Menjawab tantangan demokrasi yang semakin tidak karuan, akar rumput harus berbenah mengubah ruhnya menjadi akar rumput dalam arti positif untuk merawat demokrasi. Sekaligus untuk mengubah sedikit demi sedikit sistem yang kacau menjadi suatu sistem demokrasi yang penuh dengan ide dan gagasan.Â
Seperti kata Jhon Dewey bahwa akar rumput seharusnya tidak menjadi komoditas politik yang pasif, tetapi menjadi kekuatan yang aktif untuk selalu bersuara mengungkapkan gagasan untuk mengawal kebijakan.Â
Ini sejalan dengan konsep Abraham Lincoln bahwa demokrasi adalah dari rakyat, oleh rakyat, dan untuk rakyat. Artinya rakyat berperan dalam segala hal yang terjadi di negara demokrasi. Oleh karena itu, akar rumput seharusnya memiliki kedaulatan yang dilandasi oleh kepentingan bersama untuk selalu menancapkan akar yang kuat dan tidak mudah goyah.
Agaknya akar rumput harus mengingat kembali bahwa manusia diciptakan oleh Tuhan untuk berdaulat atas dirinya sendiri. Menjadi pemimpin dari diri dan pikirannya untuk selalu menggunakan landasan pikir dalam mengambil setiap tindakan. Tuhan selalu menyeru pada hambanya, "Afala takkilun," yang menanyakan apakah kalian tidak berpikir. Artinya, menjadi akar rumput merupakan suatu keniscayaan, tetapi memperkuat akar rumput laiknya akar jati yang menancap kuat ke tanah adalah suatu keharusan. Dalam konteks politik hari ini, akar rumput harus mengubah ruhnya, agar tidak menjadi komoditas politik tetapi menjadi kekuatan untuk mengawal demokrasi negeri ini. Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H