Mohon tunggu...
Asagift
Asagift Mohon Tunggu... Penulis - Guru

Ini adalah cara saya mengingat.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Cerpen | Aku, Dia dan Secangkir Kecemburuan

10 Juli 2019   09:35 Diperbarui: 10 Juli 2019   13:29 151
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

"Eh Fi,.." aku mengacuhkan panggilannya karena menerima telepon yang berdering di kamar tamu.

Esoknya kami mengemas semua barang-barang yang diperlukan. Mulai dari perlengkapan pribadi seperti baju, alat mandi hingga berbagai macam makanan yang hendak disajikan sendiri disana. Aku dan Rahmi juga sama-sama tak lupa mengecek keadaan rumah supaya aman dan terkendali selama kami bepergian.

"Oiya nanti aku mau ngomong penting banget sama kamu. Sumpah penting." ujarnya dengan senyum yang sangat manis. Senyum yang tidak biasa kulihat sebelumnya.

"Iyaiya nanti kan, okee." aku balas dengan sangat antusias karena sudah tidak sabar.

Kami pun melakukan perjalanan. Aku menemani Arief yang menjadi sopir pribadi kami. Sementara Rahmi di tengah Bersama Ayah dan Ibu. Perlu waktu kurang lebih dua jam perjalanan dari rumah menuju destinasinya. Tidak begitu lama memang, tetapi khawatirnya kami diserbu oleh kerumunan kemacetan yang menghambat kami menuju tempat tersebut. Semoga tidak ya.

Di tengah perjalanan kami bertemu sebuah mobil yang berhenti di jalur darurat. Rupanya mobil itu yang menyebabkan kemacetan parah sepanjang 5 kilometer. Mobil yang dikendarai oleh seorang wanita  itu sepertinya mengalami masalah pada aki dan ban. Hmm kasihan juga, tetapi kami juga harus melanjutkan perjalanan. 

Namun Arief tiba-tiba terlihat terkejut dan turun dari mobil dengan spontan sambil berkata "Sebentar-sebentar" padaku. Ia sepertinya ingin membantunya. Hmm kamu terlalu baik memang. Eh tidak. Dia sepertinya tidak hanya membantunya. Dia sepertinya lebih dari itu. Arief mengenal perempuan itu. Perempuan berambut pendek dan berblouse putih dengan muka bingung dan cemas itu segera masuk ke mobilku diantar Arief. Aku nampak kaget.

"Eh, Fi mobil Sarah macet. Dia mau numpang kita, bolehkan?" tanyanya yang membuatku agak kesal. Oh Sarah namanya.

Aku berpikir dan kemudian Ibu kangsung berkata "Iya tidak apa rief, ayo mba masuk aja."

Sesampainya disana pukul 17.00, aku berkenalan dengan perempuan yang selain cantik rupanya cukup ramah buatku. 

"Aku Sarah, kamu Fita ya teman kecil Arief?" Teman kecil? Sahabat malah, pikirku.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun