Menafsirkan Peristiwa Nyata Melalui Konsep bermensch Filsafat Nietzsche: Gerakan Sosial dan Penciptaan Nilai Baru
Friedrich Nietzsche, melalui konsep bermensch atau manusia unggul, mengusulkan ide yang radikal mengenai kebebasan, keberanian, dan penciptaan diri. bermensch adalah individu yang mampu melampaui batasan moralitas tradisional dan dogma-dogma lama, lalu menciptakan nilai-nilai baru sesuai dengan kehendaknya sendiri. Dalam peristiwa-peristiwa nyata, seperti gerakan sosial dan politik, serta krisis identitas di masyarakat modern, konsep ini dapat memberikan pemahaman yang mendalam mengenai perjuangan manusia untuk mencari kebebasan dan makna yang autentik. Melalui lensa bermensch, kita dapat melihat bagaimana manusia modern bergerak menuju kebebasan individu dan penciptaan nilai-nilai baru.
 Gerakan Black Lives Matter: Upaya Menjadi bermensch dalam Melampaui Ketidakadilan
Gerakan Black Lives Matter (BLM) yang mencuat pada tahun 2020 di Amerika Serikat setelah pembunuhan George Floyd oleh polisi, adalah salah satu contoh nyata tentang bagaimana sekelompok orang bangkit untuk melawan ketidakadilan dan mencoba menciptakan nilai-nilai baru dalam masyarakat. Nietzsche, dalam konsep bermensch, mengajukan gagasan tentang manusia yang melampaui moralitas lama, yang dalam konteks ini dapat diterapkan pada struktur sosial yang menindas.
bermensch adalah sosok yang tidak tunduk pada nilai-nilai lama yang dipaksakan oleh otoritas, tetapi menciptakan nilai-nilai baru yang mencerminkan kebebasan, keadilan, dan keberanian. Dalam hal ini, gerakan BLM dapat dipahami sebagai manifestasi dari semangat bermensch yang berusaha mengatasi ketidakadilan struktural seperti rasisme sistemik. Rasisme, dalam konteks ini, adalah bentuk moralitas budak yang membelenggu individu dan kelompok tertentu ke dalam posisi subordinasi, yang menghambat mereka untuk berkembang sepenuhnya sebagai manusia yang bebas.
Para demonstran BLM menunjukkan karakteristik keberanian dan perlawanan terhadap penindasan, yang merupakan esensi dari bermensch. Mereka menolak untuk menerima ketidakadilan sebagai sesuatu yang tak terhindarkan dan berjuang menciptakan dunia yang lebih adil dan bebas dari rasisme, yang pada dasarnya adalah upaya untuk menggantikan nilai-nilai lama dengan yang lebih manusiawi dan setara. Dengan kata lain, gerakan ini menolak nilai-nilai tradisional yang memungkinkan ketidakadilan dan diskriminasi berlangsung, kemudian menciptakan nilai-nilai baru yang lebih selaras dengan kebebasan dan martabat manusia.
Teknologi dan Inovasi: Silicon Valley sebagai bermensch Modern
Selain dalam konteks sosial, konsep bermensch juga dapat dilihat dalam konteks inovasi dan teknologi. Silicon Valley, pusat inovasi teknologi di Amerika Serikat, sering kali dianggap sebagai simbol dari keberanian manusia untuk melampaui batasan lama dan menciptakan sesuatu yang benar-benar baru. Para pendiri perusahaan teknologi seperti Elon Musk dan Steve Jobs, yang dikenal sebagai sosok yang visioner, bisa dianggap sebagai representasi modern dari bermensch dalam dunia teknologi.
Nietzsche menggambarkan bermensch sebagai seseorang yang mampu mengatasi batasan konvensional, tidak takut untuk berpikir melampaui norma-norma tradisional, dan menciptakan nilai-nilai baru. Di Silicon Valley, para inovator menciptakan teknologi yang mengubah cara manusia hidup, bekerja, dan berinteraksi, dengan berani menantang status quo yang ada. Mereka tidak hanya menerima dunia sebagaimana adanya, tetapi berusaha menciptakan dunia baru melalui teknologi dan inovasi.
Elon Musk, misalnya, dengan ambisi luar biasa untuk mengkolonisasi Mars melalui SpaceX, menampilkan karakteristik bermensch yang berusaha untuk melampaui batasan manusia di Bumi. Ia tidak tunduk pada batasan konvensional, seperti ketergantungan manusia pada planet ini, tetapi justru melihatnya sebagai tantangan yang harus diatasi. Ini adalah manifestasi dari kehendak untuk berkuasa (Will to Power), di mana manusia tidak hanya berusaha mempertahankan eksistensi, tetapi melampaui keterbatasan yang ada untuk mencapai sesuatu yang lebih besar.
Krisis Iklim: Tantangan Menuju bermensch
Krisis iklim global yang semakin memburuk juga dapat ditafsirkan melalui lensa bermensch sebagai ujian bagi manusia untuk menciptakan solusi yang melampaui batas-batas moralitas dan nilai-nilai tradisional yang tidak lagi efektif dalam menghadapi tantangan dunia modern. Moralitas tradisional yang menempatkan manusia sebagai penguasa alam, tanpa memperhatikan kerusakan ekologis yang diakibatkan, adalah nilai yang membelenggu manusia dalam sistem eksploitatif yang berbahaya.
Dalam konteks ini, gerakan lingkungan yang semakin tumbuh di seluruh dunia dapat dilihat sebagai upaya manusia untuk melampaui cara berpikir lama dan menciptakan nilai-nilai baru yang lebih berkelanjutan. Individu-individu seperti Greta Thunberg, yang memimpin gerakan global melawan perubahan iklim, adalah contoh dari manusia yang berusaha melampaui nilai-nilai lama yang destruktif dan menciptakan nilai-nilai baru yang lebih selaras dengan alam dan keberlanjutan kehidupan di Bumi.
Nietzsche mungkin akan melihat krisis iklim sebagai kesempatan bagi manusia untuk menunjukkan karakter bermensch dengan mengambil alih tanggung jawab untuk masa depan planet ini, bukan sebagai korban dari keadaan, tetapi sebagai pencipta nasib mereka sendiri. Manusia tidak boleh lagi tunduk pada sistem ekonomi dan politik yang tidak berkelanjutan, tetapi harus memiliki keberanian untuk menciptakan tatanan baru yang memungkinkan kelangsungan hidup dan kesejahteraan bersama.
 bermensch di Tengah Krisis Identitas Global
Krisis identitas yang dialami banyak masyarakat di era modern juga mencerminkan relevansi konsep bermensch. Di tengah globalisasi, urbanisasi, dan perubahan sosial yang cepat, banyak orang mengalami alienasi dan kebingungan mengenai siapa mereka dan apa yang menjadi tujuan hidup mereka. Krisis ini sering kali muncul ketika nilai-nilai lama yang diwariskan dari generasi ke generasi kehilangan maknanya, sementara nilai-nilai baru belum sepenuhnya terbentuk.
Nietzsche melihat situasi semacam ini sebagai peluang bagi manusia untuk menjadi bermensch dengan menciptakan identitas baru yang lebih autentik. Mereka yang berhasil melampaui krisis identitas dan menciptakan jalan hidup baru yang sesuai dengan kehendak mereka sendiri adalah contoh dari bermensch dalam dunia modern. Misalnya, banyak individu saat ini yang meninggalkan pekerjaan konvensional dan menciptakan karier yang lebih sesuai dengan passion dan nilai-nilai mereka sendiri, baik sebagai seniman, wirausaha, atau aktivis.
Alih-alih menyerah pada kebingungan identitas, manusia modern dapat memanfaatkan kebebasan baru ini untuk membentuk diri mereka sendiri sesuai dengan keinginan mereka, tanpa harus tunduk pada ekspektasi masyarakat atau dogma tradisional. Inilah esensi dari bermensch: menjadi kreator nilai, mengambil kendali penuh atas hidupnya, dan menentukan tujuan serta makna hidup yang autentik.
 Kesimpulan
Konsep bermensch dalam filsafat Nietzsche memberikan perspektif yang kuat dalam memahami peristiwa-peristiwa nyata di dunia modern. Baik dalam konteks gerakan sosial seperti Black Lives Matter, inovasi teknologi di Silicon Valley, upaya melawan krisis iklim, maupun krisis identitas yang dialami oleh individu-individu di era globalisasi, semangat bermensch selalu hadir sebagai upaya manusia untuk melampaui keterbatasan dan menciptakan dunia serta nilai-nilai baru yang lebih bermakna.
bermensch bukan hanya konsep abstrak, tetapi suatu tantangan nyata bagi setiap individu untuk menjadi lebih dari sekadar manusia biasa, untuk berani hidup tanpa dogma, dan untuk menciptakan nilai-nilai baru yang mencerminkan kebebasan dan kekuatan kehendak. Dalam dunia yang terus berubah, tantangan untuk menjadi bermensch tetap relevan, menginspirasi manusia untuk tidak hanya menerima dunia apa adanya, tetapi menciptakan kehidupan yang lebih autentik, bebas, dan penuh makna.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H