Mohon tunggu...
Nabila Chintya Prameswari
Nabila Chintya Prameswari Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Terus belajar tidak mengenal kata puas dalam mencari ilmu

Selanjutnya

Tutup

Parenting Pilihan

Peran Kasih Sayang Orang Tua Untuk Anak, Apasih Pentingnya?

30 Desember 2024   18:49 Diperbarui: 30 Desember 2024   18:49 42
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
https://asset-2.tstatic.net/kupang/foto/bank/images/tolak-ruu-ketahanan-keluarga-komnas-perempuan-minta-dpr-selesaikan-ruu-pks.jpg

Kasih sayang orang tua merupakan pondasi yang membentuk kepribadian anak secara utuh, mulai dari kekuatan fisik, mental, emosional, hingga kemampuan mereka beradaptasi di lingkungan sosial. Tulus merupakan ungkapan yang tampak dalam bahasa tubuh saat kita menanamkam kasih sayang pada orang lain. Kasih sayang menumbuhkan rasa bahagia ketika melihat orang lain dapat tersenyum ceria dan bahagia. Wujud sentuhan kasih sayang, seperti nasehat, solusi permasalahan dan uluran tangan yang kita berikan, agar mereka dapat memenuhi kebutuhannya dan dapat memecahkan masalah yang dihadapi. Kasih sayang adalah sikap memberi  (take) yang ikhlas tanpa pamrih. Buah yang diharapkan adalah kebahagiaan orang lain, sehingga kita bahagia dan bangga pada diri karena bermanfaat bagi mereka. Dengan kasih sayang, mendidik anak sendiri akan membekas dan bermakna bagi bekal hidup sekarang dan masa depannya. Adapun beberapa upaya orang tua untuk menghidupkan kasih sayang pada anak:

1. Menumbuh-kembangkan potensi kasih sayang yang telah ada antara anggota keluarga (suami, istri, dan anak) ke dalam simbol-simbol nyata seperti ucapan dan tingkah laku secara optimal dan terus menerus.

2.  Membina tingkah laku saling menyayangi baik antar anggota keluarga maupun antar keluarga yang satu dengan lainnya secara kuantitatif dan kualitatif.

3. Membina praktek kecintaan terhadap kehidupan duniawi dan ukhrowi dalam keluarga secara serasi, selaras, dan seimbang.

4. Membina rasa, sikap, dan praktek hidup keluarga yang mampu memberikan dan menerima kasih sayang sebagai pola hidup ideal menuju keluarga kecil bahagia dan sejahtera.

Agar upaya menghidupkan fungsi cinta kasih dapat berjalan lancar, dibutuhkan komitmen semua anggota keluarga untuk menjalankannya secara tulus dan sungguh-sungguh. Artinya, semua anggota keluarga siap menjalankannya dengan hati ikhlas, dengan niat untuk mewujudkan keharmonisan hubungan antar anggota keluarga. Apalagi semua telah menyadari bahwa keharmonisan keluarga akan mampu menguatkan ketahanan keluarga sehingga badai kehidupan seberapapun beratnya akan dapat diatasi dengan mudah. Dengan demikian, tidak akan ada lagi kasus perceraian, kekerasan dalam rumah tangga maupun kekerasan terhadap perempuan dan anak.

Untuk itu, perlunya orang tua juga memahami dan mengenali karakteristik anak agar sesuai dengan parenting yang akan diterapkan nantinya. Utamanya di masa remaja menjadi masa di mana anak mengalami peralihan usia. Di usia penuh tantangan ini, orangtua perlu pintar-pintar memberikan arahan agar anak tak salah langkah. Berikut berbagai tips atau cara bijak dalam menuntun serta mendidik anak remaja Anda di rumah yang bisa dilakukan orangtua. Perkembangan setiap anak tentu tidak bisa disamaratakan. Hal ini karena remaja mempunyai perkembangan emosi serta kognitif yang berbeda. Hubungan anak dengan orangtua pun bisa saja berubah karena ada perdebatan saat anak berada di fase ini. Namun, sudah menjadi hal yang wajib pula bagi orang tua memberikan pengertian mengenai nilai-nilai kehidupan untuk bekalnya kelak. Walaupun akan ada fase anak sulit untuk dihadapi dan diajak berkomunikasi, Anda perlu mengerti karena memang ini adalah masa-masa anak bertumbuh. Adapun beberapa cara mendidik remaja yang bisa dilakukan orang tua:

1. Jadilah Pendengar yang Baik

Di usia remaja biasanya anak mulai mengalami berbagai gejolak dalam dirinya, dari masalah pubertas hingga pergaulannya. Ada banyak hal yang mungkin ingin disampaikannya untuk sekedar bertanya atau mengutarakan berbagai kegelisahan dan pertanyaan yang muncul dalam pikirannya. Untuk itu, orang tua wajib menjadi pendengar yang baik. Jangan sampai anak justru mencari pelampiasan lain yang negatif seperti melakukan kenakalan remaja hanya karena merasa tidak didengar dan tidak punya teman bicara. Selain itu, hindari menyalahkan anak terhadap apa yang dia ceritakan. Karena hal ini dapat membuat anak enggan bercerita kembali. Alih-alih menyalahkan lebih baik diskusikan penyelesaian terbaik jika anak mengalami masalah.

2. Hargai Privasi Anak

Seiring dengan pertambahan usianya, orang tua terkadang lupa bahwa anak juga memiliki privasi. Kamar dan handphone termasuk bagian dari privasi anak yang sebaiknya tidak dicampuri. Sebagai salah satu cara mendidik anak remaja, jangan lagi asal membuka ponsel anak tanpa seizinnya hanya karena penasaran dengan siapa ia chatting tiap harinya.

3. Sepakati Aturan-Aturan Penting

Usahakan untuk membuat kesepakatan bersama sebagai cara mendidik anak remaja. Ketika anak menyepakatinya dan dilibatkan dalam diskusi, ia akan memiliki tanggung jawab dan tidak merasa terpaksa dalam menaatinya. Kuncinya adalah memberi pengertian kenapa aturan tersebut diterapkan. Jadi jangan cuma melarang dan memarahi, tapi perlakukan anak layaknya orang dewasa yang bisa diajak diskusi.

4. Jadilah Teladan yang Baik

Hal yang wajar saat orang tua memiliki harapan untuk anak-anaknya. Oleh karena itu, beri tahu dan beri contoh nyata mengenai harapan Anda padanya. Misalnya berharap anak berperilaku baik dan selalu menolong orang, belajar dengan giat, dan sederet harapan lainnya. Meski ia mungkin merasa banyak dituntut pada awalnya, lama-lama anak akan mengerti bahwa ingin semua yang terbaik bagi dirinya.

5. Berikan Motivasi untuk Cuta-Citanya

Dorong anak untuk terus berkembang dan mengeksplorasi diri serta kemampuannya. Ini merupakan salah satu cara mendidik anak remaja baik untuk laki-laki maupun perempuan. Tak lupa, ajak anak untuk mencoba hal-hal lain di luar kebiasaannya agar pikirannya senantiasa terbuka.

6. Berikan Informasi Dalam Bergaul

Anda perlu memberanikan diri untuk membicarakan tentang pergaulan remaja saat ini. Anda perlu memberikan informasi yang tepat kepada mereka (termasuk tentang edukasi seks, rokok, narkoba, alkohol, dan lain-lain). Jika tidak, mereka akan mendapatkan informasi yang belum tentu benar dari orang lain. Sebagai cara mendidik anak remaja, hal ini dilakukan untuk membangun pondasi yang kuat dalam bergaul dan memberikan mereka informasi yang sesuai.

7. Sampaikan Cara Mengelola Stress

Dengarkan keluh kesahnya tanpa menghakimi atau mencari kesalahan anak. Hibur dirinya dengan kata-kata yang memotivasi dan memberi harapan. Kemudian, ajak ia untuk mencari solusi atau menyalurkan emosinya dengan berolahraga, menekuni hobinya seperti bermusik, menulis, dan lain-lain. Sebagai cara mendidik anak remaja, tunjukkan bahwa stres adalah bagian yang normal dari kehidupan. Stres tak selalu jadi musuh yang harus ditakuti. Stress juga harus dilawan dan tak boleh dibiarkan terlalu lama karena bisa mengganggu keseharian.

Kurangnya kasih sayang orang tua sangat mempengaruhi perkembangan anak. Banyaknya aktivitas sehari-hari bukanlah alasan orang tua jadi tidak bisa meluangkan waktu untuk anak. Karena selain memberikan makanan bergizi, baju yang bagus, dan rumah yang nyaman, memenuhi kebutuhan emosional anak juga tak kalah pentingnya. Orang tua perlu tahu, ada banyak dampak negatif yang bisa dialami oleh anak bila ia kurang perhatian dari kalian, di antaranya yaitu:

1. Krisis Percaya Diri

Salah satu dampak kurangnya perhatian orang tua kepada anak adalah anak jadi mengalami krisis kepercayaan diri dan menganggap dirinya kurang berharga dibandingkan teman-temannya yang lain. Kondisi ini bisa dialami anak bila orang tua kurang meluangkan waktu bersamanya, tidak memberikan apresiasi terhadap hal positif yang telah diraihnya, dan kurang mengetahui kemampuan atau pencapaiannya. Akibatnya, anak akan merasa tidak diakui, tidak dicintai, dan tidak diperhatikan. Hal ini dapat membuatnya rendah diri atau minder saat ingin melakukan sesuatu, khususnya di depan orang banyak.

2. Gangguan Mental 

Anak yang kurang perhatian dari orang tua biasanya memiliki kadar serotonin yang lebih rendah. Padahal, serotonin adalah hormon yang dibutuhkan untuk memperbaiki suasana hati. Selain itu, anak juga jadi lebih mudah marah dan tertekan karena kadar hormon kortisolnya cenderung meningkat. Pada akhirnya, kedua kondisi ini membuat anak lebih berisiko mengalami gangguan mental, seperti stres, gangguan kecemasan, hingga depresi.

3. Tidak Terjalin Emosional Bonding antara Anak dengan Orang Tua

Meluangkan waktu untuk anak atau melakukan family time tidak cukup hanya dengan menemaninya bermain dan belajar. Diperlukan juga adanya perhatian, komunikasi, atau sikap yang bisa mempererat emotional bonding antara anak dan orang tua. Ini sangat penting untuk perkembangan emosional, sosial, dan kognitif anak. Jika orang tua kurang memperhatikan anak, anak bisa mengalami kesulitan untuk dekat dengan orang tuanya, mencurahkan isi hatinya, atau menceritakan kejadian yang ia alami sehari-hari.

4. Gangguan Perilaku

Kurang perhatian dari orang tua bisa meningkatkan resiko terjadinya gangguan perilaku pada anak, seperti suka mencuri, membuat onar, dan melakukan tindakan bullying. Semua hal negatif tersebut dilakukan anak semata-mata untuk mendapatkan perhatian dari orang tua atau orang di sekitarnya.

5. Sulit untuk Menjalin Hubungan

Karena tidak memiliki hubungan yang dekat dengan orang tua, anak yang kurang perhatian dari kedua orang tuanya pun bisa mengalami kesulitan untuk menjalin hubungan yang sehat dengan orang lain. Hal tersebut bisa menyebabkan anak tidak memiliki teman. Saat dewasa, bukannya tidak mungkin anak pun jadi sulit untuk menjalin hubungan dengan pasangan atau rekan kerjanya nanti. Ini tentu bisa memengaruhi kehidupan dan masa depan anak.

6. Perkembangan Kognitif Tidak Optimal

Perhatian orang tua dalam bentuk sentuhan penuh kasih sayang, seperti pelukan, kecupan, dan belaian, turut membantu perkembangan kognitif anak. Oleh karena itu, kurangnya stimulasi tersebut dapat menyebabkan anak mengalami masalah intelektual, seperti masalah akademis atau keterlambatan dalam berbicara. Dampak kurang perhatian orang tua kepada anak bukanlah hal yang bisa dianggap sepele. Jika tidak segera diatasi, kondisi ini bisa berlanjut memengaruhi kehidupan anak hingga dewasa, bahkan setelah ia berkeluarga. Agar orang tua bisa memberikan perhatian penuh kepada anak, usahakan untuk meluangkan waktu sesibuk apapun itu.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Parenting Selengkapnya
Lihat Parenting Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun