Mohon tunggu...
Nawangsih
Nawangsih Mohon Tunggu... Lainnya - English Education '18

stay classy.

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan Pilihan

KRI Nanggala-420 Tenggelam, Inikah Bukti Nyata Kurangnya Perhatian Pemerintah terhadap Maritim Indonesia?

2 Mei 2021   15:24 Diperbarui: 2 Mei 2021   15:31 210
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pemerintahan. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Di penghujung April 2021 publik dikejutkan oleh berita salah satu kapal selam kebanggaan NKRI yang hilang kontak di perairan Bali. Dikabarkan pada 21 April 2021, kapal selam KRI Nanggala-402 yang sedang mengikuti latihan penembakan dan peluncuran torpedo hilang kontak sekitar 95 kilometer di utara Bali dengan membawa 53 orang awak kapal di dalamnya. 

Setelah dilakukan proses pencarian, kapal selam buatan Jerman ini dinyatakan tenggelam (subsunk) pada 24 April 2021. Tenggelamnya kapal selam ini menimbulkan luka yang mendalam untuk rakyat Indonesia bahkan disebut sebagai salah satu tragedi tenggelamnya kapal selam terburuk dalam sejarah dunia. 

Dilansir dari cnnindonesia.com, seorang pakar kapal selam dari Institut Teknologi Sepuluh November (ITS) Surabaya Wisnu Wardhana menyebutkan ada tiga faktor penyebab tenggelamnya KRI Nanggala-420 dikedalaman 850 meter. 

Ketiga faktor itu ialah tidak berfungsinya Air Ballast yang dapat mengatur ketinggian penyelaman kapal, tidak berfungsinya hydroplane atau sayap di badan kapal dan rusaknya Pressure Hull yang membuat kapal tersebut hancur karena besarnya tekanan air. Tragedi ini seolah membeberkan beberapa bukti nyata lain kurangnya perhatian pemerintah terhadap peralatan perang kawasan maritim.

Kapal selam yang berusia tua dan masih beroperasi hingga kini, menjadi bukti bahwa pemerintah lalai dalam memperhatikan penggunaan alutsista (Alat Utama Sistem Senjata Tentara Nasional Indonesia). 

Dilansir dari makassar.terkini.id, KRI Nanggala-402 adalah kapal selam tipe 209/1300 yang dibuat di Kiel, Jerman Barat, yang dipesan pemerintah Indonesia pada 1978 dan mulai aktif digunakan sejak 1981. Menyoroti kapan kapal selam ini dipesan, menandakan bahwa KRI Nanggala-402 telah berusia lebih dari 40 tahun. 

Disebutkan juga bahwasanya kapal selam ini terakhir diperbaiki pada tahun 2012 atau 9 tahun silam. Pihak Jerman pun mengatakan bahwa kapal selam jenis serupa telah purnatugas semua saat ini di wilayah mereka dan digantikan oleh kapal selam jenis terbaru. Sebagai alutsista kebutuhan militer, seharusnya pemerintah memperhatikan usia peralatan militer yang digunakan. 

Kendati TNI AL menyebutkan KRI Nanggala-402 masih layak digunakan, namun cepat atau lambat kondisi kapal selam pasti akan mengalami kerusakan karena usia tua. 

Untuk itu, pemerintah perlu memberikan perhatian lebih tentang penggunaan alutsista militer ini dengan tidak memaksa menggunakan kapal selam yang kondisinya sudah mendekati tidak layak. 

Hal ini dikarenakan faktor usia bisa menjadi pemicu penyebab kerusakan alutsista. Naasnya, para prajurit terbaik Indonesia lah yang akan menjadi korban akibat kelalain pemerintah.

Bukti lain kurangnya perhatian pemerintah adalah rancangan kebijakan yang terlambat diprioritaskan. Setelah terjadi tragedi, barulah muncul janji untuk memprioritaskan peremajaan alutsista. 

Tragedi tenggelamnya KRI Nanggala-402 seolah menjadi pengingat pentingnya peremajaan alutsista. Dilansir dari nasional.kompas.com, upaya peremajaan alutsista sebenarnya sudah dipetakan melalui Minimum Essential Force (MEF) yang dirancang pemerintah sejak 2007. 

Namun sejauh ini pemenuhan upaya ini seolah hanya sekedar wacana yang tersendat oleh sejumlah kendala lainnya. Pemerintah tidak bisa memilah mana prioritas yang seharusnya didahulukan sehingga akhirnya mengakibatkan kesalahan fatal yang merugikan banyak pihak. 

Dan setelah terjadi tragedi naas ini barulah pemerintah gembar gembor berjanji akan memprioritaskan peremajaan alutsista. Artinya pergerakan dimulai karena sebuah tragedi telah terjadi. Seakan menjelaskan bahwa pemerintah kurang perhatian terhadap peralatan perang dikawasan maritim.

Anggaran yang tersedia tidak digunakan sedemikian rupa untuk memprioritaskan kelayakan alutsista. Hal ini menjadi bukti selanjutnya kurangnya perhatian pemerintah terhadap kawasan maritim. 

Dilansir dari matamatapolitik.com, KRI Nanggala-402 telah digunakan oleh lebih dari selusin angkatan laut selama lima dekade terakhir, termasuk Argentina, Yunani, India dan Turki. 

Dengan kata lain, saat sampai ke Indonesia kapal selam ini bukanlah kapal selam baru melainkan telah bekas pakai angkatan laut dari berbagai negara. Beberapa alutsista lainnya yang dibeli oleh pemerintah berada dibawah standar dan bekas pakai yang kadangkala tidak sesuai dengan kebutuhan. 

Tindakan pemerintah yang kurang perhatian ini, bisa menjadi pemicu indikasi adanya korupsi anggaran. Pembelian alutsista bekas tentunya berpotensi besar menimbulkan masalah yang yang tidak hanya akan membebani anggaran perawatan tetapi akan berisiko terjadi kecelakaan yang mengancam keselamatan para prajurit.

Seharusnya anggaran yang disediakan untuk memprioritaskan alutsista digunakan untuk membeli peralatan perang baru yang layak digunakan hingga jangka panjang.

Tragedi tenggelamnya kapal selam KRI Nanggala-420 ini menjadi teguran langsung agar pemerintah lebih memperhatikan alutsista dikawasan maritim. Berbagai bukti terlihat bahwa pemerintah kurang perhatian terhadap peralatan perang di Indonesia. 

Mulai dari masih dipakainya kapal selam yang telah berusia tua, lambatnya memprioritaskan peremajaan alutsista militer hingga tidak jelasnya penggunaan anggaran yang tersedia untuk kelayakan peralatan perang. 

Kalau sudah terjadi tragedi, barulah pemerintah sibuk berjanji. Seharusnya sejak awal agenda yang telah disusun dilaksanakan dengan baik sehingga dampaknya tidak akan berakibat fatal. 

Para prajurit yang berjuang mempertahankan keamanan negara tidak luput menjadi korban akibat kelalaian dan keegoisan oknum pemerintah. Semoga 53 awal kapal dalam tragedi KRI Nanggala-420 di terima di sisi tuhan. Fair Winds and Following Seas, KRI Nanggala-402.

Source: [1] [2] [3] [4]

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kebijakan Selengkapnya
Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun