktur untuk mendukung industri garam, seperti pelabuhan dan gudang penyimpanan, masih belum memadai. Terakhir, persaingan di pasar internasional. Harga garam di pasar internasional relatif rendah dan fluktuatif, sehingga menyulitkan petani garam Indonesia untuk bersaing.
Jumlah produksi garam tradisional di Indonesia bervariasi setiap tahunnya, tergantung pada beberapa faktor seperti kondisi cuaca, luas lahan tambak garam, dan harga garam di pasaran. Menurut data dari Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP), pada tahun 2022, produksi garam rakyat (garam tradisional) di Indonesia mencapai 2,3 juta ton.
Angka ini menunjukkan penurunan dibandingkan tahun 2021 yang mencapai 2,6 juta ton. Perkiraan permintaan garam nasional Indonesia berada di kisaran 4-5 juta ton per tahun. Dimana produksi garam nasional, terutama dari sektor tradisional, belum mencukupi kebutuhan dalam negeri.
Menurut Badan Pusat Statistik (BPS), di tahun 2023, nilai impor garam Indonesia mencapai 135,3 juta USD atau setara dengan 2,8 juta ton. Dimana Australia merupakan negara pemasok garam terbanyak ke Indonesia, disusul India dan Selandia Baru. Di Indonesia sendiri, terdapat beberapa daerah yang menjadi sentra produksi garam tradisional. Pulau Madura merupakan sentra produksi garam tradisional terbesar di Indonesia.
Pada tahun 2022, produksi garam di Madura mencapai sekitar 1,2 juta ton. Jawa juga merupakan daerah penghasil garam tradisional yang cukup besar. Pada tahun 2022, produksi garam di Jawa mencapai sekitar 0,8 juta ton. Sulawesi juga memiliki beberapa daerah penghasil garam tradisional, seperti Sulawesi Selatan, Sulawesi Tenggara, dan Sulawesi Utara. Pada tahun 2022, produksi garam di Sulawesi mencapai sekitar 0,3 juta ton.
Pamekasan merupakan salah satu Kabupaten di Madura memiliki 15.000 hektar lahan tambak garam dan ini merupakan potensi yang sangat besar yang harus dikembangkan.
Di sisi lain, Padelegan terletak di kecamatan Pademawu Kabupaten Pamekasan merupakan salah satu desa penghasil garam yang ditunjang dengan sebuah Laboratorium Lapang Pusat Unggulan Iptek Garam di Universitas Trunojoyo Madura (UTM).
Dilansir dari laman berita Kompas, produksi garam rakyat di Pamekasan pada musim produksi garam 2022 mencapai 17 ribu ton lebih. Dilanjut data hingga 1 Desember 2023, produksi garam di Kabupaten Pamekasan mencapai 122.836 ton. Angka ini menunjukkan peningkatan signifikan dibandingkan tahun 2022.
Di samping produksi garam yang perlu ditingkatkan, ada limbah garam yang menjadi salah satu keresahan masyarakat di Madura. Limbah yang dihasilkan dari produksi garam disebut "Bittern".
Kandungan yang terdapat pada bittern berupa mineral -- mineral dan garam yang tidak ikut mengkristal pada saat proses evaporasi di meja garam, sehingga limbah cair ini berupa larutan jenuh yang memiliki kadar kepekatan 26-30 Be dan kaya akan mineral dan elemen minor di dalamnya.
Bittern yang dibuang ke laut dapat mencemari air laut di sekitar tambak garam. Kandungan mineral tinggi dalam bittern dapat menyebabkan eutrofikasi, yaitu ledakan populasi alga yang dapat mematikan ikan dan organisme laut lainnya. Selain itu, dapat mengganggu keseimbangan ekosistem laut karena dapat mempengaruhi rantai makanan dan habitat biota laut.
Selain itu, pengambilan air laut dalam jumlah besar untuk tambak garam, dapat menyebabkan intrusi air laut ke daratan. Ini dapat merusak lahan pertanian, sumber air tawar, dan infrastruktur pesisir.
