Mohon tunggu...
Ragil Narasoma
Ragil Narasoma Mohon Tunggu... Peternak - Wiraswasta coba-coba

Suka nonton film, makan, dan jalan-jalan. Antusias soal kereta api, pesawat, fotografi, mesin, perang dunia 2.

Selanjutnya

Tutup

Hobby

Aquatic Chicken Favorit Peternak Ikan, Nila Salin Semakin Ngetren Dibudidayakan di Tambak Terbengkalai

13 Mei 2024   16:56 Diperbarui: 13 Mei 2024   18:33 111
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Presiden Jokowi pada Rabu (8/5) meresmikan percontohan kawasan budidaya ikan nila salin (BINS) di Karawang, Jawa Barat. Sebagian orang jadi bertanya-tanya, mengapa seolah ikan nila tiba-tiba menjadi unggulan?

Soalnya orang agak asing dengan istilah nila salin. Lele, gurami, bawal, atau mujair lebih umum.  Ya, nila juga termasuk populer dibudidaya. Tapi kalau segitunya dipopulerkan presiden jadi agak mengejutkan.

Apalagi Jokowi bukan mengangkat sembarang nila. Ia menyebut nila salin. Apa itu?

Salin merujuk kadar garam dalam air tempat hidup ikan. Air tawar sebenarnya mengandung sedikit mineral sehingga kadar garamnya berkisar 0 -- 0,5 ppt. Sedangkan kadar garam air payau 0,6 -- 30 ppt. Salinitas air laut rata-rata 35 ppt.

PPT artinya bagian per seribu. Satu ppt adalah 0,1% atau 1% adalah 10 ppt. Istilah lainnya adalah permil yang dinyatakan dengan simbol .

Tawar dan payau

Nila salin artinya ikan nila yang mampu hidup di air payau bahkan laut. Tapi peternak butuh ikan yang tidak hanya hidup, tapi juga tumbuh dan berkembang biak dengan baik di air payau. Itu dia keunggulan nila salin.

Nila adalah ikan air tawar introduksi dari Mesir yang sudah lama populer di Indonesia.

Maka itu ikan nila bukan hal baru bagi sebagian masyarakat Nusantara. Okelah di Jawa Tengah -- Timur kalah populer dengan lele, tapi di Jawa Barat banyak dibudidaya. Masyarakat Sumatera juga lazim beternak nila.

Daging ikan nila putih mirip ayam sehingga pasar ekspor menjulukinya aquatic chicken.

Tepian waduk Cirata di Purwakarta dan Saguling (Bandung Barat), Jawa Barat disesaki keramba jaring apung (KJA) milik masyarakat pembudidaya nila. Mobil-mobil pikup pengangkut ikan mengirim nila hasil panenan KJA setiap hari.

Kehadiran KJA yang makin banyak itu menimbulkan masalah terhadap kualitas air waduk dan kesehatan ikan itu sendiri. Pelancong juga malas datang karena KJA mengganggu pemandangan.

Memasuki 2024 pemerintah setempat giat menertibkan dan menata KJA di kedua lokasi tersebut.

Manfaatkan tambak terbengkalai

Kondisi itu menggambarkan keterbatasan lokasi budidaya air tawar. Di sisi lain peluang memelihara ikan di tambak sangat terbuka. Di pesisir Jawa dan Sumatera ribuan hektar lahan bekas tambak terbengkalai menanti pemanfaatan.

Data Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP), di Pantura Jawa 78.000 ha tambak menganggur.

Kondisi air tanah yang semakin asin akibat intrusi air laut menjadikan ikan toleran salinitas sebuah kebutuhan.

Nila salin toleran salinitas hingga 35 permil. Jenis itu bisa dibudidaya di air tawar dan tambak.

Kemunculan nila salin bukan baru saja. Sebelum dipopulerkan Jokowi, nila salin banyak diternak di pantura Jawa Tengah seperti Kabupaten Pati dan Pekalongan. Di Jawa Barat ada Kabupaten Karawang dan Indramayu yang ramai membudidaya nila salin.

Mulai dari Pati

Kabupaten Pati pionir budidaya nila salin. Tahun 2018 ikan itu diternak di Kecamatan Tayu. Sedangkan tahun 2022 budidayanya meluas ke Kecamatan Margoyoso dan Dukuhseti.

Sementara Pekalongan dan Indramayu menyusul tahun 2022. Karawang dan Pasuruan malah baru bersiap dan berbenah.

Selain tahan air payau dan tambak, nila salin relatif toleran penyakit dibandingkan nila biasa. Rasa dagingnya juga lebih gurih dan bebas bau tanah.***

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Hobby Selengkapnya
Lihat Hobby Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun