Mohon tunggu...
Nabilah Resaldi
Nabilah Resaldi Mohon Tunggu... Jurnalis - Mahasiswa Program Studi Jurnalistik, Fakultas Ilmu Komunikasi, Universitas Padjadjaran

Mahasiswa Jurnalistik

Selanjutnya

Tutup

Ruang Kelas Pilihan

Mengubah Asap Menjadi Seni: Kisah Inspiratif di Balik Conture Concrete Lab

14 Juli 2024   22:07 Diperbarui: 14 Juli 2024   22:46 205
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber: Instagram @contureconcretelab

Mengolah limbah menjadi inovasi berbasis desain merupakan salah satu cara Conture Concrete Lab dalam mengatasi isu permasalahan sampah yang ada, termasuk limbah puntung rokok yang selama ini terlihat kecil dan disepelekan. 

Pada tahun 2019, terjadi penemuan mengejutkan yang melibatkan pencampuran puntung rokok dalam beton. Awalnya, penggunaan serat sintetis dianggap mutlak untuk memastikan kekuatan beton. Namun, setelah serangkaian percobaan, ternyata puntung rokok dapat menggantikan serat sintetis tersebut dengan baik, bahkan menghasilkan beton yang lebih ringan. Hal ini tidak hanya memberikan alternatif yang lebih ramah lingkungan, tetapi juga membuka peluang untuk mengurangi ketergantungan pada impor serat sintetis. Puntung rokok juga ternyata dapat menurunkan berat produk sebesar 20% dibandingkan dengan beton standar.

Berkolaborasi dengan Parongpong, sebuah lembaga riset limbah yang fokus pada keberlanjutan lingkungan, Conture Concrete Lab mengambil langkah lebih lanjut dalam pengolahan limbah puntung rokok. Parongpong menggunakan teknologi hidrotermal untuk mengolah limbah puntung rokok sebelum dijadikan bahan baku untuk produksi beton. Dengan teknologi hidrotermal juga, puntung rokok melalui proses sterilisasi sehingga limbah rokok tersebut aman untuk digunakan.

Selain memberikan kontribusi positif terhadap lingkungan dengan mengurangi jumlah limbah rokok yang terbuang begitu saja, produk-produk yang dihasilkan Conture Concreate Lab juga memiliki karakteristik yang unik. Dengan tekstur yang menyerupai travertine dan beragamnya pilihan warna, produk-produk ini tidak hanya memikat hati arsitek dan desainer, tetapi juga menarik minat dari berbagai kalangan. Keunikan estetika yang ditawarkan oleh produk Conture Concrete Lab tidak hanya menjadi pilihan yang lingkungan, tetapi juga merupakan simbol dari keberlanjutan dalam industri desain manufaktur.

“Tantangan terberat bagi kami mungkin pengumpulan limbah rokok, karena puntung merupakan barang yang kecil sehingga sulit untuk didapatkan. Untuk 100 kg puntung rokok, butuh waktu sekitar 6 bulan”. Ucap Dina (27) yang berposisi sebagai marketing manager di Conture Concrete Lab. Menurut Dina, limbah puntung rokok juga berasal dari kafe-kafé yang menggunakan furniture dari Conture. Ini menyoroti hubungan Conture dan konsumennya.

Penyedia Furniture di Berbagai Tempat

MALIQ & D'Essentials, menjadi salah satu klien yang berkolaborasi dengan Conture Concreate Lab. Menciptakan sebuah karya bernama MAD-HAUS menjadikan karya ini sebagai penghargaan atas karir MALIQ & D'Essentials selama dua dekade terakhir. Proyek ini merupakan skema kolaborasi antara musik dan desain, melibatkan berbagai pihak dalam proses pembuatannya. Dalam penciptaan MAD-HAUS, kontributor menyatakan bahwa kolaborasi adalah salah satu cara untuk bertahan dan tetap relevan dalam menghadapi masa depan yang tidak pasti.

Conture mengusulkan arsitektur terbuka. Ide ini muncul sebagai sebuah tempat yang sering dikunjungi, sebuah area untuk berkumpul dan menikmati udara segar di antara aktivitas kreatif dan pekerjaan. Conture menginisiatifkan penyematan lirik dari Maliq dan D'Essentials pada bangku yang mereka rancang.

MAD-HAUS menggunakan 100 kg limbah puntung rokok sebagai bahan utama untuk beton furniturenya. Menjadikan MAD-HAUS sebagai tempat ramah lingkungan dengan simbol berkelanjutan dan menerima semua orang dengan segala kemungkinan di dalamnya.

Conture Concrete Lab sering mengikuti berbagai pameran furniture untuk lebih dikenal oleh masyarakat. Salah satu pameran yang diikuti adalah ICAD 2023. Pada kesempatan tersebut, Conture Concrete Lab bekerja sama dengan Kamengski untuk mempersembahkan proyek “FITNESS KAMPUNG”. Dengan ide sederhana namun inovatif, mereka menggunakan beton dan limbah puntung rokok untuk menciptakan berbagai alat olahraga. Melalui pemanfaatan bahan baku yang unik ini, mereka berhasil menciptakan alat-alat olahraga yang ramah lingkungan dan inovatif. Kehadiran mereka dalam pameran tersebut memberikan kontribusi pada peningkatan kesadaran akan pentingnya pengelolaan limbah dan inovasi berkelanjutan dalam industri desain manufaktur.

Hingga saat ini, studio tersebut telah menjalani beragam proyek bersama dengan arsitek lokal, terutama dalam menciptakan furniture untuk kedai kopi ternama seperti ECAPS di Jakarta, Sema Coffe Semarang dan Yumaju Coffee di Bandung. Menariknya, kolaborasi ini memunculkan kesadaran mereka terhadap isu keberlanjutan melalui limbah puntung rokok—sesuatu yang sebelumnya belum pernah mereka pertimbangkan.

Tidak Hanya Membuat Beton dari Limbah Puntung saja

Limbah plastik serta limbah pabrik menjadi alternatif Conture untuk pembuatan beton, Salah satu karyanya yaitu Sunset Park Bench yang ada di Bali. Inspirasi yang datang dari deburan ombak memukau laut, membawa kita pada sebuah karya: sebuah bangku yang mempesona dengan bentuk organiknya, menghadirkan nuansa fluiditas dan harmoni alami. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ruang Kelas Selengkapnya
Lihat Ruang Kelas Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun