Mohon tunggu...
Nabila Camelia Putri Yahya
Nabila Camelia Putri Yahya Mohon Tunggu... Mahasiswa - Universitas Airlangga

Mahasiswa Universitas Airlangga Jurusan Ilmu Hubungan Internasional

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Rumah Batik Jawa Timur : Perpaduan Seni dan Sejarah

26 Desember 2024   20:45 Diperbarui: 26 Desember 2024   21:14 23
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Rumah Batik yang terletak di Surabaya, tepatnya di Kecamatan Kenjeran, merupakan pusat kerajinan batik yang menghadirkan kisah dalam setiap motifnya. Dikelola oleh Syarif Usman, generasi kedua penerus tempat ini. Rumah Batik telah berdiri sejak tahun 2004 dengan beberapa kali pergantian nama. Pada awalnya, tempat ini dikenal sebagai Istana Madura, sesuai dengan fokus pendirinya, yaitu ibu dari Syarif Usman, Faega Ismail, yang mengumpulkan sekaligus memproduksi Batik Madura. Pada tahun 2008, tempat ini diresmikan dengan nama Rumah Batik Jawa Timur oleh Gubernur Jawa Timur saat itu.

Ketika memasuki Rumah Batik, pengunjung akan langsung disambut oleh ruang pamer yang terletak di sebelah kanan pintu masuk. Ruangan ini dirancang dengan estetika yang menonjolkan keindahan batik dalam berbagai motif dan warna. Setiap lembar kain yang dipajang di sini tidak hanya sekadar karya seni, tetapi juga sarat makna dan cerita yang terinspirasi oleh kekayaan budaya lokal. Di ruangan ini, pengunjung dapat melihat beragam motif batik yang diproduksi dengan tetap mempertahankan metode klasik. Proses inilah yang membuat batik klasik memiliki nilai seni dan sejarah yang tinggi. Harga batik klasik mulai dari Rp500.000, sementara batik premium dihargai mulai dari Rp1.500.000.

kelas membatik
kelas membatik

Sebagai bentuk dedikasi terhadap pelestarian batik, Rumah Batik juga menyelenggarakan kelas membatik bagi masyarakat umum. Kelas-kelas ini terbuka untuk berbagai kalangan, mulai dari anak-anak hingga orang dewasa, baik warga lokal maupun wisatawan mancanegara. Dengan biaya yang bervariasi, peserta diajak untuk memahami proses pembuatan batik, mulai dari menggambar pola, mencanting, hingga pewarnaan.

Syarif Usman meyakini bahwa batik klasik akan tetap mampu bersaing dan eksis hingga 100 tahun ke depan. Menurutnya, batik klasik memiliki nilai yang tidak dapat digantikan oleh produk modern, terutama karena proses pembuatannya yang sangat detail dan memakan waktu. Proses yang rumit ini menghasilkan karya yang bernilai tinggi, baik dari segi estetika maupun budaya. Batik klasik diproduksi melalui proses yang lebih rumit dan detail, menjadikannya istimewa bagi para pecinta batik sejati yang ingin menunjukkan identitas mereka sebagai warga negara Indonesia melalui busana tradisional ini.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun