Mohon tunggu...
Nabilah Salma Tsurayya
Nabilah Salma Tsurayya Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa UIN Sunan Kalijaga PGMI 21104080028

Nabilah Salma Tsurayya

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Fenomena Masyarakat Desa Banjaran Kabupaten Jepara yang Lebih Prioritaskan Kerja daripada Pendidikan Tinggi: Apa Implikasinya?

10 Februari 2024   20:19 Diperbarui: 4 Maret 2024   08:51 97
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber : https://www.canva.com/

3. Nilai-nilai Tradisional:

   Di beberapa masyarakat desa Banjaran, nilai-nilai tradisional yang menekankan pentingnya kerja keras dan kontribusi langsung terhadap keluarga. Nilai-nilai tersebut mengalahkan nilai-nilai pendidikan formal yang mungkin dianggap sebagai "luks" atau tidak praktis.

Implikasi Jangka Panjang

Fenomena ini memiliki dampak yang cukup signifikan, terutama dalam jangka panjang:

- Siklus Kemiskinan yang Terus Berlanjut: Prioritas pada kerja daripada pendidikan dapat mempertahankan siklus kemiskinan, dengan sedikit kesempatan untuk mobilitas sosial dan peningkatan ekonomi. 

- Keterbatasan Pengembangan Potensi: Tidak adanya akses terhadap pendidikan tinggi menghalangi pengembangan potensi individu dan masyarakat secara keseluruhan, menghambat inovasi dan perkembangan ekonomi lokal.

- Kesenjangan Pendidikan dan Kesempatan: Masyarakat desa yang lebih memilih untuk bekerja daripada melanjutkan pendidikan tinggi bisa mengalami kesenjangan pendidikan yang lebih besar dibandingkan dengan masyarakat di wilayah perkotaan.

Berdasarkan wawancara yang telah dilakukan dengan beberapa pemuda di Desa Banjaran yang lebih memilih untuk berkerja dibandingkan dengan kuliah, mereka menuturkan bahwa perkuliahan bukanlah suatu hal yang sangat penting, menurut mereka tidak sedikit lowongan pekerjaan yang membutuhkan lulusan SMA/SMK sehingga tidak perlu sampai membuang-buang uang, waktu, tenaga, dan juga pikiran untuk melanjutkan ke jenjang perkuliahan. 

Fenomena di mana masyarakat desa lebih mementingkan kerja daripada melanjutkan pendidikan tinggi menyoroti kompleksitas tantangan yang dihadapi oleh komunitas pedesaan. Penting bagi pemerintah, lembaga pendidikan, dan pemangku kepentingan lainnya untuk memahami konteks lokal dan bekerja sama untuk mengatasi hambatan-hambatan yang menghambat akses dan partisipasi dalam pendidikan tinggi. Hanya dengan upaya bersama, kita dapat memastikan bahwa setiap individu, tanpa memandang latar belakang geografisnya, memiliki kesempatan yang sama untuk mengakses pendidikan tinggi dan menggapai potensi penuhnya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun