Contoh Kasus Neurosis Obsesif Kompulsif Di Indonesia
Contoh kasus yang terjadi sebagai bentuk hadirnya gangguan Neurosis Obsesif Kompulsif dalam diri seseorang terjadi pada kasus mutilasi istri dan kasus Vina. Kasus mutilasi istri ini terjadi di Ciamis, Jawa Barat dengan indikasi tekanan stres suami akibat usahanya yang bangkrut dan hutang yang dimiliki sehingga menekan psikis pelaku dan melakukan mutilasi pada istri setelah sempat mengalami cekcok sebelumnya. Tersangka memberikan penjelasan bahwa dirinya melakukan hal tersebut karena terdapat adanya dorongan dan bisikan untuk menghabisi istrinya. Penuturan tersangka ini menggambarkan sebuah emosional diri yang tidak terbendung dan memuncak akibat dipicu adanya adu mulut yang menjadikan pikiran untuk menyudahi hal tersebut yang terjadi secara terus-menerus, sehingga ada dorongan umtuk memutilasi istrinya.
Pada kasus Vina ini, menggambarkan adanya hasrat seksual dalam diri pelaku yang menekan pada obsesi untuk melampiaskan keinginan seksualnya. Namun dilakukan dengan cara yang tidak masuk akal dan membuat korban mengalami banyak penyiksaan sebagai akibat dari obsesi dan motivasi pelaku dalam melancarkan aksi mereka. Â Kasus ini menggambarkan bahwa aspek internal dalam diri mengalami konflik kritis yang menjadikan pemikiran dan perilaku berada dikendali bawah sadar dalam emosi yang memuncak sehingga terjadi kasus kejahatan seksual dan pembunuhan secara langsung.
Penanganan Neurosis Obsesif Kompulsif
Penanganan terhadap gangguan ini adalah dengan melakukan kontrol terhadap diri menerapkan pola hidup yang lebih baik seperti menjaga kesehatan fisik dan mental, mengatur pola makan, menjalin hubungan sosial dan berolahraga dalam menjaga aspek psikoanalisis diri. Intervensi yang dilakukan adalah dengan melakukan psikoedukasi, konseling dan terapi dalam mengatasi gangguan Neurosis Obsesif Kompulsif  untuk memahami gejala, dampak dan pengendalian diri yang dapat dilakukan (Kholid et al., 2023).
Setiap manusia dianjurkan untuk bisa membangun sebuah hubungan dan interaksi sosial yang baik sebagai bentuk dari keselarasan dalam psikoanalisis diri dan sosial dalam kehidupan. Obsesi yang terbentuk dalam diri jauh lebih bisa disalurkan kedalam bentuk yang positif dibandingkan dengan menuruti emosi dan motivasi dalam bentuk pemikiran negatif yang datang dari pemikiran dan hasrat dalam diri. Bentuk kegiatan positif yang dapat dilakukan adalah dalam menjalankan hobi yang dimiliki, belajar secara lebih giat, dan menjalani ibadah lebih tekun agar tercipta keserasian dalam kesehatan fisik dan mental dalam diri.
Sumber Referensi :
Ardiansyah, Sarinah, Susilawati, & Juanda. (2022). Kajian Psikoanalisis Sigmund Freud. Jurnal Kependidikan, 7(1), 25--31. http://e-journallppmunsa.ac.id/index.php/kependidikan/article/view/912/885