Mohon tunggu...
nabilah munirotulaila
nabilah munirotulaila Mohon Tunggu... Mahasiswa - Nabilah

Jakarta, Indonesia

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Budaya Organisasi Salah Satu Sumber Keunggulan Bersaing Perusahaan di Tengah Lingkungan yang Selalu Berubah

30 Juni 2021   21:39 Diperbarui: 30 Juni 2021   22:00 2210
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gambar 3 Tingkatan budaya - Sumber : Schein 2004

KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan rahmat-nya sehingga kami dapat menyelesaikan tugas artikel ilmiah yang berjudul "Budaya Organisasi" ini tepat pada waktunya.

Adapun tujuan dari penulisan dari artikel ini adalah untuk memenuhi tugas dari Bapak Eko Sasongko Priyadi S.Sos, M.A. pada Prodi S1 Akuntansi Mata kuliah Perilaku Organisasi. Selain itu, artikel ini juga bertujuan untuk menambah wawasan tentang Budaya organisasi bagi para pembaca dan juga bagi penulis.

Kami mengucapkan terima kasih kepada bapak dosen, selaku dosen Prodi S1 Akuntansi mata kuliah Perilaku Organisasi yang telah memberikan tugas ini sehingga dapat menambah pengetahuan dan wawasan sesuai dengan bidang studi yang kami tekuni.

Kami juga mengucapkan terima kasih kepada teman-teman kelompok 2 sebagian pengetahuannya dan kerja samanya sehingga dapat menyelesaikan tugas artikel ini.

Kami menyadari, artikel yang kami tulis ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu, kritik dan saran yang membangun akan kami nantikan demi kesempurnaan artikel ini.

Tangerang, Juni 2021

Penulis

-Kelompok 2-

(M. Abdul Latif , Nabilah Munirotulaila , Narulita )

BUDAYA ORGANISASI (ORGANIZATIONAL CULTURE), SALAH SATU SUMBER KEUNGGULAN BERSAING PERUSAHAAN DI TENGAH LINGKUNGAN YANG SELALU BERUBAH

  

ABSTRAK

 

Ketika dunia telah berkembang lebih bergolak, konsep budaya telah menjadi semakin penting untuk para pemimpin organisasi karena lingkungan baru sering membutuhkan nilai-nilai baru dan pendekatan segar dalam melakukan bisnis. Kebanyakan pemimpin sekarang mengerti bahwa ketika budaya perusahaan sesuai dengan kebutuhan lingkungan eksternal dan strategi perusahaan, karyawan dapat menciptakan sebuah organisasi yang sangat sulit untuk dikalahkan. Metode yang digunakan oleh tulisan ini adalah metode studi pustaka, dengan mengkaji bahan-bahan pustaka dari berbagai sumber. Banyak contoh kasus dari kesuksesan atau kegagalan sebuah perusahaan yang bersumber dari budaya organisasi yang mereka terapkan. Google adalah salah satu contoh perusahaan yang sukses karena menerapkan budaya yang adaptif di organisasi mereka. Contoh seperti ini mestinya bisa ditiru oleh perusahaan lainnya, untuk bisa bertahan dalam lingkungan yang terus mengalami perubahan dan bisa mencapai visi/misi di masa depan.

 

Kata kunci: manajemen strategi, budaya organisasi, keunggulan bersaing

PENDAHULUAN

Vision is a short and inspiring statement of what your organization intends to become and to achieve at some point in the future. Buzan (2001) menyatakan visi adalah kemampuan berpikir secara stratejik atau merencanakan masa depan dengan bijak, kreatif dan imajinatif, menggunakan gambaran mental tentang situasi yang dapat dan mungkin terjadi di masa yang akan datang (future).

Visi atau misi merupakan jembatan penghubung antara waktu sekarang dengan masa depan, memberikan energi, pembakar semangat dan motivasi bagi karyawan, menjelaskan arti sebuah pekerjaan bagi karyawan. Penentuan visi atau misi yang benar dan tepat merupakan suatu gagasan yang sangat ampuh yang dapat membuat keberhasilan awal dengan memadukan segala kekuatan dari sumberdaya (resources) yang ada untuk mewujudkannya.

Sumber daya manusia adalah salah satu sumber daya utama untuk mencapai visi/misi perusahaan. Harus ada orang-orang yang memiliki komitmen tinggi untuk melaksanakan visi/misi tersebut. Dibutuhkan upaya terus-menerus dan berkelanjutan agar visi/misi perusahaan yang diterjemahkan ke dalam budaya perusahaan---yang selanjutnya diterapkan dalam bentuk perilaku dari nilai-nilai budaya (cultural value) perusahaan- benar-benar terlaksana dengan baik dan bahkan menjadi jiwa bagi seluruh pegawai yang ada di perusahaan.

Budaya organisasi sekarang ini dipandang sebagai salah satu sumber dari keunggulan bersaing perusahaan dalam menghadapi lingkungan yang terus mengalami perubahan, nilai-nilai budaya yang diterapkan dalam sebuah organisasi bisa sebagai salah satu faktor yang menentukan kelangsungan hidup sebuah organisasi.

Pada beberapa kasus, nilai-nilai budaya yang diterapkan perusahaan telah menjadi kunci kesuksesan untuk mencapai visi ataupun sebaliknya menjadi kegagalan sebuah perusahaan dalam berbisnis, kasus Enron adalah salah satunya. Sebuah perusahaan besar tapi karena menerapkan nilai- nilai budaya yang tamak, serakah dan menghalalkan segala cara, mengabaikan etika dan moral, telah menyebabkan Enron terpuruk dan hancur, menjadi catatan hitam dalam sejarah kejahatan korporasi di Amerika. Mesti dicatat, dari kasus Enron tersebut membuktikan pada kita bahwa nilai-nilai budaya organisasi memegang peranan yang sangat penting dalam menentukan kinerja bahkan kelangsungan hidup sebuah organisasi.

METODE

 

Metode yang digunakan oleh tulisan ini adalah metode studi pustaka, dengan mengkaji bahan- bahan pustaka dari berbagai sumber.

PEMBAHASAN

 

Konsep manajemen strategi, adaptasi perubahan lingkungan dan budaya

Membahas visi dan misi perusahaan, kita tidak bisa melupakan manajemen strategi. Terdapat beberapa bentuk dari model manajemen strategi tapi hanya sedikit yang memasukan unsur budaya sebagai elemen internal utama dalam model manajemen strategi mereka. Salah satu model manajemen strategi yang memasukan unsur budaya dalam modelnya adalah dari Wheelen dan Hunger (2010).

Manajemen strategi adalah alat untuk membuat sebuah perencanaan strategik di masa datang (future) dengan melihat semua perubahan yang terjadi pada lingkungan baik eksternal maupun internal. Model manajemen strategi menurut Wheelen dan Hunger (2010), seperti Gambar 1.

                                         

Wheelen dan Hunger (2010) mengatakan bahwa strategic management adalah"set of managerial decisions and actions that determines the long-run performance of a firm." Manajemen stratejik adalah kumpulan dari keputusan-keputusan dan tindakan yang menentukan kinerja jangka panjang dari sebuah perusahaan.

Dalam lingkungan internal atau lingkungan organisasi, Wheelen dan Hunger (2010) memasukkan tiga unsure, yaitu stuktur, budaya (culture), dan sumberdaya (resources). Menurut Wheelen dan Hunger (2010), memiliki dan mengelola sumber daya saja tidaklah cukup tapi harus didukung juga dengan struktur dan budaya yang bagus dan bisa beradaptasi dengan perubahan lingkungan. Tiga elemen internal inilah yang membedakan satu organisasi dengan organisasi lainnya, walaupun berada dalam industri yang sama. Dengan model manajemen strategi inilah, kita bisa melihat hubungan antara adaptasi perubahan lingkungan eksternal, pencapaian visi/misi dan pentingnya budaya organisasi.

Menurut Wheelen dan Hunger (2010), budaya adalah sekumpulan keyakinan, harapan dan nilai-nilai yang dipelajari dan dibagikan oleh seluruh anggota organisasi dan diajarkan dari satu generasi pegawai ke generasi pegawai yang lain. Wheelen dan Hunger (2010) memasukan unsur budaya sebagai bagian dari lingkungan internal perusahaan dalam model manajemen strateginya, dengan kata lain---dalam konteks manajemen strategi---Wheelen menganggap bahwa sebuah budaya organisasi memegang peranan sangat penting bagi kesuksesan sebuah organisasi di masa sekarang dan kelangsungan hidup perusahaan di masa depan.

Sementara Daft (2008), mendefinsikan budaya adalah sekumpulan nilai-nilai kunci, asumsi, pemahaman, norma dan cara berpikir yang disebarkan (shared) oleh anggota organisasi dan diajarkan kepada anggota baru sebagai sesuatu yang benar.

Gambar 2 Ilustrasi budaya Sumber: Daft (2008)
Gambar 2 Ilustrasi budaya Sumber: Daft (2008)
                                                                                      

Daft (2008) mengilustrasikan budaya seperti gambar di atas. Ada dua bagian dari budaya: yang terlihat (visible) dan yang tidak terlihat (invisible). Budaya yang tidak terlihat memainkan peranan yang sangat besar bagi kesuksesan suatu organisasi karena di dalamnya termasuk nilai-nilai, keyakinan dan asumsi-asumsi.

Sementara menurut Schein (2004), terdapat beberapa tingkatan budaya (Gambar 3).


Gambar 3 Tingkatan budaya - Sumber : Schein 2004
Gambar 3 Tingkatan budaya - Sumber : Schein 2004
                                                                                                           

Dalam Artifacts, misalnya seorang anggota baru memasuki suatu organisasi yang telah memiliki proses dan struktur organisasional yang visibel dan menghadapi suatu kelompok baru dengan budaya yang unfamiliar baginya. Artifacts mencakup produk jasa dan pelayanan bahkan pola perilakiu para anggota kelompok yang berada dalam suatu organisasi.

Espoused Values misalnya ketika karyawan baru mempertanyakan apa yang seharusnya dapat mereka berikan untuk melakukan sesuatu. Pada tingkatan ini, organisasi maupun SDMnya membutuhkan tuntunan strategi, tujuan (goals) dan filosofi-filosofi dari pemimpin organisasi. Espoused Values meliputi simbol, sejarah, jargon, seremoni dan statement of principle yang telah ditanamkan para pendirinya.

Underlying Assumptions misalnya ketika anggota organisasi percaya bahwa mereka diterima secara baik untuk melakukan sesuatu secara benar dengan cara yang tepat. Asumsi-asumsi dasar ini dapat mempengaruhi perasaan, penalaran, persepsi, kepercayaan dan pikiran bawah sadar para anggota organisasi.

Schein (2004) mengembangkan gagasan bahwa perusahaan dan budaya organisasi harus diorganisasikan dan beradaptasi untuk bisa bertahan hidup di lingkungan eksternal. Dia menggunakan istilah adaptasi eksternal untuk mengingatkan bahwa organisasi harus untuk mempertahankan diri terhadap ancaman eksternal. Baginya, perusahaan harus terus bertahan hidup dan beradaptasi, selalu belajar hal-hal baru.

Mengapa Budaya Sangat Penting

Internal integration yaitu: (1) dengan adanya budaya maka dapat menyatukan semua anggota dalam organisasi sehingga mereka tahu bagaimana untuk saling berhubungan dan bekerja sama satu dengan lainnya; (2) budaya membantu anggota organisasi untuk mengembangkan suatu kebersamaan identitas, sehingga masing-masing anggota tahu bagaimana mereka dapat berkerja sama secara efektif dan efisien; dan (3) budaya dapat menjelaskan bagaimana masing-masing anggota dapat berkomunikasi di dalam organisasi.

Eksternal adaptation yaitu: (1) budaya dapat membantu organisasi untuk beradaptasi terhadap lingkungan luar organisasi. Budaya dapat menjelaskan bagaimana suatu organisasi mempersatukan tujuan dan mencapai kesepakan dengan pihak luar; (2) nilai-nilai budaya yang benar dapat membantu organisasi untuk menanggapi respon dengan cepat terhadap kebutuhan konsumen atau mengurangi persaingan dengan pihak luar; dan (3) budaya mengikat karyawan untuk bersama dan bersatu membuat komunitas organisasi bersama daripada hanya kumpulan organisasi yang bersifat individu.

Tabel 1 menunjukan perbedaaan perilaku antara perusahaan yang menganut budaya yang adaptif dan non-adaptif terhadap perubahan lingkungan.

