Tahukah kalian bahwa Fast Fashion memiliki kaitan erat dengan limbah fashion? Industri tekstil dapat menghasilkan limbah berbentuk cairan, padatan, dan gas yang dapat mencemari lingkungan. Fast Fashion menjadi alasan utama mengapa industri fashion bisa disebut sebagai salah satu industri penyumbang polusi terbesar di dunia.
Sebenarnya apa sih yang dimaksud Fast Fashion itu?
Dilansir dari website zerowaste.id, Fast Fashion adalah istilah yang digunakan untuk industri tekstil yang memproduksi bermacam-macam model fashion dan silih berganti dalam waktu sangat singkat, serta menggunakan bahan baku yang kualitasnya cukup buruk sehingga pakaian tidak bisa bertahan lama. Fast Fashion biasanya mengikuti tren busana terbaru atau sesuai musim dan tidak jarang koleksinya dipamerkan pada peragaan busana Fashion Week.
Ketua umum Asosiasi Perancang dan Pengusaha Mode Indonesia (APPMI) yang menggelar Indonesia Fashion Week (IFW) 2019, Poppy Dharsono, menyorot perilaku komsumtif masyarakat zaman sekarang, rata-rata manusia membeli 60% lebih banyak pakaian daripada 15 tahun yang lalu. Hal ini dapat menjadi alasan mengapa Fast Fashion terus diterapkan oleh beberapa brand fashion di dunia.
Brand fashion di mal seperti ZARA, Stradivarius, H&M, Uniqlo, Pull and Bear, dan Bershka merupakan contoh dari brand yang menerapkan konsep Fast Fashion. Brand tersebut menjual produk dengan produksi cepat dan model fashion cepat berganti dengan harga yang murah.
Saat ini kebanyakan produsen Fast Fashion dapat memproduksi dan menghasilkan kurang lebih 42 model fashion dalam kurun waktu satu tahun. Untuk itu mereka memerlukan pekerja yang cukup banyak serta seringkali membahayakan nyawa pekerjanya karena jam bekerja yang diberikan kurang masuk akal (14 jam per hari) dengan upah sangat rendah dan tidak ada asuransi jiwa. Biasanya orang-orang yang dipekerjakan adalah wanita muda atau dibawah umur yang berpendidikan rendah dan kebanyakan merupakan seorang imigran.
Dengan banyaknya model busana fashion yang diproduksi, bisa terjadi kelebihan produksi yang akhirnya dilakukan pembakaran pada stok busana yang tidak terjual atau kurang diminati masyarakat sehingga meningkatkan polusi udara.
Kebanyakan industri Fast Fashion terletak di Asia (contohnya China) dan negara berkembang, seperti India, Bangladesh, dan Indonesia. Dikutip dari laman website vice.com, China merupakan produsen dari 50% produk tekstil di dunia dan paling banyak menampung produk busana dari seluruh dunia untuk didaur ulang menjadi benang. Namun sejak Januari 2018 lalu China menetapkan larangan impor 24 kategori limbah padat, diantaranya plastik, kertas, dan produk tekstil tertentu termasuk busana bekas untuk didaur ulang.Â
Hal ini menjadi masalah baru bagi sebagian besar negara yang bergantung pada China untuk mendaur ulang limbah padatnya, khususnya busana. Akibatnya sekarang ini banyak ditemukan busana-busana bekas yang menumpuk di tempat pembuangan sampah.
Dari beberapa penjelasan di atas dapat disimpulkan ciri-ciri Fast Fashion yaitu:
- Model busana Fast Fashion silih berganti dalam waktu yang singkat
- Model busana yang dipilih selalu mengikuti tren terbaru
- Dijual dengan harga murah tetapi menggunakan bahan baku berkualitas buruk sehingga tidak bisa digunakan dalam jangka waktu lama
- Banyak diproduksi di Asia dan negara berkembang dengan gaji sangat murah dan tidak memerhatikan keselamatan pekerjanya
Dampak dari Fast Fashion bisa memengaruhi banyak aspek kehidupan seperti lingkungan, kesehatan, sosial, dan ekonomi.
Dampak Fast Fashion terhadap lingkungan:
- Menghasilkan emisi CO2 sejumlah 1.715 ton per tahun akibat pembakaran busana yang tidak laku terjual atau tidak bisa didaur ulang
- Menghabiskan air sebanyak 2.700 liter untuk 1 potong kaus dari bahan katun atau sama dengan jumlah kebutuhan air satu orang untuk 2,5 tahun
- Menghasilkan limbah microfiber atau sama dengan 50 miliar plastik per tahun
- Bahan baku katun biasanya dicampur air dan pestisida dalam jumlah sangat banyak sehingga membahayakan para pekerja dan meningkatkan risiko kekeringan, menciptakan tekanan besar pada sumber air, menurunkan kualitas tanah, serta berbagai masalah lingkungan lainnya
- Menurunkan populasi hewan seperti ular, macan, dan hewan lainnya karena kulit binatang dimanfaatkan sebagai bahan baku pembuatan barang-barang tekstil yang dicampur dengan berbagai zat kimia
Dampak Fast Fashion terhadap ekonomi:
- Potensi rugi dari pakaian yang tidak terpakai dan tidak terdaur ulang sebesar 500 miliar USD
- Fast Fashion mendorong banyak orang untuk sering berbelanja karena selalu memproduksi model dengan tren terbaru. Hal ini akan meningkatkan sifat konsumtif dan ketidakpuasan pada masyarakat
Dampak Fast Fashion terhadap sosial:
- 34% pekerja industri Fast Fashion yang dipekerjakan di Asia merupakan wanita muda (bahkan dibawah umur) yang memiliki tingkat pendidikan rendah  dan berasal dari negara lain (imigran)
- Para pekerja dipaksa bekerja hingga 14 jam atau lebih sehingga sering kelelahan
- Upah yang diberikan oleh industri Fast Fashion kepada pekerja sangat rendah bahkan dibwah upah minimum
- Tidak ada asuransi jiwa dan jaminan keselamatan bagi para pekerja padahal rata-rata 5,6% cedera per 100 pekerja setiap tahun
Dampak Fast Fashion terhadap kesehatan:
- Industri Fast Fashion biasanya menggunakan pewarna tekstil yang murah dan berbahaya sehingga dapat menyebabkan pencemaran air dan berisiko terhadap kesehatan manusia
Setelah melihat banyaknya dampak negatif yang disebabkan oleh konsep Fast Fashion yang diusung oleh industri-industri tekstil maka sebaiknya kita memikirkan solusi yang dapat dilakukan untuk mengurangi dan menghindari Fast Fashion. Di bawah ini adalah beberapa solusi yang bisa dilakukan untuk menghindari dampak Fast Fashion:
- Kurangi membeli pakaian baru yang hanya digunakan untuk mengikuti tren
- Beli pakaian yang berkualitas tinggi dan bisa digunakan dalam jangka waktu lama
- Hindari membeli pakaian berbahan baku poliester dan nilon, sebaiknya pilih pakaian dengan bahan katun organik
- Mendaur ulang pakaian yang tidak terpakai
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H