Agaknya masyarakat bangsa merasa kecewa dan tidak menyangka kepada Pak Jodo, yang dulunya merepresentasikan rakyat kecil ternyata bertindak sebagai seorang yang haus kekuasaan. Beliau mungkin berhasil menjadi kepala keluarga yang baik, tapi tidak untuk menjadi pemimpin yang baik bagi bangsa.
Tulisan tempo yang berjudul “Pinokio Jawa” agaknya tepat untuk menggambarkan watak Pak Jodo, kebohongan demi kebohongan menjadi senjata untuk merepresentasikan kepribadian machiavellianismnya. Selalu menghalalkan segala cara untuk memeroleh tujuan yang hendak dicapai walaupun dengan mengakali konstitusi. Fenomena ini membuat stigma baru di masyarakat bahwa ternyata representasi orang baik atau rakyat kecil tidak selalu baik dalam konteks politik. Terbukti jalan selokan yang ditempuh adalah topeng dan siasat untuk memuaskan nafsu kekuasaan.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H