Mohon tunggu...
Nabilah Amany
Nabilah Amany Mohon Tunggu... -

Bogor | Fakultas Kehutanan IPB 2013

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Baiat Cinta

3 Desember 2017   20:42 Diperbarui: 3 Desember 2017   20:48 1492
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

\

Cinta adalah fitrah. Mencintai dan dicintai pun adalah fitrah kita sebagai manusia. Allah Sang Maha Cinta (Yaa Waduud) dalam QS Maryam : 96 bersabda  "Sesungguhnya, orang-orang yang beriman dan mengerjakan kebajikan, kelak Allah Yang Maha Pengasih akan menanamkanrasa kasih sayang dalam hati mereka". Maka rasa cinta ini bisa jadi nikmat yang Allah tanamkan pada hati kita, ia merupakan rezeki yang Allah munculkan begitu saja, tidak berupa, tapi terasa. Jika kita ingin ditambahkan rasa cinta dari orang-orang solih, orang-orang yang halal bagi kita, maka cara yg paling baik adalah mendekatkan kepada Sang Maha Cinta (Yaa Waduud), mintalah kepada Allah SWT. Percayalah, Allah tidak akan salah menitipkan perasaan itu pada seseorang yang tidak berhak, pasti Allah titipkan perasaan itu untuk orang yang terbaik untuk kita, jika rasa cinta itu memang didatangkan oleh Allah. Semoga kita salah memaknai rasa cinta yang kita rasakan saat ini.

Khadijah : Pelabuhan Hati Rasulullah

Kau tau Khadijah binti Khuwailid? Hamba pilihan Allah yang kepadanyalah hati Rasulullah berlabuh. Bahkan maut tidak mematikan perasaan beliau, pun setelah kehadiran Aisyah binti Abu Bakr, Rasulullah bahkan mengaku kepada Aisyah bahwa cintanya begitu dalam kepada Khadijah. Mungkin benar, Allah menciptakan hati laki-laki itu,  tidak mungkin ada dua cinta yang sama persis berlabuh di dalamnya. Mereka mungkin bisa adil dalam memberi nafkah, tapi tidak dengan perasaan. 

Tidak perlu ada kergauan. Rasulullah rela memberikan hadiah-hadiah bagi saudara-saudara dan kerabat Khadijah yang datang ke rumah, Rasulullah rela membebaskan tawanan Badr yang merupakan menantu beliau, karena tidak ingin Zainab menebusnya dengan kalung milik Khadijah, dan banyak hal lagi yang Rasulullah korbankan sebagai bukti cintanya kepada Khadijah, sekalipun Khadijah telah mendahuluinya pergi. Bahkan Rasulullah mengeaskan kepada Aisyah yang pencemburu , "Wahai Aisyah. Demi Allah aku tidak akan pernah bisa melupakan Khadijah hingga akhir hayatku. Sesunguhnya dia telah masuk dalam hatiku sedalam-dalamnya. Dia beriman kepadaku ketika orang lain kufur. Dia memberikan hartanya kepadaku ketika orang lain memegang erat harta mereka. Dia membantuku dalam dakwah dan menemaniku ketika yang lain meninggalkanku, dan dia memberiku anak ketika yang lain tidak". Dan kita harus faham, bahwa marahnya Rasulullah adalah sunnah. Marahnya Rasulullah saat itu kepada Aisyah adalah waktu dan cara terbaik untuk mengingatkan Aisyah yang telah menghina Khadijah dihadapan Rasulullah. Dan perhatikan cara Rasulullah mengingatkan Aisyah, tidak ada beliau melukai maupun mernyakiti perasaan Aisyah.

Baiat Cinta Khadijah

Khadijah. Beliau berhasil membaiatkan cintanya kepada Rasulullah. Dengan segala resiko yang beliau hadapi. Beliau mencintai Rasulullah habis-habisan. Sudah tidak ada lagi kebaikan yang tersisa dalam diri Khadijah melainkan sudah diberikan kepada Rasulullah, sudah tidak ada lagi kesempatan berkorban yang Khadijah miliki melainkan sudah beliau korbankan untuk Rasulullah. Habis-habisan. Tanpa memperdulikan Rasulullah ditolak dalam dakwahnya, jatuh miskin, diasingkan, ditinggalkan untuk berdakwah, Khadijah tidak memperdulikan itu. Bahkan hingga akhir hayatnya Khadijah masih berniat melayani Rasulullah. Sambil gemertaran ia menyiapkan hidangan makan untuk suaminya.  Hingga Allah dan Jibril menitipkan salam untuk Khadijah, sedemekian spesialnya sosok Khadijah. Allah merindukannya.

Kita tentu bisa mengambil pelajaran bagaimana Khadijah membaiatkan cintanya kepada Rasulullah dengan segala resikonya. Saat ini, mungkin baiat cinta yang kita lakukan tidak diuji seberat itu, seberat Khadijah yang mendampingi Rasulullah, seberat Asiah yang diuji dengan suami seorang Fir'aun, seberat Fatimah yang seringkali ditinggalkan Ali ke luar negeri unuk berdakwah. Beliau-beliau adalah sosok-sosok yang berhasil membaiatkan cintanya. Tanpa memandang pada siapa cintanya berlabuh.

Khadijah membaitkan cintanya kepada Rasulullah. Lima belas tahun hidup bahagia, banyak harta, banyak membantu, hingga tiba masa-masanya Rasulullah menerima wahyu. Sejak saat itu. Nabi sering dipanggil-panggil oleh bebatuan dan pepohonan, "Ya Rasulullah" hingga beliau merasa diganggu oleh setan.  "Wahai suamiku, tak usah khawatir, Allah tidak akan menyakitimu karena engkau adalah orang yang baik. Engkau menyantuni anak yatim, membantu fakir miskin, menjamu tamu, dan menyelesaikan urusan banyak orang, sehingga Allah tidak mungkin menyakitimu. Maka itu tidak mungkin gangguuan dari setan, tentu itu pertanda baik dari Allah".

Dengan pengertian yang luar biasa Khadijah memahami ketika Rasulullah meminta untuk menyendiri di Gua Hira. Tanpa mempermasalahkan kesendiriannya, Khadijah mempersiapkan bekal untuk suaminya. Rasulullah bertafakkur memikirkan apa yang sebenarnya terjadi, memikirkan ummat selama berminggu-minggu. Hingga bertemulah Rasulullah dengan Jibril dan mendapatkan wahyu pertamanya. Beliau pulang ke rumah dengan rasa takut, Khadijah kembali menenagkan Rasulullah. Khadijah berhasil menenangkan Rasulullah di masa-masa awal kenabian. Hingga perintah untuk berdakwah secara terangan-terangan Allah turunkan, ujian yang semakin berat bagi Khadijah untuk mendampingi Rasulullah.

Karena sejatinya, mukmin sejati memang diciptakan untuk manusia, rahmatan lil 'aalamin. Seorang mukmin sejati tidak bisa kita miliki seorang diri, ia adalah milik kaum muslimin. Pada hakikatnya manusia bukan hanya diciptakan untuk beribadah,namun ada tugas kekhalifahan yang kita emban untuk memakmurkan bumi. Sehingga jelas dibutuhkan sesosok pemimpin laki-laki sejati, yang harus pula didukung oleh sosok wanita sekuat Khadijah dibelakangnya.

Dua buah firman Allah diturunkan kepada Rasulullah dalam pelukan Khadijah. QS Muzzammil : 1 dan QS Muddatsir : 1 .Saat itu Rasulullah pulang dalam keadaan takut karena bertemu Jibril, Rasulullah pulang dalam keadaan sedih karena dihina dalam dakwahnya. Kemudian Allah menurunkan firmanNya. Khadijah kembali berhasil menjadi pelabuhan terbaik bagi Rasulullah setelah menerjang ombak kehidupan di luar sana. Khadijah berhasil menjadikan rumah sebagai oasis bagi Rasulullah setelah mengalami kegersangan dalam memperjuangkan dakwah.

Perempuan Di Balik Layar

Kadang kala Allah memberi kita banyak kesempatan untuk menjadi sesosok Khadijah, ketika kita membaiatkan cinta kita kepada siapapun yang halal bagi kita, Allah berikan kita kesempatan untuk berkorban. Menjadi sosok pemimpin, presiden, menteri, gubernur, walikota, kepala camat, sampai kepada desa sekalipun, rapat pagi hingga pagi, mengisi kajian kesana kemari hingga berkurang waktunya untuk keluarga. Saat itulah, Allah memberi kesempatan kita menjadi sosok Khadijah. Allah sering kali memberi kesempatan itu. Dengan segala urusan keluarga yang harus dikorbankan. Tidak bisa kita memikirkan keluarga menjadi sesuatu yang paling penting dalam hidup ini. Jikalau begitu, adakah yang tersisa dari kita untuk membantu saudara-saudara kita di Palestina, Suriah, Myanmar? Adakah dari kita tersisa pemimpin-pemimpin yang akan mewakafkan dirinya untuk kepentingan ummat di Indonesia?

Perempuan di balik layar. Adakalanya sosok laki-laki dituntut untuk lebih aktif di luar rumah, mengurus kepentingan ummat, walaupun memang ada tanggung jawab yang juga harus dipertanggungjawabkan di rumahnya. Namun tidak akan ada yang sempurna. Dan kita bisa belajar dari sosok Khadijah. Bahwa peran perempuan adalah untuk menyempurnakan. Memegang andil dalam urusan rumah tangga, sehingga tidak adalagi kekhawatiran Rasulullah untuk meninggalkan istri dan anak-anaknya, tidak perlu lagi ada kekhawatiran bagi Rasulullah untuk dicela maupun dihina, karena beliau memiliki tempat untuk pulang, memiliki tempat berlabuh yang dapat menenangkan hatinya. Dan sungguh tidak perlu ada kekhwatiran pula untuk Khadijah pun juga untuk kita, Allah memberikan pahala dakwah yang setimpal kepada Khadijah sebagaimana Khadijah telah membantu Rasulullah dalam urusan dakwahnya, dan Allah pun tak akan salah memberi pahala kepada kita, jika kita pun turut andil dalam mempermudah urusan dakwah orang-orang yang kita cintai di sekitar kita.

Wallahu'alam bisshowab.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun