Saya menolak. Saya katakan saya tidak sanggup.
Tapi Iblis berkacak pinggang:
"Ini wahyu!"
Maka jadilah saya robot yang tidak punya pilihan
Bukankah dihadapan wahyu segala alasan jadi tiarap?
Bukankah dihadapan wahyu nalar harus dibungkam?
Sekarang kembali ke topik:
Kenapa saya dituduh sebagai EA atau Erianto Anas?
Saya jadi penasaran, siapa itu mahkluk yang bernama EA
Kenapa namanya begitu menggema dalam kesadaran kolektif penduduk Kompasiana?
Seakan menjadi ikon center point publik