Di balik keindahannya, bangku ini menyimpan cerita tentang transformasi limbah menjadi keindahan. Dibuat dengan menggunakan 600 kg sisa limbah plastik bekas, dan pastinya limbah rokok dalam jumlah yang kecil. Setiap bagian bangku ini mencerminkan upaya cermat dalam mencampurkan limbah dengan beton yang tepat. Plastik tersebut diambil langsung dari Potato Head Bali dan pantai sekitarnya, menjadikan pembangunan bangku ini tidak hanya sebagai pencapaian artistik, tetapi juga sebagai langkah nyata menuju pengelolaan sumber daya yang berkelanjutan.
Selain limbah puntung rokok, selama pandemi Conture juga sempat menggunakan limbah masker sebagai bahan campuran beton. Hasilnya cukup memuaskan, limbah masker membuat beton menjadi ringan hingga 40-45% dari beton pada umumnya. Dikarenakan berakhirnya pandemi, jumlah limbah masker berkurang, membuat Conture tetap menjadikan limbah puntung rokok sebagai bahan utama dalam campuran beton.
Ada yang menarik dalam kisah perjalanan Conture: sebuah eksperimen penuh semangat dengan material yang mungkin dianggap biasa, beton. Mereka tak hanya sekadar memandang beton sebagai bahan untuk membangun struktur, tetapi juga sebagai kanvas untuk menciptakan karya seni yang mengagumkan.
Dari hiasan rumah yang memukau hingga perabotan outdoor yang elegan, Conture telah berhasil mematahkan pandangan konvensional tentang beton. Seperti tokoh pemberani dalam sebuah cerita, mereka terus berjuang untuk mengubah stereotip, membuktikan bahwa beton juga bisa menjadi simbol keindahan dan kreativitas.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H