Mohon tunggu...
Nabila Agustin
Nabila Agustin Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswi

hi

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud Pilihan

Janger Tarian Tradisional Bali yang Memesona

10 Mei 2022   13:55 Diperbarui: 10 Mei 2022   15:01 705
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Tari Janger adalah tari ballroom untuk anak muda yang hidup dan berkembang di daerah Kedaton-Sumerta. Tari Janger Kedaton sebagai tarian tradisional yang populer dapat menjadi salah satu kebanggaan budaya masyarakat Kedaton.

Tari Janger Kedaton dipentaskan sekitar tahun 1906 dengan semua penari pria, perkembangan selanjutnya dimainkan oleh sekelompok pria bernama Kecak, sekelompok wanita bernama Janger. Dahulu menggunakan seorang peran berfungsi sebagai pembawa acara disebut Dag. 

Tarian ini berfungsi sebagai hiburan, seremonial, penyajian estetis, penyampaian pesan, pengembangan ekonomi dan sarana integrasi. Janger cocok untuk kegiatan petani yang menyenanginya karena menyenangi pekerjaan. Liriknya diambil dari Sanghyang, tarian ritual. Ketika Janger dikategorikan sebagai tari Bali, Janger juga termasuk tari bolak-balik, tarian yang menerangi upacara dan juga untuk hiburan.

Pada 1960-an, Janger mulai terlibat aktivitas berbagai partai politik, termasuk PKI. Kelompok tari Janger mendukung kampanye pemutusan hubungan Indonesia dengan Malaysia pada tahun 1963. Presiden Soekarno menaruh perhatian besar pada tarian ini, salah satunya adalah dengan membawa penari Janger ke pertunjukan di Istana Tampaksiring. 

Menyusul peristiwa G30S/PKI, beberapa pelaku kekerasan yang dianggap PKI dibunuh dan diusir. Zaman ini adalah zama dimana tari Janger redup sinarnya. Gugur sudah. Baru pada tahun 1970-an popularitasnya kembali. Janger menunjukkan eksistensi sebagai seni pentas hiburan yang merakyat namun tak jarang diganduli pesan-pesan pembangunan pemerintah Orde Baru.

Bung Karno, presiden pertama Republik Indonesia, sangat menyukai tarian Janger.

Kegembiraan dan semangat yang menjadi ciri tarian ini menginspirasi presiden berdarah Bali itu  memberikan perhatian dan dorongan terhadap perkembangan seni pentas ini. 

Dalam konfrontasi antara Indonesia dan Malaysia pada tahun 1963, Penyanyi berteriak melalui Bali, "Ganyang Malaysia!" Dalam bentuk lagu dan backing play. Bung Karno sering membawa Janger sebagai ekspresi seni ke Istana Tampaksiring sebagai pertunjukan seni kehormatan bagi pengunjung negara.

Janger juga memiliki beberapa variasi yang berbeda, seperti;

1. Janger Tabanan. Di Janger tempat ini Anda bisa melihat Daga, seorang pria yang menyamar sebagai tentara Belanda, yang bertugas memberi isyarat kepada para penari.

2. Janger dari Desa Metro, Bangli, melakukan ritual kesurupan di akhir pertunjukan. Janger jenis ini disebut Janger Maborbor, penarinya kesurupan dan menginjak arang yang terbakar.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun