Mahkota terindah ini terlahir dengan arah tuju yang meradang
Tampak menjadi kesayangan di dalam persaudaraanÂ
Acap kali terbendung oleh akal sehatnya, tidak semudah ituÂ
Pundak yang terus mengemban amanah untuk terus diperjuangkan
Kerap kali menjadi panutan oleh yang lain
Lantas kemana sulung harus meniru dan memulai?
Jika bukan dari langkahnya sendiri ya, meski terbenturÂ
Bagaimana untuk esok nanti? mampukah sulung bergelut kerasnya dunia?
Satu persatu tujuan harus dicapai, tak peduli luka apa yang telah terbendungÂ
Anca nan belenggu jejal di hati diabaikan
Sifat kerasnya tak dapat dimusnahkanÂ
Sulung hanya butuh dekapan hangat untuk meredam kebisingan batinnya
Derai air mata mengalir tanpa hentiÂ
Cobaan yang bertubi-tubi datang silih berganti
Keadaan yang terus bergemuruh mengejarnya agar berhenti
Namun apa peduli? semua dilaluinya
Derai kerasnya badai nanti kan berganti jelampah harsa
Terbentuklah menjadi insan mulia nan berkilauÂ
Renjana itu akan terbuka di setiap doamuÂ
Tunggu masa indah itu berlabuhÂ
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H