Mohon tunggu...
N Shalihin Damiri (Bin)
N Shalihin Damiri (Bin) Mohon Tunggu... Penulis - Asal Madura

Bernama lengkap N Shalihin Damiri. Kelahiran Madura. Menulis hal-hal usil. Juga cerpen, puisi dan esai. Cerpen yang sudah dibukukan termaktub dalam Antologi Cerpen Majalah Ijtihad Nama Saya Santri (2014). Santri tulen. Sedang nyantri di PP. Sidogiri Pasuruan. Aktif di Majelis Sastra Kun!

Selanjutnya

Tutup

Gaya Hidup Artikel Utama

‘W’, Huruf yang Tersingkirkan dalam Masyarakat Madura

23 Februari 2016   21:47 Diperbarui: 22 Desember 2016   19:31 17862
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Sementara bahasa Arab, menurut hemat saya, jika sebelum diserap ke dalam bahasa Madura telah terserap ke dalam bahasa Indonesia, maka hukum ‘mutilasi’ W berlaku. Kata waktu, wakil dan wali, misalnya.

Beda jika bahasa Arab diserap langsung ke dalam bahasa Madura tanpa melalui penyerapan bahasa Indonesia, maka huruf W tetap dibiarkan eksistensinya. Untuk sekedar mengambil contoh, misalnya kata wudhu’ yang tetap dituturkan menjadi wudhu’, bukan budhu’.

Untuk segala keunikan ini, tidak tepat jika penggantian W menjadi B tersebut dijadikan sebagai cemoohan bahwa bahasa Madura ghe-oghe—seperti yang didugakan oleh seorang penyanyi dan hingga kini masih melekat di benak. Sebab bagaimanapun, ini adalah bentuk kebebasan cara penuturan. Bukankah karena hal ini pula, bahasa Inggris juga terbagi dalam American Style dan British Style. Sebab—selain bukan tatacara penuturan al-Quran yang sudah ditetapkan dalam ilmu Tajwid dan menuntut lidah kita untuk sama—dalam menyerap, kita tak perlu mengacu logat seperti bagaimana orang lain menuturkan bahasa mereka, apalagi sama persis.

Apakah kita akan mengatakan bahasa Melayu ghe-oghe karena mereka sering mengganti huruf A menjadi E? Saya menjadi Saye, Kita menjadi Kite dan seabrek kosa kata lainnya yang berbeda cara tutur dengan bahasa Indonesia. Tentu tidak, bukan?

 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Gaya Hidup Selengkapnya
Lihat Gaya Hidup Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun