Setiap keluarga memiliki tujuan untuk mensejahterakan anggota keluarga. Tujuan tersebut yang mendorong anggotanya untuk berusaha agar dapat mencapai titik tujuan. Manajemen sumberdaya keluarga merupakan penggunaan sumber daya keluarga dalam usaha atau proses mencapai tujuan atau sesuatu yang dianggap penting oleh keluarga. Manajemen keluarga dapat berupa kegiatan pengambilan keputusan dalam suatu keluarga. Setiap anggota keluarga memiliki peran masing-masing dalam manajemen sumberdaya keluarga. Setiap keluarga memiliki manajemen yang berbeda satu sama lain sehingga menciptakan keragaman manajemen sumberdaya keluarga. Letak wilayah merupakan salah satu faktor yang mendorong keragaman manajemen sumberdaya keluarga.
Karakteristik Masyarakat PegununganÂ
Mayoritas masyarakat pegunungan memiliki anggota keluarga yang terdiri dari 4 orang yaitu ayah, ibu, dan 2 orang anak. Tingkat pendidikan masyarakat pegunungan sebagian besar yaitu di tingkat SMA sederajat dengan penghasilan kurang dari 4,5 juta rupiah per bulan. Sementara itu, biaya yang dikeluarkan oleh masyarakat pegunungan tergolong rendah yaitu dibawah 3,7 juta rupiah per bulan. Hal ini disebabkan oleh mayoritas masyarakat memiliki lahan pekarangan yang dimanfaatkan untuk bercocok tanam dalam upaya pemenuhan kebutuhan sehari-hari. Sebagian besar masyarakat pegunungan memiliki pemilihan pangan yang kurang tepat yaitu masih menerapkan semboyan 4 sehat 5 sempurna padahal saat ini pedoman gizi yang digunakan yaitu mengonsumsi makanan yang beragam sesuai dengan pedoman gizi seimbang. Hal tersebut menunjukkan bahwa eksistensi pedoman gizi seimbang belum banyak diketahui oleh masyarakat luas.
Pendidikan dan Mata PencaharianÂ
Tingkat pendidikan keluarga pada masyarakat di daerah pegunungan rata-rata  sudah mencapai anjuran pemerintah, yakni pendidikan minimal 9 tahun. Peningkatan capaian pendidikan dipengaruhi oleh faktor-faktor, seperti kondisi sosial, ekonomi keluarga, dan motivasi yang berbeda antar keluarga. Tingkat pendidikan yang tinggi berhubungan erat dengan mata pencaharian yang semakin bervariasi. Mata pencaharian yang bervariasi disebabkan karena peningkatan kesadaran masyarakat terhadap peluang usaha non pertanian yang semakin terbuka. Keluarga pada masyarakat pegunungan yang memiliki tingkat pendidikan rendah menjadi hambatan dalam mengelola pertanian menggunakan teknologi terbaru yang berdampak pada kemajuan dan kehidupan masyarakat.
Upaya Mencapai Tujuan KeluargaÂ
Tingkat pendidikan terhadap mata pencaharian juga mempengaruhi keberhasilan tercapainya tujuan keluarga. Keberhasilan dalam mencapai tujuan dibutuhkan keterampilan dan pendidikan yang dapat mendukung setiap usaha yang dilakukan agar tepat sasaran. Masyarakat dari keluarga dengan pendidikan rendah membutuhkan usaha yang lebih besar dalam mencapai tujuan karena adanya keterbatasan ekonomi akibat rendahnya pendapatan yang berasal dari bertani, buruh dan berdagang di wilayah pegunungan. Pendapatan yang rendah menjadi hambatan dalam menempuh pendidikan sehingga sumber daya manusia dalam keluarga memiliki keterampilan yang terbatas dalam mengelola lahan pertanian serta terhambat dalam meningkatkan perekonomian keluarga.
Kemampuan Mengatur Konsumsi Pangan
Kebiasaan makan keluarga dibentuk oleh tingkat pendapatan, sosial-budaya, dan karakteristik keluarga. Kebiasaan makan juga dapat dipengaruhi oleh berbagai faktor seperti jenis kelamin, umur, pendidikan ibu, pengetahuan ibu tentang gizi, sikap ibu tentang gizi, jumlah anggota keluarga, dan pantangan. Pendapatan yang rendah berkorelasi positif dengan pemilihan bahan makanan. Kemampuan mengatur atau manajemen dalam keuangan keluarga sangat penting dalam upaya tercapainya kesejahteraan keluarga, yang tercermin dari pemilihan bahan pangan yang baik. Pemilihan pangan dipengaruhi oleh berbagai kondisi, seperti kondisi pendapatan keluarga, pengetahuan atau persepsi, dan ketersediaannya. Keluarga yang tinggal di daerah pegunungan biasa mengonsumsi hasil panen dari lahan yang mereka miliki. Pemilihan pangan yang kurang tepat akan menyebabkan kebiasaan makan yang kurang baik.
Lahirnya Motivasi BelajarÂ
Motivasi orang tua dalam memberikan dorongan pendidikan lanjutan bagi anak menjadi hal penting karena anak akan merasa mendapat dukungan dari keluarga mereka. Hal ini juga merupakan bentuk kepedulian serta perhatian orang tua terhadap anak-anaknya. Dalam memberikan dorongan, orang tua perlu memiliki pemahaman tentang pentingnya pendidikan sehingga anak akan lebih memahami tentang makna dan pengaruh pendidikan di masa depan. Dorongan atau dukungan tersebut haruslah selaras dengan minat anak mereka. Membangun minat anak tentang dunia pendidikan perlu dibangun sejak dini, sebab berbagai pengaruh negatif dari luar tentu dapat mempengaruhi motivasi anak kapan pun. Meskipun, faktor lainnya dapat turut berpengaruh namun dukungan dari orang-orang terdekat juga sangatlah penting.
Ekonomi dan Pendapatan Keluarga
Keluarga yang tinggal di daerah sekitar pegunungan masih membutuhkan pekerjaan yang berpenghasilan lebih agar dapat menjadi keluarga yang sejahtera, karena menurut keluarga yang tinggal di daerah pegunungan menyebutkan bahwa keluarga yang sejahtera adalah keluarga yang berkecukupan dalam hal ekonomi. Selain itu, banyak aspek juga yang dapat dilakukan jika keluarga ingin memiliki manajemen keuangan agar pendapatan dan pengeluaran dapat seimbang serta tidak relatif menjadi boros, seperti strategi mendapatkan penghasilan, alokasi belanja keperluan konsumsi, alokasi belanja keperluan produktif, manajemen biaya pendidikan anak (pendidikan formal dan non formal), dan manajemen pengembangan usaha. Maka dari itu manajemen keuangan keluarga sangat penting dalam memajukan kesejahteraan ekonomi keluarga baik dalam pengalokasian untuk kebutuhan konsumsi maupun keperluan investasi atau pengembangan usaha.
Ekonomi dan Kondisi Geografis
Kondisi lingkungan dan geografis di daerah pegunungan sangat berpengaruh dalam manajemen sumberdaya terhadap kesejahteraan ekonomi keluarga. Tinggi rendahnya tingkat pemenuhan kebutuhan keluarga tercermin dari jenis usaha yang ditekuni oleh kepala keluarga. Hal ini, semuanya dilatarbelakangi oleh potensi sumberdaya manusia yakni tingkat pendidikan, dan keterampilan kepala keluarga. Hal tersebut menjadi salah satu faktor yang membuat keluarga yang tinggal di daerah pegunungan menjadi memiliki tantangan tersendiri untuk bisa bertahan hidup dengan segala sumberdaya yang ada yaitu bergantung dengan alam disekitarnya karena jika ingin memenuhi kebutuhan nya untuk pergi ke supermarket atau mall sangat jauh dan sulit dijangkau.
Ekonomi dan Kesejahteraan Keluarga
Sebagian besar keluarga yang tinggal di pegunungan belum mencapai keluarga yang sejahtera. Hal tersebut disebabkan oleh perbedaan kondisi ekonomi dan sosialnya. Dari sebagian besar keluarga yang sudah sejahtera mayoritas merupakan keluarga yang memiliki lahan pertanian atau perkebunan sendiri sehingga hasil panen dapat digunakan untuk pemenuhan kebutuhan dan dijual. Sementara itu, keluarga yang belum sejahtera biasanya tidak memiliki lahan pertanian dan hanya menjual jasa mereka kepada pemilik lahan sehingga keuntungannya tidak sebesar pemilik lahan. Hal tersebut merupakan contoh kasus dari kesejahteraan keluarga yang diukur dari kondisi ekonomi. Namun, kesejahteraan tidak hanya dinilai berdasarkan ekonominya tetapi dapat diukur berdasarkan kepuasan dan kebahagiaan sehingga tidak semua keluarga yang ekonominya rendah merasa bahwa keluarganya tidak sejahtera. Ada sebagian keluarga yang merasa sejahtera apabila diberi kesehatan, rezeki, kedamaian, dan kebahagiaan. Hal tersebut menunjukkan bahwa standar kesejahteraan setiap individu atau keluarga berbeda-beda.
Manajemen Sumber Daya Keluarga
Manajemen sumber daya keluarga yang tinggal di daerah pegunungan dipengaruhi oleh berbagai faktor dan relatif bervariasi. Pendidikan masyarakat pegunungan cenderung baik yang didukung dengan kemudahan akses pendidikan dan berbagai dukungan lainnya. Mata pencaharian dan tingkat pendidikan mereka lebih bervariasi. Aspek pemilih  keuangan dan tingkat kesejahteraan juga ikut disoroti dalam proses pengoprasian. Kebiasaan makan keluarga juga dipertimbangkan dalam kondisi-kondisi tertentu. Kebiasaan makan setiap rumah tangga pegunungan seperti pemilihan bahan pangan terkadang juga perlu dikaitkan terhadap tingkat pemahaman orang tua. Sebagian besar masyarakat pegunungan mengalokasikan sumberdaya mereka guna mendukung terwujudnya kesejahteraan keluarga versi mereka sendiri.
Nama penulis :Â Mitha Winanti, Mutiara Azizah, Nabilah Khairani, Nadhia Tifallinuha, Muhammad Akmal Rafsanjani.
Dosen Pengampu :Â Dr. Megawati Simanjuntak SP, M.Si
Departemen Ilmu Keluarga dan Konsumen, Fakultas Ekologi Manusia, IPB University
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H