nyamuk Wolbachia secara masif untuk menekan penularan demam berdarah dengue (DBD).
Kementrian Kesehatan (kemenkes) belum lama ini mengungkapkan tengah menebarKepala Biro Komunikasi dan Pelayanan Publik Dr. Siti Nadia Tarmizi mengatakan bahwa Wolbachia sebagai inovasi teknologi yang melengkapi strategi nasional pengendalian DBD, seperti 3M. seperti menguras, Menutup, dan Mendaur ulang serta tetap menjaga kebersihan diri dan lingkungan.
Melansir Antara pada Jumat (24/11/2023) Kemenkes telah menebar jentik nyamuk dengan bakteri Wolbachia sejak awal 2023.
Apa aitu Wollbachia?
Wolbachia adalah bakteri alami yang terdapat pada 60% spesies serangga, termasuk beberapa nyamuk, lalat buah, ngengat, capung dan kupu-kupu. Walbachia hidup di dalam sel serangga dan diturunkan dari satu generasi ke generasi berikutnya melalui telur serangga.
Bakteri Wolbachia dalam nyamuk Aedes Aegypti akan menyebabkan virus demam berdarah pada nyamuk tidak biasa berkembang sehingga tidak bisa menularkan penyakit demam berdarah.
Bakteri Wolbachia dan nyamuk Aedes Aegypti secara alami ada di alam, tidak ada manipulasi genetic dan tidak diternakkan di laboratorium.
Mengapa Inovasi Wolbachia Diterapkan?
Kasus demam berdarah antara 74.000–140.000 per tahun dengan kematian antara 700–1300 kasus pertahun. Kasus paling banyak  (30–40%) terjadi  pada usia 5-14 tahun dengan kematian 50-60%.
Masih banyak kejadian luar biasa (KLB) yang dilaporkan oleh berbagai daerah.
Upaya penanganan DBD seperti fogging, Larvasida,, Pemakaian kelambu, 3M plus, Gerakan sattu rumah satu jemantik, belum dapat menekan kasus DBD.
Inovasi  Teknologi Wolbachia terbukti efektif di 14 negara (Brazil, Australia, Singapura, dll)
Penelitian di Yogyakarta membuktikan adanya penurunan 77,1% kasus dengue dan penurunan 86,2% rawat inap. Â Â
Bagaimana Wolbachia digunakan untuk  mengendalikan dengue?
Nyamuk Jantan ber-wolbachia kawin dengan nyamuk betina ber-wolbachia, telur menetas dan menghasilkan nyamuk ber-wolbachia.
Nyamuk Jantan tidak ber-wolbachia kawain dengan betina ber-wolbachia, telur menetas dan menghasilkan nyamuk ber-wolbachia.
 Nyamuk Jantan ber-wolbachia kawin dengan nyamuk betina tidak ber-wolbachia, telur tidak akan menetas.
Perhitungan jumlah nyamuk yang disebarkan 10% Â dari populasi nyamuk didaerah tersebut dan penyebarannya dilakukan 12 kali, jadi lebih kurang 2-3 nyamuk permeter setiap 2 minggu sebanyak 12 kali.
Apa Wolbachia Aman?
Wolbachia sangat umum ditemukan secara alami pada ratusan ribu spesies serangga. Hampir setiap orang di bumi pernah digigit serangga ber-wolbachia.
Di kota Yogyakarta, penerapan Wolbachia sudah berlangsung  lebih dari 10 tahun, dan lebih dari 1,5 juta orang hidup  di wilayah yang sudah mendapatkan pesebaran nyamuk ber-wolbachia. Sampai saat ini tidak ada bukti berbahaya bagi lingkungan., manusia maupun Kesehatan hewan.
Evaluasi dan kajian resiko juga sudah dilakukan. Hasilnya metode dan manfaat Wolbachia dapat diperluas guna membantu melindungi jutaan orang di Indonesia dari demam berdarah.
Apakah Wolbachia Termasuk Rekayasa Genetik?
Nyamuk Aedes aegypty ber-wolbachia digunakan dengan cara memindahkan Wolbachia dari lalat buah ke nyamuk Aedes aegypty betina. Teknik ini bukan rekayasa genetikkarena tidak melibatkan modifikasi genetic nyamuk ataupun Wolbachia. Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H