Lebih jauh lagi, Kurikulum Merdeka mendorong integrasi antara seni rupa dengan mata pelajaran lain, menciptakan pengalaman belajar yang holistik. Misalnya, konsep perspektif dalam menggambar dapat dihubungkan dengan pelajaran matematika, atau tema-tema dalam karya seni dapat dikaitkan dengan pelajaran bahasa dan sastra.
 Pendekatan ini tidak hanya membuat pembelajaran menjadi lebih menarik bagi siswa, tetapi juga membantu mereka memahami hubungan antar disiplin ilmu.Â
Dengan demikian, pembelajaran seni rupa dalam kerangka Kurikulum Merdeka berpotensi untuk membentuk generasi yang lebih kreatif, inovatif, dan mampu berpikir lintas disiplin. Melalui penguatan keterampilan seni dan ekspresi diri, siswa dapat tumbuh menjadi individu yang tidak hanya mahir dalam bidang akademis, tetapi juga memiliki kemampuan untuk berkontribusi secara positif dalam masyarakat.
Terakhir, pembelajaran seni rupa juga berfungsi sebagai sarana untuk membangun rasa percaya diri anak. Ketika anak-anak berhasil menciptakan karya seni, meskipun sederhana, mereka merasa bangga dengan hasil kerja keras mereka.Â
Penghargaan terhadap karya seni mereka---baik dari guru maupun teman sebaya---dapat meningkatkan rasa percaya diri dan motivasi belajar anak.Â
Selain itu, melalui pameran karya seni di sekolah atau acara lainnya, anak-anak belajar untuk menghargai karya orang lain serta memahami pentingnya kolaborasi dan apresiasi dalam komunitas.Â
Dengan demikian, pembelajaran seni rupa tidak hanya bermanfaat secara individu tetapi juga membentuk karakter sosial yang positif bagi peserta didik di sekolah dasar.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H