MENGANALISIS NILAI KEAGAMAAN NOVEL AYAT - AYAT CINTA
Karya Habiburrahman El-Shirazy, 2004
Novel Ayat-ayat Cinta karya Habiburrahman El-Shirazy ini menceritakan tentang kisah cinta seorang lelaki yang berasal dari Indonesia dengan perempuan dari negara Jerman, Fahri dan Aisha dimana mereka dipertemukan di Mesir sebagai pelajar mahasiswa. Cerita dari novel ini memang menarik, sebab ada kisah cinta manusia yang berbeda budaya dan negara, apalagi dibumbui dengan suasana islami dari dua orang yang nantinya menjadi sepasang kekasih ini. Unsur keislaman sangat kental, bahkan ada cinta segiempat disini.
Novel ini dibuka dengan sedikit pertengkaran diawal, penuh drama, serta ditutup dengan cerita yang menyedihkan dan mengharukan. Terbukti dengan di filmkannya novel ini, sehingga patut untuk diangkat ceritanya.
Alasan harus membaca novel ini karena di dalamnya terdapat nilai moral yang berhubungan dengan agama, diantaranya adalah menjunjung tinggi toleransi, berdakwah dengan perbuatan, pengorbanan untuk agama dan masih banyak lagi.
Ada kelebihan dan kekurangan di setiap novel yang diceritakan termasuk dalam novel karya Habiburrahman ini. Kekurangan novel ini terlalu tinggi bahasanya, membuat pembaca harus mengulangi bacaannya. Adapun kelebihannya, pertama unsur religius yang nampak diperankan oleh Fahri, seperti pada saat meredam kan amarah beberapa orang Mesir di dalam bus, dengan mengajak beristighfar dan bersholawat.
Tidak hanya itu unsur firman Allah (Al Qur'an) dan Hadist juga kental sekali, seperti yang diucapkan Fahri bahwa “Allah memberikan rahmat kepada seluruh umat, apapun agamanya”. Sehingga memberikan sebuah nilai dimana Islam itu mengajarkan kebaikan, bagaimana Islam memperlakukan sesama makhluk, tanpa melihat agama dan latar belakangnya. Islam adalah agama yang damai, begitulah singkatnya.
Yang kedua, belajar dari tokoh Aisha yang selalu menjaga kehormatannya. Seperti halnya diceritakan pada novel tersebut bahwa Aisha pernah ditawan oleh tentara Israil tetapi Aisha tetap menjaga kehormatannya meskipun harus kehilangan kecantikan wajahnya dan melukai badannya supaya tidak disentuh tentara Israil tersebut. Bahkan setelah Aisha bebas pun tetap mencari Fahri dan memastikan bahwa Fahri bahagia dengan hidupnya yang baru tanpa Aisha.
Pada novel tersebut diceritakan Keimanan dan keikhlasan Fahri diuji ketika ia harus masuk penjara karena difitnah sebagai pemerkosa. Di dalam penjara pun Fahri tetap menjalankan ibadah sunah, seperti salat tahajud. Tak hanya itu, sekalipun di penjara ia tetap menimba ilmu dari seorang Guru Besar Ekonomi yang dipenjara karena kritik-kritik pedasnya.