Mohon tunggu...
N Shalihin Damiri (Bin)
N Shalihin Damiri (Bin) Mohon Tunggu... Penulis - Asal Madura

Bernama lengkap N Shalihin Damiri. Kelahiran Madura. Menulis hal-hal usil. Juga cerpen, puisi dan esai. Cerpen yang sudah dibukukan termaktub dalam Antologi Cerpen Majalah Ijtihad Nama Saya Santri (2014). Santri tulen. Sedang nyantri di PP. Sidogiri Pasuruan. Aktif di Majelis Sastra Kun!

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Saya Harus Meloncat!

13 Februari 2016   09:16 Diperbarui: 13 Februari 2016   11:06 142
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

“Lihat, para penumpang. Ada yang memasung kebebasan saya. Saya harus melapor. Saya tertindas. Saya jadi minoritas di sini. Kenapa tak ada yang membela kaum tertindas? Saya harus melapor.”

“Kebebasan macam apa, saudara? Minoritas macam apa?”

Langit mendung. Pemuda itu mulai merapat lagi ke pagar. Orang-orang memberi jalan. Tangannya mencengkeram kuat. Kakinya mulai dinaikkan.

“Hentikan, saudara! Bodoh. Hidupmu masih berguna.”

Pemuda itu tak lagi menghiraukan. Ia hanya membalas, “Semua orang telah berani menginjak-injak kebebasan. Ini ekspresi saya. Ini kebebasan cara berpikir saya. Jadi kalian diam dan sibuklah dengan urusan kalian sendiri!”

“Ini demi kebaikanmu, saudara!” Kumis kapten itu terangkat dan matanya mendelik.

“Aku harus tetap meloncat. Ini soal kebebasan!”

“Tapi air di sana sangat dingin.” Lelaki dekil yang tadi masih bersikukuh pada pendapatnya.

“Dasar bebal!” Kata kapten itu jengkel, “Kalau begitu, meloncatlah! Dan kalian semua, bubar!” Kapten itu lalu mengusir orang-orang yang berkerumun. Pelan-pelan kerumunan itu bubar. Ada yang tetap di dekat pagar, tapi diam-diam memperhatikan pemuda yang akan meloncat itu. Orang-orang menjauh, tapi pandangannya tetap tertuju pada pemuda itu. Termasuk si kapten kapal yang juga tertarik menyaksikan dari kejauhan.

“Saya harus meloncat!” Teriak pemuda itu menyemangati diri. “Tapi saya tak bisa berenang!” Katanya lagi. Orang-orang lalu menyumpah-serapahi. Dasar!

Dingin liar, 08 J. Tsani 1436 H.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun