Mohon tunggu...
Nabilah Aristawati
Nabilah Aristawati Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswi UIN Maliki Malang

Hobi dengerin musik

Selanjutnya

Tutup

Healthy

Kamu Suka Marah? Ketahui Dampak Positif dan Negatifnya

5 Desember 2022   19:43 Diperbarui: 5 Desember 2022   19:57 1265
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Kesehatan. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Schantalao

Rasulullah SAW bersabda, "Orang kuat bukan diukur dengan bertarung. Orang kuat adalah yang mampu mengendalikan dirinya ketika marah." (HR. Bukhari dan Muslim).

Marah merupakan hal yang normal dan bisa dialami oleh semua manusia. Karena pada dasarnya marah memiliki fungsi penting dalam kehidupan seseorang. Akan tetapi jika seseorang tidak dapat mengendalikan amarahnya, maka akan menimbulkan dampak negatif. Maka sesuai dengan hadis diatas bahwa kita harus bisa mengendalikan amarah. Orang yang dapat mengendalikan amarahnya termasuk orang-orang yang kuat karena ketika dalam keadaan marah ia tetap tenang dan sabar sehingga mereka juga terhindar dari penyakit.

Marah merupakan sebuah emosi yang ditandai oleh pertentangan terhadap seseorang atau perasaan ketika diperlakukan dengan tidak baik. Walaupun marah memiliki sisi positifnya, marah masuk ke dalam emosi negatif karena emosi ini tidak diharapkan terjadi pada diri seseorang. Reaksi dari marah bermacam-macam seperti berkacak pinggang, tekanan darah meningkat, jantung berdegup kencang, napas tersenggal-senggal, wajah memerah, berkeringat, dsb.

Saat seseorang sedang marah, terjadi reaksi biologis yang dilepaskan oleh sistem saraf berupa hormon pemicu stres. Hormon pemicu stres ini adalah hormon kortisol dan juga hormon adrenalin. Itulah mengapa saat marah jantung akan berdegup lebih kencang, tekanan darah meningkat, dan napas akan tersenggal-senggal dan tidak teratur.

Orang yang sedang marah akan merasakan, kekecewaan, rendah diri, tidak berdaya, frustasi, mengabaikan rasa sakit, merasa berkuasa, dsb. Hal ini dapat diperparah dengan provokasi berulang oleh orang lain atau sesuatu, rasa putus asa, berulangnya situasi di masa lalu yang membuat seseorang tersebut marah, serta hal-hal yang membuat hidup penuh risiko, menakutkan, dan tidak pasti. Namun jika dapat dikendalikan dan diekspresikan dengan tepat, maka marah dapat digunakan untuk memecahkan masalah atau menangani keadaan tertentu.

Lalu terdapat faktor-faktor yang menyebabkan seseorang mengalami marah. Yang pertama yaitu faktor genetik. Kemudian faktor fisik seperti kelelahan dan jenis kelamin juga dapat memengaruhi emosi marah. Faktor-faktor eksternal seperti lingkungan sekitar, latar belakang keluarga, dan budaya bisa memancing respon atau reaksi emosi ketika marah.

Setiap individu memiliki cara pengekspresian emosi marah yang berbeda-beda. Pengekspresian emosi marah ini dibagi menjadi 3 macam, yaitu anger in, anger out, dan anger control.

Yaitu pengungkapan emosi marah yang dirasakan oleh individu, cenderung ditekan ke dalam dirinya tanpa mengekspresikannya ke luar. Misalnya: ketika sedang marah, seseorang lebih memilih diam dan tidak mau menceritakannya pada siapapun atau tidak menegur orang yang membuatnya menjadi marah. Kondisi seperti ini jika berkepanjangan akan memberi dampak negatif bagi diri sendiri dan mengganggu kenyamanannya saat berinteraksi dengan orang yang membuatnya merasa marah.

  • Anger Out

Merupakan reaksi keluar (objek) yang dimunculkan oleh individu ketika dalam keadaan marah atau reaksi yang dapat diamati secara umum. Kondisi seperti ini bisa jadi perbuatan merusak, misalnya memukul atau menendang sesuatu yang ada didekatnya, namun setelah itu dia akan merasakan kelegaan karena perasaan marah yang dirasakan sudah terpuaskan. Anger out berkaitan dengan ketidakmampuan individu mengekspresikan emosinya secara konstruktif dan asertif. Akan tetapi, mereka mengekspresikan emosinya dalam bentuk tindakan agresif dan merusak.

  • Anger Control

Kemampuan individu untuk bisa mengontrol atau melihat sisi positif dari permasalahan yang dihadapi dan berusaha konsisten menjaga sikap yang positif walau menghadapi situasi yang buruk. Misalnya, mencari solusi yang baik atau tepat ketika menghadapi suatu persoalan agar tidak merugikan diri sendiri maupun orang lain.

Selama ini marah selalu dikaitkan dalam hal negatif. Padahal marah terdapat sisi positif dan memiliki fungsi yang penting. Berikut ini fungsi dari emosi marah :

  • Marah dapat mengatasi stres dengan cara melepaskan ketegangan di tubuh. Ketika sudah selesai marah, saraf di tubuh menjadi lebih rileks sehingga kita berpikir positif dan menyampaikan kemarahan kepada seseorang menjadi lebih baik.
  • Marah dapat memotivasi seseorang untuk berubah menjadi lebih baik.
  • Marah berguna untuk memberi peringatan tentang bahaya. Dengan emosi marah, otak dapat memberi tahu kita untuk mencari dukungan dan rasa gembira.
  • Marah dapat membantu kita dalam mengatasi ketidakadilan ketika kita diperlakukan dengan tidak tepat.

Selanjutnya yaitu mengenai tahapan perkembangan emosi marah pada anak usia dini. Bayi yang baru lahir mempunyai kemampuan yang terbatas dalam mengekspresikan emosi nya. Emosi yang diekspresikan hanya sebatas perasaan senang dan tidak senang. Lalu pada usia 1-2 tahun ketika anak merasakan marah atau kesal saat ditinggal oleh orang tuanya maka anak akan menangis.

Pada usia 2-3 tahun, perkembangan emosi marah pada anak belum stabil. Hal ini terjadi karena anak masih memiliki kebiasaan tantrum. Pada usia 3-4 tahun, anak sudah mulai paham tentang emosi yang ada pada dirinya dan dapat mengendalikan emosi marah yang ada pada dirinya. Ketika anak menemukan sesuatu yang membuatnya marah, maka respon atau reaksi yang dikeluarkannya dengan berteriak dan menangis.

Pada usia 4-5 tahun, anak tidak selalu bisa bersikap kooperatif. Jika suasana hatinya kurang baik maka sisi egois dalam diri anak akan muncul. Pada usia 6-8 tahun, emosi mengalami perubahan yang cepat. Pada masa ini anak menjadi tidak sabar, bersikap dramatis dan cenderung kasar. Anak juga senang mengkritisi orang lain terutama kepada orang tuanya.

Dalam perkembangan emosi marah, terdapat istilah anger issues. Anger issues ialah sebuah permasalahan terkait emosi marah dimana individu memiliki kesulitan dalam mengontrol amarah dan kemudian diimplementasikan dalam bentuk ucapan atau perbuatan agresif yang nantinya akan disesali. Berikut ini merupakan ciri-ciri orang yang mengalami anger issues :

  • Merasa marah di banyak waktu
  • Sumbu pendek
  •  Merasa stres, lelah, bahkan tidak baik secara fisik
  • Melampiaskan amarah dengan cara yang salah
  •  Menyuarakan kemarahan lewat ucapan atau fisik yang mungkin membuat orang lain terintimidasi
  •  Tidak bisa mengekspresikan kemarahan sehingga anda cenderung merasa tidak baik, baik fisik maupun psikologis

Salah satu gangguan masalah kesehatan yang berhubungan dengan emosi marah yaitu intermittent explosive disorder. Intermittent explosive disorder adalah episode impulsif, agresif, serta perilaku kekerasan yang terjadi secara berulang atau tiba-tiba. Kondisi ini bisa juga diartikan sebagai ledakan kemarahan secara verbal pada situasi yang tidak seharusnya.

Orang dengan gangguan eksplosif intermiten bisa saja melempar atau menghancurkan benda, serta mungkin juga melakukan kekerasan di dalam rumah tangga (KDRT). Emosi yang terlalu berlebihan ini dapat menyebabkan pengidapnya kesulitan dalam menjaga hubungan dengan keluarga, pasangan, maupun orang di sekitarnya. Buruknya lagi, intermittent explosive disorder bisa berdampak negatif pada sekolah, pekerjaan, dan bahkan berujung dengan tindakan pindana.

Kemarahan yang berlebihan dapat muncul secara tiba-tiba, biasanya berlangsung kurang dari 30 menit. Episode ini mungkin sering terjadi, bisa beberapa kali dalam beberapa minggu atau bulan. Berikut ini tanda-tanda pengidap IED yang berada di episode agresif :

  • mudah marah,
  • energi meningkat,
  • pikiran kacau,
  • terjadi perkelahian dengan orang lain,
  • tremor,
  • jantung berdebar, dan
  • sesak pada dada.

Pengidap IED juga menunjukkan kemarahan secara verbal dan terkadang terjadi di situasi yang tidak tepat. Mereka yang mengalami ini mungkin tidak memikirkan konsekuensinya. Hal ini ditunjukkan dengan tanda-tanda berikut :

  • Terus mengomel tanpa henti.
  • Terjadi adu argumen dengan orang lain.
  • Berteriak-teriak.
  • Mendorong atau menampar orang lain.
  • Memberikan ancaman.

Setelah episode amarah berakhir, pengidapnya akan merasa lega, tapi kelelahan. Kemudian, mereka akan menyesali tindakan agresif dan impulsif yang dilakukannya. Kadang, hal ini juga bisa menimbulkan rasa malu.

Marah merupakan hal normal yang dialami oleh semua manusia. Namun jika kemarahan tidak dikelola dan dikendalikan dengan baik maka akan menimbulkan dampak negatif. Untuk itu anger management yang baik sangat diperlukan oleh manusia. Berikut ini beberapa cara meredam dan melampiaskan amarah dengan tepat :

  • Relaks dan menghembuskan napas lebih panjang
  • Melakukan meditasi atau yoga
  • Ekspresikan kemarahan dengan tenang
  • Kritik perilakunya, bukan pelaku atau orangnya
  • Fokuslah mencari solusi bukan pada rasa kesal

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun