Mohon tunggu...
ranny m
ranny m Mohon Tunggu... Administrasi - maroon lover

Manusia dg keberagaman minat dan harap. Menjadi penulis adalah salah satunya. Salah duanya bikin film. Salah tiganya siaran lagi. Salah empatnya? Waduh abis dong nilainya kalo salahnya banyak hehe..

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan Pilihan

Secercah Masa Depan Sehabis Huru-Hara Susu

20 November 2024   10:02 Diperbarui: 20 November 2024   10:04 40
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Birokrasi. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/GARRY LOTULUNG

Untuk mengatasi permasalahan ini, diperlukan regulasi yang lebih tegas. Salah satu solusinya adalah mewajibkan IPS untuk menggunakan bahan baku dalam negeri. Dengan membatasi kuota impor, pemerintah dapat mendorong industri untuk lebih mengandalkan produk lokal. Bahkan Menteri Pertanian, Andi Amran Sulaiman, menargetkan impor susu bisa ditekan ke 40 persen, yang mana saat ini masih diangka 80 persen.

Namun, penegakan regulasi ini harus dibarengi dengan upaya untuk memperkuat koperasi. Koperasi harus terus meningkatkan kualitas produknya dan menjaga stabilitas pasokan. Selain itu, perlu ada pengawasan yang ketat untuk mencegah terjadinya praktik monopoli atau kartel di antara koperasi. Tak lupa perlu pula adanya sanksi yang tegas bagi yang melanggar ketentuan.

Masa Depan Susu : Peluang Makin Bersinar

Apalagi ditambah dengan program makan siang dan minum susu gratis yang jadi unggulan Presiden Prabowo. Maka membuka peluang bagi seluruh lini susu, baik peternak, pengepul, Koperasi hingga IPS. Pengepul dan Koperasi bahkan berpeluang untuk menjalin kerjasama dengan Dinas Pendidikan atau Sekolah setempat untuk pendistribusian susu segar langsung. Untuk sekolah-sekolah yang jauh dari lokasi peternakan sapi, bisa menjadi lahan IPS untuk mengisi susu di sana.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kebijakan Selengkapnya
Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun