Mohon tunggu...
ranny m
ranny m Mohon Tunggu... Administrasi - maroon lover

Manusia dg keberagaman minat dan harap. Menjadi penulis adalah salah satunya. Salah duanya bikin film. Salah tiganya siaran lagi. Salah empatnya? Waduh abis dong nilainya kalo salahnya banyak hehe..

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Teasing Dream

1 Februari 2016   12:09 Diperbarui: 21 Februari 2018   08:34 66
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Ketika Kirana kembali terusik oleh suatu mimpi. Sudah lama mimpi tentang Rae tidak pernah hadir dalam malam-malam Kirana. Sudah lama sekali. Tiga atau empat tahun mungkin. Tapi malam ini, entah mengapa tiba-tiba Rae hadir dalam mimpinya. Toh tidak ada yang bisa request malam ini mau mimpi apa kan?

Kirana dan Rae adalah teman sejak SD. Pernah satu kelas bahkan sebangku saat kelas 4 SD. Rae yang tergolong primadona masa kecil. Dia banyak disukai siswi-siswi karena wajahnya yang cukup rupawan itu. Sementara Kirana adalah siswi biasa yang cukup cerdas. Awalnya Kirana biasa saja dengan Rae, tapi setelah mereka naik kelas dan pisah kelas, ada rasa sedih dan kehilangan yang menyergap Kirana begitu saja. Kirana masih terlalu muda saat itu untuk memahami apa yang terjadi. Mungkin hanya sejumput cinta monyet yang ikut-ikutan saja. Kirana tak ambil pusing. Apalagi saat itu, sahabat dekatnya, Anis ternyata pun menyukai Rae. Tapi toh masa itu sudah berlalu 15 tahun silam.

Pontang-panting dirinya berusaha lepas dari jebakan sketsa masa lalu yang tiba-tiba hadir dalam mimpinya semalam. Seperti biasa, ketika bangun tidur, Kirana mengecek hapenya. Pada link recent update blackberry-nya tampak nama Rae. “Hello Saturday”. Demikian personal message yang ditulisnya. Kirana bangkit dari tempat tidurnya. Mencoba mencari kesibukan. Kebetulan hari ini ia libur kerja. Sudah menyapu, sudah mencuci, sudah mandi, sudah makan. Sepertinya cukup untuk mengalihkannya dari mimpi semalam. Tapi nyatanya, ia masih teringat betul detail mimpinya. Akhirnya Kirana mengambil jaketnya, lalu melangkah keluar rumah menuju sekolahnya masa SD yang bisa ditempuh dengan 10 menit jalan kaki.

Ini jam 11, anak-anak masih berada di sekolah. Beberapa sedang berkejaran di lapangan. Beberapa asyik ngobrol di depan kelas. Yang lain tampak menggenggam jajanannya. Sementara Kirana duduk di depan kelas 4. Persis seperti mimpinya semalam. Tak banyak yang menggubris keberadaannya. Guru-guru sudah berbeda dengan masa dia sekolah dulu. Kirana dikira wali murid yang menjemput anaknya,sama seperti beberapa orang yang ada di depan kelas itu.

Dua jam berlalu. Bel tanda pulang sekolah berbunyi. Kirana masih berada di tempatnya, bahkan tak bergeser barang satu centi pun. Perlahan suara riuh rendah anak-anak menghilang. Namun Kirana tetap di sana. Otaknya sedang sibuk memutar rentetan peristiwa masa lalunya. Tentang Rae. Tentang bagaimana mereka bertemu. Tentang bagaimana akhirnya ia sadar bahwa ia menyukai Rae saat SMP. Tentang bagaimana ia melalui hari-harinya menunggu Rae di pinggir jalan. Bukan untuk pulang bersama, tapi hanya untuk sekedar melihatnya. Tentang bagaimana akhirnya saat SMA, Kirana mulai melupakan Rae karena letak sekolah mereka yang berjauhan. Tentang bagaimana awal kuliah, Kirana kembali bersua Rae. Tentang bagaimana ditahun ketiga kuliah, Kirana mencoba mencari Rae di fakultasnya Rae. Tentang bagaimana akhirnya 3 tahun belakangan, mereka bertemu kembali.

Namun dengan kondisi yang demikian berbeda. Rae yang dulu cenderung agak dingin dengan perempuan, jadi begitu cair. Dan garis-garis pesona masa SD-nya pun cukup memudar. Lalu kenyataan bahwa Rae telah memiliki kekasih. Semua episode-episode itu ditayangkan jelas di hamparan langit biru yang sedang Kirana tatap. Tiba-tiba tayangan itu berhenti. Kirana tersadar, langit tak lagi sebiru tadi pagi. Awan-awan kelabu tengah menutupnya. Kirana beranjak dari tempat duduknya. Bergerak perlahan menuju keluar gerbang sekolah.

Baru saja kaki Kirana melewati gerbang, hujan turun. Kirana segera berteduh di dekat gerbang. Jika memaksakan diri untuk menerjangnya, mungkin akan basah kuyup. Maka Kirana memutuskan untuk menunggu sampai hujan cukup reda. Diambilnya hapenya dari saku jaketnya. Pasang headset dan memilih station radio. Ah lengkap sudah jebakan masa lalunya. Justru radio itu sedang memutarkan Boyzone-All That I Need. Boyband favorit Rae saat SD. Kirana menghela nafas. Tetap didengarnya frekuensi itu. Selang beberapa menit, lagu pun usai. Tapi celakanya, justru dilanjutkan dengan Backstrret Boys-As Long As You Love Me. Lagu favorit Kirana saat SD. Dulu, Kirana dan Rae sering ribut saling menjagokan lagu favorit masing-masing sebagai juara dalam MTV top chart masa itu.

Hujan mulai mereda berganti rintik-rintik sayup. Kirana mematikan radio hapenya, lalu berjalan pulang ke rumah. Di tengah jalan, tiba-tiba mobil sedan hitam menghampirinya. Kirana berhenti dan melihat siapa yang ada dikemudi mobil itu. Rae. Pria itu yang ada di balik setir mobil. Rae menurunkan kaca mobilnya.

“Na,dari mana ujan-ujan gini?”

“Eh..ehm..”

Kirana terbata menjawabnya.

“Mau kemana?”

“Pulang.”

“Ya udah yok gue anter.”

“Eh nggak usah. Jalan aja.”

“Ujan Na..” Rae membuka pintu mobil sebelah kiri dari dalam. Kirana akhirnya masuk juga.

“Darimana lo?” Rae kembali bertanya

“Hemh..” Kirana hanya tersenyum. “Mau kemana Re?”

“Lah ditanya malah balik nanya. Mau ke rumah Tante gue, jemput nyokap.”

“Oh. Nggak kerja?”

“Ambil off deh. Sekali-kali lah. Lah lo juga nggak kerja?”

“Libur. Diganti besok masuknya.”

Rae hanya mengangguk. Rasanya Kirana ingin sekali bertanya mana kekasih Rae. Tapi urung ia bertanya karena mobil Rae sudah di depan rumahnya.

“Makasih ya Re. Mau mampir?”

“Nggak usah ya. Gue mau jemput nyokap.”

“Oh ya udah. Makasih ya.”

Rae tersenyum. Kirana menutup pintu mobil. Bunyi klakson sekali itu pun menjadi pertanda bahwa mobil Rae bergerak menjauh.

Kirana terduduk di pinggir tempat tidurnya. Kirana berusaha menenangkan perasaaannya yang tak menentu ini. Mencoba menyadari bahwa itu hanya mimpi. Bahwa hari ini berbeda dengan belasan tahun silam. Bahwa sekuat apapun ia ingin mengembalikan masa, masa itu tak akan kembali. Bahwa mungkin rasa yang pernah ada, sebaiknya memang tak perlu dikembangkan kembali. Bahwa mungkin selamanya Rae tidak akan pernah tahu jika Kirana pernah menyukainya.

***

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun