Â
           KU HANYA DIAM
       Oleh : Nabigha Ajda Hendani
Cacian itu masih bersemayam di relung hati yang lemah ini.Â
Hinaan itu masih membekas di otak yang lelah memikirnya.Â
Aku menelan dan tak mampu melemparnya keluar jauh dari jiwa.Â
Aku menerima tanpa ungkapan marah dan sepatah kata.Â
Tatapan itu tertuju seolah mau menerkam dan membunuh dengan sengaja.Â
Namun aku tak mau menatap balik dengan alasan tak biasa.Â
Aku hanya mampu diam dan melihat kelanjutannya setelahnya.Â
Beri Komentar
Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!