Rae hanya mengangguk. Rasanya Kirana ingin sekali bertanya mana kekasih Rae. Tapi urung ia bertanya karena mobil Rae sudah di depan rumahnya.
“Makasih ya Re. Mau mampir?”
“Nggak usah ya. Gue mau jemput nyokap.”
“Oh ya udah. Makasih ya.”
Rae tersenyum. Kirana menutup pintu mobil. Bunyi klakson sekali itu pun menjadi pertanda bahwa mobil Rae bergerak menjauh.
Kirana terduduk di pinggir tempat tidurnya. Kirana berusaha menenangkan perasaaannya yang tak menentu ini. Mencoba menyadari bahwa itu hanya mimpi. Bahwa hari ini berbeda dengan belasan tahun silam. Bahwa sekuat apapun ia ingin mengembalikan masa, masa itu tak akan kembali. Bahwa mungkin rasa yang pernah ada, sebaiknya memang tak perlu dikembangkan kembali. Bahwa mungkin selamanya Rae tidak akan pernah tahu jika Kirana pernah menyukainya.
***
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H