Mohon tunggu...
Asagift
Asagift Mohon Tunggu... Penulis - Guru

Ini adalah cara saya mengingat.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Percakapan di Halte Kemarin

13 April 2019   00:00 Diperbarui: 13 April 2019   00:23 71
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

"Mau sepuntung rokok?" kata Uma  mengajak seorang pemuda berciput merah

"Aku tidak merokok" ujar pemuda itu  dengan nada tinggi seolah dia memarahi Uma

Beberapa wajah ibu-ibu muda yang menggandeng putra-putrinya menatap Uma dengan muka tak suka dan menutup hidung  sang anak sambil mengibas-ibas hidungnya dari asap rokok

Uma cuek saja

Beberapa hari kemudian di tempat yang sama, di kondisi yang sama, tetapi  hari ini hujan

Uma pun belum kelihatan

Yang ada hanya tiga bocah pengamen yang berteduh sebelum kembali menghampiri para sopir mobil di pinggir lampu merah untuk meminta lima ratusan

Pemuda kemarin terlihat cemas

Rupanya dia terlihat sedang mengejar waktu

Menantikan bus yang seharusnya datang menit ini, tetapi belum terlihat batang hidungnya

"Hujan om, mungkin sepuluh menit lagi"  ujar seorang wanita dengan lembut

"Hah? Lama sekali dong" ketus pemuda itu tanpa pikir panjang

"Mau ngapain si Om, buru-buru banget" Tanya wanita itu dengan polos

"Mau setoran lah, abis dagang neng" jawabnya dengan menengok wajah wanita itu

Pemuda itu menyadari betapa cantiknya wajah wanita di sampingnya

"Enengnya mau kemana emang?" tanya pemuda itu dengan malu-malu

"Oh, mau ke Swalayan  seberang Om" jawabnya dengan menunduk

Wanita itu menunduk supaya matanya tak bertatapan langsung dengan mata sang pemuda, haram katanya

"Jangan panggil Om atuh neng" rayunya

Wanita itu tidak membalas senyuman pemuda beringas itu

Ia mengintip barang bawaan yang katanya akan disetorkan pemuda itu

Nampak terbuka sebuah koper hitam yang terisi penuh, hingga penutup koper itupun tak dapat menutupi dengan sempurna

Dilihatlah terdapat banyak bungkus dagangan yang berisi sabun dan pasta gigi, bermacam merek pula

Pemuda itu megagetkannya

"Neng..., gapapa kan ? Bengong aja tuh"

"Hehe, Om neng boleh beli sabun itu gak?" tanya wanita cantik itu

"Buat mandi nih, neng bayar dua kali lipatnya deh" tambahnya

"Hehe, boleh, tapi jangan yang ini yah, buat eneng mah nanti aa beliin" jawab pemuda itu dengan gelisah

"Kalo gitu eneng minta nomernya Om eh Aa boleh kan?" tanya wanita itu yang kini mulai berani menatap mata pemuda itu

"Wah dengan senang hati atuh, chat aa ya neng, aa kesepian nih, hehe" jawab pemuda itu

Pemuda itu dengan bahagianya memberikan nomor ponsel dan alamat rumahnya, berharap ia akan mulai bisa ber pedekate ria mala mini dengan wanita itu

"Eh Aa udah terang nih, eneng balik dulu yaa" rayu wanita itu

"Ohiya neng, jangan lupa ya neng, telpun hehee" jawab pemuda itu dengan bangga

Wanita itu mendahului pamit dan segera pergi, masuk ke sebuah mobil hitam dan menghilang

Tanpa diketahui sang pemuda itu

Mereka berpisah dengan kegiatan masing-masing

Hari ini cuaca tampak sangat cerah, bersahabat bagi warga yang ingin beraktivitas

Hari ini keadaan halte pun sama, tampak ramai jika cuaca begini, namun kini tak tampak batang hidung seorang pemuda yang biasanya beraktivitas di halte setiap hari

Mungkin belum bangun, atau sedikit telat menyetor dgangannya hari ini

Namun hingga pukul tiga sore, masih tak tampak wajah murah senyumnya itu,  tak seperti biasa

Tiba-tiba terlihatlah batang hidung seorang polisi wanita yang berseragam khusus bagian agensi narkoba sedang menelusuri halte itu dengan rekannya,

"Kerja bagus, kau menemukannya disini?" tanya rekannya yang dibalas anggukan meyakinkan olehnya
Tanpa disadari,  nama polisi wanita itu, Uma

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun