Selanjutnya yaitu mengenai tahapan perkembangan emosi marah pada anak usia dini. Bayi yang baru lahir mempunyai kemampuan yang terbatas dalam mengekspresikan emosi nya. Emosi yang diekspresikan hanya sebatas perasaan senang dan tidak senang. Lalu pada usia 1-2 tahun ketika anak merasakan marah atau kesal saat ditinggal oleh orang tuanya maka anak akan menangis.
Pada usia 2-3 tahun, perkembangan emosi marah pada anak belum stabil. Hal ini terjadi karena anak masih memiliki kebiasaan tantrum. Pada usia 3-4 tahun, anak sudah mulai paham tentang emosi yang ada pada dirinya dan dapat mengendalikan emosi marah yang ada pada dirinya. Ketika anak menemukan sesuatu yang membuatnya marah, maka respon atau reaksi yang dikeluarkannya dengan berteriak dan menangis.
Pada usia 4-5 tahun, anak tidak selalu bisa bersikap kooperatif. Jika suasana hatinya kurang baik maka sisi egois dalam diri anak akan muncul. Pada usia 6-8 tahun, emosi mengalami perubahan yang cepat. Pada masa ini anak menjadi tidak sabar, bersikap dramatis dan cenderung kasar. Anak juga senang mengkritisi orang lain terutama kepada orang tuanya.
Dalam perkembangan emosi marah, terdapat istilah anger issues. Anger issues ialah sebuah permasalahan terkait emosi marah dimana individu memiliki kesulitan dalam mengontrol amarah dan kemudian diimplementasikan dalam bentuk ucapan atau perbuatan agresif yang nantinya akan disesali. Berikut ini merupakan ciri-ciri orang yang mengalami anger issues :
- Merasa marah di banyak waktu
- Sumbu pendek
- Â Merasa stres, lelah, bahkan tidak baik secara fisik
- Melampiaskan amarah dengan cara yang salah
- Â Menyuarakan kemarahan lewat ucapan atau fisik yang mungkin membuat orang lain terintimidasi
- Â Tidak bisa mengekspresikan kemarahan sehingga anda cenderung merasa tidak baik, baik fisik maupun psikologis
Salah satu gangguan masalah kesehatan yang berhubungan dengan emosi marah yaitu intermittent explosive disorder. Intermittent explosive disorder adalah episode impulsif, agresif, serta perilaku kekerasan yang terjadi secara berulang atau tiba-tiba. Kondisi ini bisa juga diartikan sebagai ledakan kemarahan secara verbal pada situasi yang tidak seharusnya.
Orang dengan gangguan eksplosif intermiten bisa saja melempar atau menghancurkan benda, serta mungkin juga melakukan kekerasan di dalam rumah tangga (KDRT). Emosi yang terlalu berlebihan ini dapat menyebabkan pengidapnya kesulitan dalam menjaga hubungan dengan keluarga, pasangan, maupun orang di sekitarnya. Buruknya lagi, intermittent explosive disorder bisa berdampak negatif pada sekolah, pekerjaan, dan bahkan berujung dengan tindakan pindana.
Kemarahan yang berlebihan dapat muncul secara tiba-tiba, biasanya berlangsung kurang dari 30 menit. Episode ini mungkin sering terjadi, bisa beberapa kali dalam beberapa minggu atau bulan. Berikut ini tanda-tanda pengidap IED yang berada di episode agresif :
- mudah marah,
- energi meningkat,
- pikiran kacau,
- terjadi perkelahian dengan orang lain,
- tremor,
- jantung berdebar, dan
- sesak pada dada.
Pengidap IED juga menunjukkan kemarahan secara verbal dan terkadang terjadi di situasi yang tidak tepat. Mereka yang mengalami ini mungkin tidak memikirkan konsekuensinya. Hal ini ditunjukkan dengan tanda-tanda berikut :
- Terus mengomel tanpa henti.
- Terjadi adu argumen dengan orang lain.
- Berteriak-teriak.
- Mendorong atau menampar orang lain.
- Memberikan ancaman.
Setelah episode amarah berakhir, pengidapnya akan merasa lega, tapi kelelahan. Kemudian, mereka akan menyesali tindakan agresif dan impulsif yang dilakukannya. Kadang, hal ini juga bisa menimbulkan rasa malu.
Marah merupakan hal normal yang dialami oleh semua manusia. Namun jika kemarahan tidak dikelola dan dikendalikan dengan baik maka akan menimbulkan dampak negatif. Untuk itu anger management yang baik sangat diperlukan oleh manusia. Berikut ini beberapa cara meredam dan melampiaskan amarah dengan tepat :
- Relaks dan menghembuskan napas lebih panjang
- Melakukan meditasi atau yoga
- Ekspresikan kemarahan dengan tenang
- Kritik perilakunya, bukan pelaku atau orangnya
- Fokuslah mencari solusi bukan pada rasa kesal
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H