"Mau sepuntung rokok?" kata Uma  mengajak seorang pemuda berciput merah
"Aku tidak merokok" ujar pemuda itu  dengan nada tinggi seolah dia memarahi Uma
Beberapa wajah ibu-ibu muda yang menggandeng putra-putrinya menatap Uma dengan muka tak suka dan menutup hidung  sang anak sambil mengibas-ibas hidungnya dari asap rokok
Uma cuek saja
Beberapa hari kemudian di tempat yang sama, di kondisi yang sama, tetapi  hari ini hujan
Uma pun belum kelihatan
Yang ada hanya tiga bocah pengamen yang berteduh sebelum kembali menghampiri para sopir mobil di pinggir lampu merah untuk meminta lima ratusan
Pemuda kemarin terlihat cemas
Rupanya dia terlihat sedang mengejar waktu
Menantikan bus yang seharusnya datang menit ini, tetapi belum terlihat batang hidungnya
"Hujan om, mungkin sepuluh menit lagi" Â ujar seorang wanita dengan lembut
"Hah? Lama sekali dong" ketus pemuda itu tanpa pikir panjang
"Mau ngapain si Om, buru-buru banget" Tanya wanita itu dengan polos
"Mau setoran lah, abis dagang neng" jawabnya dengan menengok wajah wanita itu
Pemuda itu menyadari betapa cantiknya wajah wanita di sampingnya
"Enengnya mau kemana emang?" tanya pemuda itu dengan malu-malu
"Oh, mau ke Swalayan  seberang Om" jawabnya dengan menunduk
Wanita itu menunduk supaya matanya tak bertatapan langsung dengan mata sang pemuda, haram katanya
"Jangan panggil Om atuh neng" rayunya
Wanita itu tidak membalas senyuman pemuda beringas itu
Ia mengintip barang bawaan yang katanya akan disetorkan pemuda itu
Nampak terbuka sebuah koper hitam yang terisi penuh, hingga penutup koper itupun tak dapat menutupi dengan sempurna
Dilihatlah terdapat banyak bungkus dagangan yang berisi sabun dan pasta gigi, bermacam merek pula
Pemuda itu megagetkannya
"Neng..., gapapa kan ? Bengong aja tuh"
"Hehe, Om neng boleh beli sabun itu gak?" tanya wanita cantik itu
"Buat mandi nih, neng bayar dua kali lipatnya deh" tambahnya
"Hehe, boleh, tapi jangan yang ini yah, buat eneng mah nanti aa beliin" jawab pemuda itu dengan gelisah
"Kalo gitu eneng minta nomernya Om eh Aa boleh kan?" tanya wanita itu yang kini mulai berani menatap mata pemuda itu
"Wah dengan senang hati atuh, chat aa ya neng, aa kesepian nih, hehe" jawab pemuda itu
Pemuda itu dengan bahagianya memberikan nomor ponsel dan alamat rumahnya, berharap ia akan mulai bisa ber pedekate ria mala mini dengan wanita itu
"Eh Aa udah terang nih, eneng balik dulu yaa" rayu wanita itu
"Ohiya neng, jangan lupa ya neng, telpun hehee" jawab pemuda itu dengan bangga
Wanita itu mendahului pamit dan segera pergi, masuk ke sebuah mobil hitam dan menghilang
Tanpa diketahui sang pemuda itu
Mereka berpisah dengan kegiatan masing-masing
Hari ini cuaca tampak sangat cerah, bersahabat bagi warga yang ingin beraktivitas
Hari ini keadaan halte pun sama, tampak ramai jika cuaca begini, namun kini tak tampak batang hidung seorang pemuda yang biasanya beraktivitas di halte setiap hari
Mungkin belum bangun, atau sedikit telat menyetor dgangannya hari ini
Namun hingga pukul tiga sore, masih tak tampak wajah murah senyumnya itu, Â tak seperti biasa
Tiba-tiba terlihatlah batang hidung seorang polisi wanita yang berseragam khusus bagian agensi narkoba sedang menelusuri halte itu dengan rekannya,
"Kerja bagus, kau menemukannya disini?" tanya rekannya yang dibalas anggukan meyakinkan olehnya
Tanpa disadari, Â nama polisi wanita itu, Uma
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H