Tabel 1 Perbedaan perilaku antara perusahaan budaya adaptif dan tidak adaptif

Adaptive Organizational Culture

Unadaptive Organizational Culture

Visible Behavior

Pemimpin mencermati semua yang mendukung mereka, terutama pelanggan, dan memprakarsai perubahan bila diperlukan untuk melayani kepentingan mereka, sekalipun hal tersebut beresiko

Pemimpin sangat peduli terhadap pelanggan, pemegang saham, dan karyawan. Mereka juga sangat menghargai orang dan proses yang dapat menciptakan perubahan yang berguna (misalnya, inisiatif kepemimpinan atas dan ke bawah dari hirarki manajemen)

Melayani seluruh organisasi, mempercayai orang lain

Manajer cendrung bertingkah laku agak picik, berbau politis dan birokratis. Sebagai hasilnya mereka tidak merubah strategi mereka dengan cepat untuk menyesuaikan atau mengambil keuntungan dari perubahan lingkungan mereka

Manajer hanya perhatikan diri mereka sendiri, kelompok kerja langsung, atau beberapa produk (atau teknologi) yang terkait dengan kelompok kerja. Mereka menghargai proses manajemen yang teratur dan menghindari risiko jauh lebih tinggi dari inisiatif kepemimpinan

Memenuhi kepentingan diri sendiri dan tidak mempercayai orang lain

Express Value

Underlying

Assumption

Empat Jenis Budaya Perusahaan

Tidak diragukan lagi bahwa budaya memegang peranan penting bagi kesuksesan bahkan kelangsungan hidup sebuah organisasi. Kuncinya adalah selalu beradaptasi pada perubahan lingkungan eksternal perusahaan. Maka pertanyaan selanjutnya adalah budaya manakah yang cocok untuk diterapkan sebuah perusahaan, nilai-nilai budaya manakah yang penting yang lebih baik dibandingkan dengan yang lain. Untuk itu perlu dipertimbangkan faktor-faktor antara lain: lingkungan eskternal perusahaan, nilai-nilai budaya dan strategi organisasi.

Faktor eksternal perusahaan apakah dalam kondisi yang fleksibel atau stabil dan strategi perusahaaan berfokus pada eksternal atau internal. Kombinasi faktor-faktor ini akan menghasilkan empat jenis budaya perusahaan, dengan nilai-nilai (value) budaya yang berbeda.

Gambar 4 Faktor eksternal perusahaan (Dokpri)
Gambar 4 Faktor eksternal perusahaan (Dokpri)
                                                                                              

eksklusif; (4) laptop di mana-mana, masalah standar untuk pengkodean seluler, email saat di perjalanan, dan pencatatan; (5) foosball, meja biliar, lapangan bola voli, beragam permainan video, piano, meja ping pong, dan gym yang menawarkan kelas yoga dan tari; (6) grup karyawan untuk segala minat dasar, seperti meditasi, film, mencicipi anggur, dan tari salsa; (7) makan siang dan makan malam sehat untuk semua staf di berbagai kafe; dan (8) ruangan istirahat yang dilengkapi berbagai kudapan dan minuman agar karyawan Google senantiasa bersemangat.

PENUTUP

 

Salah satu faktor yang membedakan antara satu organisasi dengan organisasi lainnya adalah budaya organisasi. Budaya organisasi dapat dijadikan sebagai sumber keunggulan bersaing perusahaan dalam menghadapi lingkungan yang terus berubah. Banyak contoh kasus dari kesuksesan atau kegagalan sebuah perusahaan yang bersumber dari budaya organisasi yang mereka terapkan, Enron adalah salah satu contoh dari perusahaan yang menerapkan budaya yang salah di perusahaan, sehingga membuat perusahaan tersebut harus tutup. Google adalah salah satu contoh perusahaan yang sukses karena menerapkan budaya yang adaptif di organisasi mereka, contoh seperti ini mestinya bisa ditiru oleh perusahaan lainnya, untuk bisa bertahan dalam lingkungan yang terus mengalami perubahan dan bisa mencapai visi/misi di masa depan.

DAFTAR PUSTAKA

 

Buzan, T. (2001). The Power of Spiritual Intelligence: 10 ways to tap into your spiritual genius.

Thorsons.

Daft, R. L. (2008). Leadership. South-Western, Cengage Learning.

Emy Trimahanani. (2009). Budaya Perusahaan-Alat Ampuh Mencapai Visi. Schein, E. H. (2004). Organizational culture and leadership. Jossey-Bass.

Wheelen, T. L., & Hunger, J. D. (2010). Strategic management and business policy, achieving sustainability. Prentice Hall.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun