Bagi saya ini dasar.
Tanpa pemahaman akan hal ini,
Banyak pembicaraan dalam diskusi jadi ngawur.
Misalnya,
Sudah jelas yang dilakukan seseorang sebenarnya hanya berpendapat dan menghayati tentang Tuhan, tapi lagaknya begitu kenal dengan Tuhan, seakan-akan wajah, bentuk, sifat dan karakter Tuhan sudah mereka saksikan sendiri secara nyata. Lalu dengan pernyataannya itu, mereka berani latah untuk menghabisi pendapat orang lain sebagai salah, kafir dan tidak bermoral.
Masya Allah astagfirullah:
"Tuhan adalah Kasih itu sendiri
Tuhan tidak bisa diketahui dengan nalar
Tuhan melampaui segala apa yang terpikirkan
Tuhan tidak butuh disembah.
Tuhan menerima semua agama.
Tuhan bukan ini bukan itu.
Tapi Tuhan adalah ..... bla bla bla"
Tahu darimana?
Sudah pernah membuktikan ucapan itu?
Duluan mana hadirnya kalimat itu dibanding sudah pernah membuktikannya?
Yang disebut Ilmu Pengetahuan,
Adalah sebuah kesimpulan yang datangnya diakhir.
Pernyataan muncul setelah mengindra segala sesuatu.
Setelah melihat segala sesuatu
Setelah mendengar segala sesuatu
Setelah meraba segala sesuatu
Setelah mencicipi segala sesuatu
Artinya, setelah membuktikan segala sesuatu
Hanya setelah melakukan diantara domain itulah baru layak mengeluarkan statemen dengan tegas.
Diluar itu? Mitos. Dongeng. Hikayat. Kultus. Sakralitas.
Dan seterusnya ....
Artinya,
Bicara Tuhan, jangan berlagak seperti seorang saintis.
Pemuja Tuhan, penyembah Tuhan, adalah seorang asketis.
Minimal seorang penghayal. hahaha ....!
Artinya mbok tahu dirilah dengan apa yang dinyatakan
Apakah kategori kepastian, atau keraguan
Apakah kategori penemuan, atau dugaan
Apakah kategori pembuktian, atau hanya harapan mental
Makanya bubuhi keterangan subjek diawal atau diakhir kalimat.
Menurut saya, ini tidak bisa tidak.
Karena Tuhan, bukan sesuatu yang dimaklumi semua manusia
Tapi adalah wilayah "dunia dalam."
Dunia dalam cakrawala bathin.
Subjektif personalitik
Bukan sebuah penemuan empirik yang tak terbantah
Yang sudah resmi diakui semua manusia.
Apalagi sebuah hasil verifikasi ilmiah
Ini bukan berarti saya ingin menyatakan bahwa Ilmu Pengetahuan adalah segalanya
Tapi penegasan saya, semua ada konteksnya. Jangan latah.
Jika pemetaan ini belum dipahami
Jangan pernah bermimpi bisa diskusi dalam iklim yang dialogis multikultural
Jangan pernah bermimpi akan bisa membangun sebuah diskusi yang bermakna dan elegan
Sejauh yang saya pahami,
Ini baru sebagian kecil dari hal ihkwal Epistemologi.
Cukup