Mohon tunggu...
Naa chusna
Naa chusna Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Mahasiswa

Selanjutnya

Tutup

Book

Menganalisis Nilai Keagamaan Novel Ayat-ayat Cinta

19 Juni 2024   11:46 Diperbarui: 19 Juni 2024   13:37 113
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Selain cobaan di dalam penjara, Fahri juga menghadapi godaan berupa tawaran untuk menyuap agar ia bisa dibebaskan. Terbersit juga ide untuk memberikan kesaksian palsu untuk memberi kesan bahwa orang yang dipenjara tidak bersalah. Namun, ia tetap memegang teguh prinsip untuk tetap berjalan berdasarkan tuntunan Alquran. 

Dalam kasus Fahri, kebenaran tetap tak dapat disembunyikan. Akhirnya ia dapat bebas dari penjara sebelum masa hukuman berakhir, berkat kesaksian yang dibeberkan oleh orang-orang yang tadinya memberikan kesaksian palsu.

Makna mencintai menurut Islam adalah mencintai seseorang karena agama dan akhlaknya. Ungkapan ini ditulis di dalam novel, ketika Aisha terkagum kepada Fahri karena kecintaan Fahri kepada Tuhannya, juga kelembutan dan ketabahan Aisha yang memikat hati Fahri, serta kebaikan Fahri yang membuat Maria seorang yang berbeda agama pun mencintainya. 

Di zaman sekarang jarang sekali orang yang jatuh cinta karena agama atau akhlaknya, kebanyakan orang di zaman sekarang hanya memandang fisik dan terpatok oleh standar kecantikan. Maka dari itu kita dapat mengambil pelajaran dari novel ayat-ayat cinta.

Pada novel ini, Habiburrahman mengisahkan kisah cinta yang tidak biasa. Aroma kesedihan dan kesenangan dicampur adukkan dalam novel ini. Kesedihannya disini, ketika melihat Maria yang mencintai Fahri, tetapi Fahri sendiri mencintai orang lain yang kebetulan juga cinta kepada Fahri, yaitu Aisha. 

Kesedihan yang lain pada novel ini, saat Maria yang koma hanya bisa disembuhkan oleh orang yang ia cinta. Maka disini Fahri adalah orang yang bisa menyembuhkan Maria, sehingga Aisha harus merelakan dirinya dimadu (dipoligami), mengikhlaskan cintanya demi menolong orang lain. 

Sedih sungguh bagi Aisha, namun cinta yang sesungguhnya indah adalah cinta Aisha. Dia mengajarkan kepada kita bahwa cinta tidak harus memiliki, secara tidak langsung dia mengajarkan arti keikhlasan. Itulah cinta yang didasari keikhlasan karena agama, bukan nafsu. Aisha mengajarkan bagaimana menjadi perempuan yang sholehah.

Hikmah pada cerita ayat-ayat cinta terletak pada akhir tulisan. Meskipun Maria yang sudah sembuh dengan menikahi Fahri, tetapi dia harus dipanggil oleh Sang Maha Kuasa. 

Tanpa kita ketahui, Maria sudah mengucapkan kalimah syahadah di penghujung hidupnya. Pahala yang sangat besar terutama bagi Aisha, karena keikhlasannya merelakan suaminya menikah yang membuat Maria menjadi seorang muallaf. Selanjutnya adalah barang siapa yang menanam kesabaran pasti akan memetik hikmahnya. 

Aisha sangat tabah kala itu, dia sabar melewati ujian hidup dan Tuhan akhirnya mengembalikan genggaman sang kekasih yaitu Fahri, sehingga mereka hidup bahagia, dunia dan akhirat.

Novel ini mungkin sedikit banyak mengandung bahasa yang tinggi, banyak catatan kaki, namun banyak sekali makna yang dapat didapatkan terutama dari sosok Aisha, wanita muslimah. Semoga kita semua dapat menangkap hikmah dari sosok Aisha.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Book Selengkapnya
Lihat Book Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun