Air Susu Ibu (ASI) merupakan cinta kasih yang paling dalam dari ibu untuk anaknya. Bukan sekadar metafora yang hiperbolis namun, faktanya memang begitu adanya.Â
Namun, cinta kasih ini mulai pudar dan tergantikan dengan Susu formula (Sufor).
Susu formula dikenal sebagai produk yang amat positif bagi kalangan ibu-ibu dengan balita saat ini. Kehadiran susu formula banyak membantu para ibu untuk mencukupi gizi bayi-bayi mereka. Iming-iming kandungan gizi yang lengkap juga promo sufor hampir di semua lini membuat persepsi masyarakat pada sufor menjadi baik hingga menggeser peran ASI.Â
Orang-orang yang mempromosikan kebaikan sufor ini cukup beragam baik itu dari testimoni pribadi ataupun influencer sosial media. Bahkan beberapa nakes juga banyak yang mempromosikannya secara masif. Ditambah pengaruh sosial media memberikan dampak pengaruh sufor pada masyarakat.Â
Dengan iklan-iklan yang gencar disebarkan ke masyarakat namun, juga  minim edukasi terhadap laktasi alhasil banyak yang menggeser ASI ke susu formula.Â
Geliatnya promo yang masif terhadap susu formula bisa mengubah persepsi akan kebutuhan susu bagi anak. Perlahan sufor menggeser peran ASI sebagai asupan wajib balita.Â
Hal yang cukup mengganggu untuk saya adalah promo dari pihak nakes. Ada beberapa influencer yang berprofesi nakes mempromosikan kebaikan dari sufor namun, tidak diimbangin dengan informasi yang berimbang. Â
Permenkes (Peraturan Menteri Kesehatan) No. 39 Tahun 2013 tentang Susu Formula Bayi dan Produk Bayi Lainnya serta Peraturan Pemerintah No 33/2012 tentang Pemberian ASI Eksklusif.Â
Dalam pasal 20  mengatur, bahwa  susu formula hanya boleh diiklankan pada media cetak khusus tentang kesehatan. Materi promosinya juga wajib memuat keterangan susu formula bayi hanya dapat diberikan atas keadaan tertentu dan harus memperoleh izin Menteri Kesehatan sebelum tayang. Namun, belum ada pasal yang mengatur secara spesifik tentang promosi di internet.
Gencarnya promosi susu formula ini saya yakin bukan saya seorang saja yang resah dibuat resah ditambah ada beberapa oknum nakes yang menyumbang untuk mempromosikan sufor. Stereotip sufor sebagai susu wajib anak membuat calon bapak tepok jidat melihat harga susu formula yang beredar di minimarket ataupun apotek.Â
Bahkan sudah masuk ke guyonan sehari-hari perkara ini. Saya sempat mendapat guyonan dari kenalan saya dirinya yang baru punya balita pernah berucap "Kerja bagai kuda karena harga susu dan biaya sekolah itu mahalnya minta ampun".
Ya kok bisa sufor menjadi barang wajib yang harus tersedia ketika memiliki balita. Padahal kandungan antibodi dalam ASI mampu meningkatkan daya tahan tubuh anak juga bisa mengurangi risiko bayi terkena penyakit seperti otitis media, diare, dan infeksi saluran pernapasan.Â
Sadar atau tidak kita sudah mengamini bahwa susu formula lebih baik ketimbang ASI. Saya Pun mengamini itu jika saja saya tidak kuliah farmasi saya meyakini kalau susu formula lebih baik ketimbang ASI.
Asi Eksklusif Wajib DigalakkanÂ
ASI eksklusif merupakan  pemberian air susu ibu sebagai satu-satunya sumber nutrisi untuk bayi, tanpa memberikan makanan atau minuman lainnya selama enam bulan pertama kehidupannya.Â
Banyak manfaat dari asi eksklusif untuk masyarakat Indonesia. Tidak hanya dari segi kesehatan seperti yang saya bahas sebelumnya. Nyatanya program asi eksklusif itu murah, para pasutri tidak perlu ketar ketir cari kesana kemari sufor merk A ataupun B. ASI adalah makanan pokok yang cukup ekonomis dan juga lengkap zat gizinya untuk bayi.
Harga susu formula yang beredar di masyarakat cukup beragam kisaran Rp. 80.000-Rp. 500.00 bahkan ada menyentuh harga jutaan. Untuk kaum sultan tentu harga segini bisa dijangkau dengan mudahnya. Untuk kaum buruh, dan petani yang mengandalkan pemasukan dari panen yang tidak tiap hari tentunya harga segitu cukup memberatkan.Â
Edukasi perihal laktasi seperti asi eksklusif rasanya perlu digalakkan. Susu formula masih terkesan memiliki label wajib dimiliki oleh banyak kalangan. Minim informasi akan asi eksklusif membuat persepsi susu formula yang digaungkan melalui iklan-iklan di media massa membuat kesan positif pada susu formula bisa salah kaprah.Â
Jika pasutri muda yang paham manfaat ASI eksklusif tidak perlu khawatir perihal biaya beli sufor, tidak perlu kerja bagai kuda. Kerja secukupnya, dan sewajarnya saja.Â
Sufor Dipakai pada Kondisi Tertentu Saja.
Yup, sufor tidak sepenuhnya buruk. Pemberian sufor bisa diberikan pada kondisi tertentu atas rekomendasi dari ahlinya. Mengutip dari IDAIÂ (Ikatan Dokter Anak Indonesia) ada 3 kondisi yang boleh diberikan sufor. Pertama kelainan genetik atau metabolik seperti kondisi Galaktosemia, Maple syrup urine disease, dan Fenilketonuria. Kedua Pemberian susu formula pada Bayi Kurang Bulan (BKB), dan Ketiga Pemberian susu formula pada Bayi Cukup Bulan (BCB).
Kemudian ada juga dimana kondisi ASI tidak keluar. Hal seperti ini disebabkan karena, ada gangguan pada produksi hormon prolaktin yang dimana hormon ini memiliki fungsi  untuk merangsang pembentukan ASI.
Sehingga Sufor pada situasi diatas sangat membantu ayah dan bunda untuk memberikan nutrisi yang baik untuk buah hatinya.
Peran SuforÂ
Perlahan tapi, pasti ASI eksklusif sudah familiar di telinga masyarakat kita. Namun, kenapa susu formula masih laku keras? Terlepas dari kondisi seperti yang saya sampaikan diatas.
Permasalahan persusuan ini nyatanya tidak sesederhana itu. Banyak dari ibu yang masih dalam usia produktif kerja yang dimana waktu untuk pemberian asi menjadi terhambat karena, ibu sibuk bekerja, sehingga pemberian ASI tidak terlalu optimal, ya harus kita akui hambatan-hambatan seperti ini menghalangi program asi eksklusif. Tuntutan kehidupan yang harus dipenuhi menjadi realita yang pahit.Â
Untuk menggalakan ASI eksklusif memang dibutuhkan kerjasama berbagai pihak keluarga salah satunya dukungan keluarga untuk menggalakkan program ASI eksklusif.Â
Dan apabila memang mendapatkan kondisi dimana kondisi bayi atau ibu belum bisa melakukan program ASI eksklusif ya tidak apa juga. Keberadaan sufor memang diperuntukkan dalam kondisi seperti ini.Â
Hal yang ingin saya sampaikan ialah ASI merupakan kebaikan yang diberikan oleh ibu untuk bayinya banyak manfaat pemberian ASI untuk anak. Namun, jangan mengganti ASI dengan susu formula jika memang tidak terpaksa, dan pangkas pemikiran bahwa susu formula lebih baik ketimbang ASI.Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H