Meskipun memiliki dampak negatif, bittern juga memiliki potensi untuk dimanfaatkan. Bittern Madura kaya akan magnesium, klorin, dan bromin. Ini dapat digunakan sebagai bahan baku untuk berbagai industri, seperti industri magnesium, industri klorin, dan industri bromin. Bittern yang kaya akan magnesium dan sulfat, yang bermanfaat bagi pertumbuhan tanaman.
Pengelolaan air limbah juga dapat menggunakan bittern, sebagai koagulan untuk membantu mengolah air limbah. Kandungan magnesium dan sulfur dalam bittern bermanfaat untuk kesehatan kulit dan rambut, sehingga bisa digunakan sebagai bahan baku kosmetik.
Di salah satu jurnal ilmiah teknik lingkungan yang ditulis oleh salah satu mahasiswa Teknik Lingkungan dari Universitas Pembangunan "Nasional" Jawa Timur, bittern dapat dimanfaatkan menjadi koagulan alternatif pengolahan limbah tepung ikan.
Industri tepung ikan menghasilkan limbah cair yang mengandung TSS cukup tinggi jika dibuang langsung ke badan air, padatan tersuspensi pada limbah cair tepung ikan masih mengandung bahan-bahan yang karakteristiknya sama dengan tepung ikan, untuk itu perlu dilakukan usaha untuk mengambil Suspended Solid (SS) tersebut agar bisa dimanfaatkan kembali menjadi tepung ikan KW2.
Dengan adanya penggunaan bittern sebagai koagulan, secara tidak langsung dapat meregenerasi air limbah menjadi air bersih, yang dapat dipakai kembali atau pemanfaatan dari limbah yang sudah dilakukan proses koagulasi untuk di jadi bahan yang masih mempunyai nilai ekonomis lagi yaitu pemanfaatan produksi tepung ikan KW2.
Didapatkan kesimpulan dari jurnal berikut bahwa penurunan kandungan TSS limbah industri Tepung Ikan "PT Indocitra Putra Samudra" dapat dilakukan dengan menggunakan metode koagulasi dengan koagulan bittern. Nilai optimum dari penelitian ini terhadap penurunan kandungan TSS yaitu pada dosis bittern berada pada 50 ml dengan lama pengadukan 50 detik dengan persentase penurunan TSS sebesar 72,09 %, yang mengandung TSS 1920 mg/l.
Nilai optimum dari penelitian ini terhadap penurunan kekeruhan yaitu pada dosis bittern pada penambahan 40 ml dengan lama pengadukan 50 detik menurunkan kekeruhan dengan persentase penurunan sebesar 72,38 % yang mengandung kekeruhan 29 NTU.
Pada tahun 2021 telah dilakukan pengabdian masyarakat berupa pemberian pelatihan keterampilan dalam mengolah limbah produksi garam (bittern). Pengabdian masyarakat ini dilakukan di masyarakat pesisir Kugar Pamungkas, yang berlokasi di Desa Pinggir Papas Kecamatan Kalianget, Kabupaten Sumenep.
Di lokasi tersebut terdapat kelompok ekonomi produktif yang sudah dirintis sejak tahun 2011, dimana usaha mitra petambak garam yang menghasilkan garam krosok yang dijual pada pengepul. Fokus pengabdian nya yaitu melakukan sosialisasi dan pelatihan berupa pemberian keterampilan dalam mengolah limbah produksi garam.
Tujuannya agar limbah yang dihasilkan dapat memberikan nilai tambah sehingga memiliki nilai jual dan dapat meningkatkan pendapatan masyarakat pesisir khususnya mitra. Dengan pengelolaan yang baik dari limbah tentu bisa juga menjadi salah satu solusi mengurangi limbah sehingga pencemaran pada air laut maupun lingkungan sekitar dapat berkurang.
Pelaksanaan pelatihan ini, mitra diberikan pemahaman tentang ruang lingkup bittern, yang meliputi kandungan kimia bittern, manfaat bittern bagi kesehatan, manfaat bittern terhadap bidang farmasi, serta pada peluang bisnis yang dihasilkan dari produk samping bittern. Selama kegiatan berlangsung, mitra merespon dengan materi yang disampaikan narasumber.
Berdasarkan kegiatan tersebut, dapat disimpulkan penerapan inovasi teknologi pada pemanfaatan limbah hasil produksi garam (bittern) untuk diolah menjadi produk turunan yang dapat memberikan nilai tambah sehingga dapat meningkatkan pendapatan khususnya mitra dan masyarakat pesisir pada umumnya.
Selain bittern, lumpur garam pun menjadi salah satu produk sampingan yang dihasilkan dari proses kristalisasi garam. Dikarenakan tingginya kadar garam, pengolahan lumpur garam menjadi penting untuk menjaga kelestarian lingkungan dan potensi pemanfaatannya. Terdapat beberapa metode yang umum digunakan untuk mengolah lumpur garam.
Pertama, dinamakan evaporasi. Teknik ini memanfaatkan sinar matahari untuk menguapkan air dalam lumpur garam. Seiring air menguap, konsentrasi garam dalam lumpur akan meningkat dan akhirnya mengkristal. Endapan kristal garam ini kemudian dapat dipisahkan dari lumpur yang tersisa.
Kedua, melakukan kristalisasi bertahap. Lumpur garam dilarutkan dengan air membentuk larutan pekat. Larutan ini kemudian didinginkan secara bertahap untuk mendorong pembentukan kristal garam. Kristal garam yang terbentuk dipisahkan dari larutan sisa yang masih mengandung garam terlarut.
Larutan sisa ini dapat kembali dikristalkan atau diproses lebih lanjut. Ketiga, pencucian lumpur garam dengan air tawar. Larutan garam hasil pencucian ini kemudian dapat diolah lebih lanjut menjadi garam konsumsi atau garam industri. Sisa padatan lumpur yang tidak larut biasanya dibuang atau dimanfaatkan untuk keperluan lain.
Seperti yang disebutkan pada paragraf sebelumnya, metode tersebut merupakan metode fisik. Terdapat 2 metode lain yaitu metode biologis dan metode kimia. Metode biologis meliputi pengolahan anaerobik dan pengolahan aerobik. Pengolahan anaerobik memanfaatkan mikroorganisme anaerob untuk menguraikan bahan organik dalam lumpur garam, menghasilkan biogas (metana dan karbon dioksida) yang dapat dimanfaatkan sebagai sumber energi.
Di satu sisi, pengolahan aerobik Memanfaatkan mikroorganisme aerob untuk menguraikan bahan organik dalam lumpur garam, menghasilkan biomassa yang dapat diolah menjadi pupuk atau bahan baku lainnya. Untuk metode kimia, dilakukan presipitasi dan adsorpsi.
Menambahkan bahan kimia seperti kalsium hidroksida untuk mengendapkan garam terlarut dalam lumpur garam, menghasilkan endapan padat yang dapat dipisahkan dan diolah disebut sebagai presipitasi. Lalu dengan memanfaatkan bahan adsorben seperti karbon aktif atau zeolit untuk menyerap garam terlarut dalam lumpur garam, menghasilkan air bersih dan padatan kaya garam yang dapat diolah disebut adsorpsi.
Perlu diberikan catatan penting bahwa pemilihan metode pengolahan lumpur garam tergantung pada kandungan garam, komposisi lumpur, dan tujuan akhir dari pengolahan. Beberapa penelitian juga menjajaki pemanfaatan langsung lumpur garam, misalnya sebagai bahan pembuatan keramik atau sebagai pupuk dengan kandungan magnesium yang tinggi.
Tantangan utama dalam pengolahan lumpur garam adalah kandungan garam yang tinggi, yang dapat menghambat pertumbuhan mikroorganisme yang biasanya digunakan dalam metode pengolahan biologis pada air limbah biasa. Penelitian dan pengembangan terus dilakukan agar dapat meningkatkan efisiensi dan efektivitas metode pengolahan lumpur garam. Menemukan metode baru yang lebih ramah lingkungan dan hemat biaya juga dilakukan, serta memanfaatkan lumpur garam secara optimal untuk berbagai keperluan.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H