Mohon tunggu...
ranny m
ranny m Mohon Tunggu... Administrasi - maroon lover

Manusia dg keberagaman minat dan harap. Menjadi penulis adalah salah satunya. Salah duanya bikin film. Salah tiganya siaran lagi. Salah empatnya? Waduh abis dong nilainya kalo salahnya banyak hehe..

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Ayam Bakar dan Secarik Kisah Tentangmu

9 Februari 2016   15:21 Diperbarui: 9 Februari 2016   15:44 169
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Aku ingat hampir setiap detail tulisanmu di halaman depan buku diary-mu. Buku diary masa SD yang isinya berupa biodatamu dan teman-teman kita termasuk aku. Meskipun kebanyakan diisi oleh teman-teman kita yang perempuan, tapi toh buku ini sempat bermalam di rumahku juga ketika kamu memintaku mengisinya. Aku yang kala itu bingung akan menulis apa, tapi karena kamu sedikit memaksa akhirnya aku bawa juga buku diary-mu itu.

Tentu saja di halaman depan sudah penuh coretan tanganmu yang berisi tentang dirimu. Andai saat itu fotokopi ada di setiap gang rumah, mungkin aku sudah mengkopi bagian halaman depan itu. Namun karena belum ada, jadi aku andalkan saja ingatanku yang tak seberapa ini untuk menyimpannya. Salah satu yang kuingat adalah warna kesukaanmu yang merah itu atau ayam bakar yang jadi makanan favoritmu. Tentu jika tanggal lahir dan alamat rumahmu aku sudah tahu jauh sebelum kubaca halaman depan itu.

Bertahun berlalu. Kala kita sudah memakai seragam putih abu-abu. Aku masih belum punya keberanian yang memadai untuk menyapamu lebih akrab meskipun kamu sering lewat depan kelasku dan menyapaku lebih dulu. Tapi aku hanya tersenyum. Ya tersenyum saja. Melihatmu yang berjalan dan bercanda dengan teman-temanmu itu sudah cukup bagiku. Ya dari SD. Lucu sekali rasanya untuk sekian lama menyukai gadis kecil yang sama. Gadis kecil yang suka ayam bakar.

 

Aku ingat percakapan saat kamu diterima di PTN di Bogor.

"Wah selamet ya Nay."

"Makasih Iko. Lo juga selamet ya."

"Akhirnya kita pisah ya. Dari SD satu sekolah terus."

"Iya. Pasti lo kangen sama gue."

"Ya pasti."

"Haha"

Kamu hanya tertawa. Menganggap jawabanku itu gurauan.

"Jadi?"

"Apa?"

"Boleh dong farewell?"

"Boleh boleh. Mau dimana?"

"Ya terserah yang nraktir."

"Oke. Ayam bakar nyummy."

"Sipppp"

 

Pertama kali aku makan dengan kamu meskipun rencananya kamu yang mau traktir, tapi akhirnya toh aku juga tak mau ditelanjangin sebagai lelaki.

"Enak di sini Nay ayam bakarnya?"

"Iya dong. Lo belum pernah?"

Aku menggeleng kecil sembari membolak-balik daftar menu.

"Mau pesen apa Ko? Enak loh ayam bakarnya. Gue suka banget."

Ya aku tahu kamu suka ayam bakar

"Ya boleh deh coba."

 

Setelah keberangkatanmu ke Bogor, kadang aku sengaja memutar laju motorku untuk sekedar melewati tempat ayam bakar itu. Tempat ayam bakar favoritmu yang katamu dulu setiap minggu kamu selalu kemari. Tapi aku hanya lewat, tidak mampir. Bukan karena tak punya uang. Tapi aku memang lebih suka ayam goreng daripada ayam bakar.

Lama aku tak mendengar kabarmu. Aku memang punya nomor handphonemu atau berteman pula denganmu di beberapa media sosial, tapi aku hanya sesekali menyapamu di chat room jika kebetulan kamu online. Juga tak banyak kita berbincang. Malah aku mulai didekati oleh beberapa gadis lain. Entahlah, mungkin memang aku yang tak setia denganmu atau aku mulai lelah sendiri dengan ketidakberanianku.

Namanya Zia. Gadis ini teman satu jurusanku. Beda sekali dengan kamu,Nay. Kamu yang ceria dan rame lalu cenderung nggak peduli dengan penampilan gadis. Zia beda,Nay. Dia cantik, rambutnya panjang, makannya pilih-pilih. Nggak kayak kamu Nay. Dia rajin makan buah. Jarang sekali makan bakar-bakaran atau goreng-gorengan.

Mungkin karena itu aku lama-lama jadi sayang sama dia,Nay. Dia yang menjaga kesehatannya. Bukan. Aku bukan menyalahkanmu atas kebiasaanmu,Nay. Bukan. Aku hanya tidak ingin kehilangan seseorang yang aku cintai lagi Nay. Dan aku belajar dari kehilanganku terhadapmu. Atau ketidakberanianku terhadapmu. Maka aku sekarang berani Nay. Aku berani menjaganya,Nay.

Untuk Nayyara. Gadis yang bertahun kusimpan hati ini untuknya. Yang pergi meninggalkanku di usia 22 tahun tanpa sempat ia tahu aku mencintainya. Bolehkah kusalahkan ayam bakar kesukaanmu itu,Nay? Zat karsinogenik yang menahun bersarang di badanmu dan akhrirnya merenggut kehidupanmu.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun