Kiyo yang menjadi juru masak di asrama Makanai sering membuatkan masakan yang membuat para penghuni asrama kegirangan. Para penghuni asrama bersyukur dengan masakan yang dibuat oleh Kiyo.Â
Terkesan biasa saja tapi, ada kelegaan yang tidak bisa terdeskripsikan saat memakannya, dan mereka selalu habis menyantapnya.Â
Kiyo juga selalu perhatian kepada para penghuni asrama, menyiapkan masakan kesukaan mereka. Terutama pada Sumire teman masa kecilnya.Â
Minim konflik tapi kaya makna
Selama 9 episode menonton serial ini sepertinya konflik dalam serial ini cukup minim. Tidak seperti dorama Jepang yang mendramatisasi suatu hal.Â
Padahal ada beberapa elemen yang sebenarnya bisa diulik untuk lebih mendapatkan dramanya.
Akan tetapi sepertinya sang sutradara ingin mengemas serial ini menjadi drama yang menangkap kehidupa masyarakat Jepang yang apa adanya. Walaupun dalam manganya sendiri tidak ada konflik yang terlalu drama.
Proses Sumire menjadi Makanai dan proses Kiyo yang beralih jadi juru masak di sana menurutku elemen yang memberikan makna tersendiri.Â
Dalam karakter Sumire kita diperlihatkan usaha, dedikasi untuk pantang menyerah untuk menggapai mimpi, dan dalam karakter Kiyo kita diperlihatkan rasa ikhlas dan menerima apa adanya.Â
Walaupun Kiyo gagal menjadi Makanai ia tetap bersyukur bisa menjadi Makanai, dan juga ia menyukai apa yang ia lakukan.Â
Hal itulah yang menjadikan serial ini penuh makna. Ada hikmah dan pelajaran tentang nasib, juga tentang berkehidupan.Â