Atas nama ibu yang sangat kusayangi
Seseorang yang selalu memikirkan anak-anaknya daripada dirinya sendiri
Seseorang yang selalu memberikan ajaran benar dengan ketulusan  hati
Dan seseorang yang rupanya paling lemah diantara keluarga kami
Tentang ibu yang gemar menyanyi
Tentang ibu yang berdaster saja sudah amat cantik
Selalu teringat halaman rumah pedesaan milikmu yang asri
Dengan nuansa gemercik air sungai dan suara anak-anak berkumpul menyaksikan beberapa orang menari
Pertengahan oktober dua puluh tahun lalu
Engkau memasang sebuah gelang sebagai tanda bayi itu adalah perempuanÂ
Engkau membelikan potongan baju dengan jumlah banyak sebagai rasa syukur tak tertahankan
Menyambut beberapa tetangga yang ingin melihat bayi perempuan pertama ibu yang amat menggemaskan
Ibu, engkau selalu memelukku dalam badai kecil dan besar
Ya, dibalik bunga yang indah ada bunga yang lebih indahÂ
Dibalik cahaya bintang yang kecil ada cahaya bintang yang lebih besarÂ
Ibu adalah di atas digdayaku yang tak bermakna apa-apa
Aroma tepung roti dan semangkok santan untuk sajian masa kecilku tercium hingga kini
Bahkan melalui tetesan keringatmu aku melihat sinar yang tak pernah sirna tergerus mimpi
Kala laut telah surut, aku menatap masa mudamu dengan memakai rok keren warna burgundi
Dengan kemeja putih polos engkau berjalan dengan anggun di tepian pasir pantai
Di dinding-dinding rumah terlihat bekas air matamu
Di samping kotak kerjamu terlihat asamu yang ditulis untukku
Di dalam benakku jika kau nantinya pergi, kau memastikan bahwa aku tidak boleh sedih selalu
Di dalam perbincangan malam ini engkau adalah tuntunan berharga sepanjang hidupku
cinta ayah amat kaya, cinta ibu selamanya!
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H