Kemunculan Warteg Kharisma Bahari (WKB) di Jogja sempat menjadi topik hangat minggu-minggu terakhir. Banyak pula postingan warganet yang mereview warteg yang satu ini. Dan selama mengitari kota jogja memang WKB kemunculan cukup banyak bisa dikatakan mirip kemunculan gerai MIXUE hampir disudut kota ada.Â
Warteg Kharisma Bahari cukup dikenal oleh masyarakat Indonesia terutama masyarakat pekerja di kota-kota besar. Namun, selama aku merantau belum pernah mencicipi warteg yang satu ini.
Aku pribadi tidak dekat dengan namanya warteg bukan antipati karena, memang tempat tinggal dulu dan sekarang tidak ada warteg. Mungkin warung makan nasi rames atau nasi padang yang sering aku sambangi untuk memenuhi kebutuhan perut.
Hanya sekedar tahu dari percakapan sejawat saja kalau WKB ini enak. Sempat melihat warteg yang satu ini baru buka membuat penasaran tapi tidak membuat kaki tergerak untuk menyambangi.Â
Pada akhirnya mencoba berangkat ke sana karena perut keroncongan pada dini hari. Konon Warteg ini buka 24 jam, dan sesampai di lokasi memang benar warteg ini buka 24 jam.Â
Memiliki visi misi yang filosofis
Ternyata tagline dari warteg ini cukup unik dan ambisius "SIAP MEWARTEGKAN INDONESIA". Dan ternyata WKB memiliki website resminya juga terang-terangan membuka franchise.
Terbagi beberapa gerai pilihan seperti Warteg Kharisma Bahari, Warteg Momoka Bahari, Warteg Subsidi Bahari, Warteg Selaras Bahari.
Warteg Bahari Kharisma berdiri ditahun 1996. Didirkan oleh Sayudi pemilik Warteg Kharisma Bahari dan Warteg Kharisma Bahari Group.  Warteg pertamanya dibuka  di daerah Jakarta Selatan namun, menggunakan nama MM (modal mertua).Â
Nama ini muncul dikarenakan dirinya  membuka warteg menggunakan modal pinjaman mertuanya.
Memenuhi standar 3M
Nasi, kentang mustopa, kentang balado, telor dadar, dan minum air putih hanya membayar 12 ribu rupiah saja. Warteg ini memenuhi filosofi makanan bagi anak rantau yakni 3 M Murah, Mengenyangkan, dan Menyenangkan hehehe.Â
Aku datang ke warteg ini kira-kira pukul 2 dini hari walaupun begitu menunya masih banyak, dan cukup ramai pengunjungnya. Tempatnya cukup bersih oiya cabang warteg kharisma bahari yang aku sambangi ini jalan affandi jogja.Â
Menu masakan warteg ini aku rasa bisa diterima semua masyarakat ditambah varian menu yang banyak.Â
Penjual bukan asli Tegal
Dikala aku menikmati makanan aku sempat mendengar percakapan pelanggan yang sudah menuntaskan makanannya dan beranjak membayar kemudian pulang. Dari obrolan mereka dikala sedang bersiap pulang terdengar obrolan yang mengapresiasi murahnya makanan di WKB ini.Â
Mereka membandingkannya dengan makanan angkringan yang dimana mereka sepakat kalau WKB lebih murah dan mengenyangkan perut ketimbang angkringan. Sepertinya penjual angkringan memiliki rival baru dalam dunia kuliner.
Kemudian ada pelanggan yang datang untuk memesan makanan untuk dibungkus dibawa pulang. Dirinya terdengar akrab dengan mas-mas penjual di WKB sepertinya sudah langganan namun, dirinya tidak dipanggil mas melainkan aak.Â
Ternyata penjual bukan asli tegal, hal ini semakin mempertegas kalau memang WKB membuka franchise. Siapa pun bisa membuka WKB tidak memandang suku bangsa heeheh.Â
Ya, hal itu tidaklah penting bukan? walaupun sudah keluar dari nasab asalnya Warteg alias Warung Tegal.Â
Terlepas dari itu semunya mungkin ada beberapa kekurangan dari WKB . Nasi yang aku dapatkan pada hari itu cukup banyak tapi tidak hangat, sempat miskomunikasi dengan penjual perihal nama lauk yang dipilih, dan belum tersedia layanan pembayaran non tunai atau QRIS.Â
Jika dibandingkan dengan warmindo atau burjo yang sudah mengadopsi pembayaran non tunai rasanya WKB masih tertinggal.Â
Mungkin karena WKB masih terbilang baru di Jogja sehingga layanan pembayaran non tunai masih belum tersedia khususnya WKB yang aku kunjungi ini. Mungkin saja WKB cabang lain sudah tersedia. Â
Ya, aku mewajarkan karena warteg ini dibukan 24 jam hal wajar jika nasinya dingin, dan nama menu makanannya berbeda panggilan.Â
Dan menurutku WKB hadir menjawab keluhan anak rantau, menu masakan yang variatif bisa memenuhi keinginan anak rantau yang terkadang bosan makannya itu-itu saja, dan yang paling penting yakni murah.Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H